Anda di halaman 1dari 11

Studi Kasus Perpajakan

1
• Sesi 5
• Pajak Penghasilan tergolong sebagai pajak subjektif,
sehingga perlu dipahami benar siapakah yang
termasuk subjek pajak baik subjek pajak dalam negeri
maupun subjek pajak luar negeri.
• Subjek pajak inilah yang akan dibebani dengan
kewajiban untuk membayar PPh atas penghasilan yang
mereka peroleh.
• Sebagai kelaziman di dunia internasional dalam
undang-undang juga terdapat pengecualian subjek
pajak seperti para wakil negara lain yang bertugas di
Indonesia, yang diuraikan pada Pasal 3.
• Pada dasarnya konsep penghasilan yang dianut
dalam undang-undang Pajak Penghasilan adalah
pengertian penghasilan dalam arti luas (World wide
income) yang tujuannya adalah agar pemerintah
memperoleh banyak sumber pendanaan bagi
operasional kegiatan pembangunan.
• Pengertian penghasilan tidaklah terbatas pada hasil
penjualan atau gaji, namun yang penting adalah
esensi dari apa yang diperoleh atau diterima oleh
subjek pajak; sehingga undang-undang
merumuskan dengan kata penambahan
kemampuan ekonomis dengan nama dan dalam
bentuk apapun.
• Walaupun begitu untuk memperoleh keadilan dan
memberikan perangsang bagi kegiatan investasi
pemerintah telah mengecualikan penghasilan-
penghasilan tertentu sebagai objek pajak.
• Undang-undang Pajak Penghasilan menganut paham
World Wide Income untuk mengenakan penghasilan
yang menjadi Objek Pajak bagi subjek pajak dalam
negeri.
• Adapun bagi Wajib Pajak BUT objek pajak yang
dikenakan terbatas hanya pada penghasilan dari
kegiatan di Indonesia.
• Undang-undang telah menentukan berbagai
penghasilan yang tidak dikenakan pajak penghasilan.
• Dalam menetapkan besarnya Penghasilan Kena Pajak
telah ditetapkan cara menghitungnya baik bagi
Wajib Pajak dalam negeri yang menyelenggarakan
pembukuan maupun yang tidak melaksanakan
pembukuan bagi Wajib Pajak BUT, Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri.
• Undang-undang juga telah menetapkan pengeluaran
yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.
• Berbagai pengurang yang tidak boleh dikurangkan,
dan pengurang berupa Penghasilan Tidak Kena
Pajak.
• Pembayaran Pajak Penghasilan yang terutang dapat
diangsur selama tahun berjalan dengan membayar
sendiri besarnya angsuran bulanan maupun dengan
cara dipungut oleh pihak lain.
• Pembayaran tersebut pada akhir tahun pajak dapat
dikreditkan terhadap utang pajak tahun yang sama.
• Secara konseptual saat terutangnya Pajak Penghasilan
adalah pada akhir tahun pajak, sehingga setelah
berakhirnya tahun pajak, setiap Wajib Pajak harus
menghitung dan menetapkan besarnya pajak terutang
untuk tahun pajak yang bersangkutan dan membayarnya.
• Kalau hal seperti ini dilakukan, maka bisa dibayangkan
betapa beratnya kewajiban membayar tersebut, dan bagi
negara berarti penerimaan pajak akan bertumpuk pada
akhir tahun pajak.
• Untuk meringankan beban pembayaran pajak yang
bertumpuk pada akhir tahun, dan untuk membantu
pemerintah memperoleh pendapatan berupa pajak selagi
Wajib Pajak memiliki dana (liquid) telah diadopsi sistem
pemotongan atau pemungutan pajak pada tahun berjalan
melalui pihak ketiga (Witholding tax System).
• Sistem ini memberikan wewenang kepada subjek pajak
yang memberikan penghasilan pada subjek pajak lain
untuk memotong pajak atas penghasilan yang diberikan
atau dibayarkan kepada subjek pajak lain.
• Dan selanjutnya pihak pemotong pajak wajib
menyetorkan dan melaporkan ke Direktur Jenderal Pajak.
• Bagi pihak yang dipotong, pembayaran pajak yang
dipotong pihak lain dapat dijadikan kredit pajak
(diperhitungkan dengan utang pajak untuk tahun
bersangkutan) seperti dimaksud pada Pasal 20 pada
waktu menyusun Surat Pemberitahuan Tahunan.
• Oleh karenanya sistem pemotongan pajak melalui pihak
lain ini disebut sebagai cara pelunasan atau angsuran
pajak dalam tahun berjalan.
• Namun demikian harus diperhatikan beberapa ketentuan
yang merupakan pengecualian, karena terdapat
pemotongan tertentu melalui Pasal 21 atau Pasal 23 yang
pemotongan PPh-nya bersifat final.
• Pemotongan Pajak Penghasilan diberlakukan kepada para
subjek pajak (penerima penghasilan) baik berstatus
terhadap subjek pajak dalam negeri, maupun subjek
pajak luar negeri.
• Adapun sifat pemotongan pajak penghasilan terhadap
Subjek pajak luar negeri bersifat final, dan besarnya tarif
harus memperhatikan ada atau tidaknya tax treaty
(Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda) antara negara
Indonesia dengan negara domisili Subjek Pajak luar
negeri.
SEKIAN
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai