Anda di halaman 1dari 42

Laporan Kasus

Invaginasi

Dosen Pembimbing :
dr. Dewi Iriani, Sp.A
 
Disusun oleh :
Thya Fitriani (112019017)
Identitas Pasien
• Nama lengkap: An. AK
• Tanggal lahir (umur): 29 Maret 2021 (5bln 22hari)
• Jenis kelamin: laki – laki
• Pendidikan: -
• Alamat: KP bendungan melayu no 11
• Suku Bangsa : Jawa
• Agama: Islam
Identitas Orang Tua
Ayah
• Nama lengkap: Tn. ML Agama: Islam
• Umur: 41 Tahun Pendidikan:SMP
• Suku Bangsa : Jawa Penghasilan: -
• Pekerjaan: Wiraswasta
• Alamat: KP Bendungan Melayu no 11
Ibu
• Nama lengkap: Ny. S Agama: Islam
• Umur: 40 Tahun Pendidikan: SMA
• Suku Bangsa: Madura Pekerjaan: IRT
• Alamat: KP Bendungan Melayu Penghasilan: -

Hubungan dengan Orang tua : Anak Kandung


Anamnesis
Alloanamnesis pada Senin 20 September 2021 jam 10.00

Keluhan utama:
An. AK berusia 5 bulan datang ke IGD RSUD Koja di rujuk dari RS Pelabuhan dengan keadaan sesak dan
perut membesar.

Keluhan tambahan:

Riwayat perjalanan penyakit:


3 hari SMRS orangtua pasien mengatakan bahwa pasien muntah saat minum asi dan susu formula, 2 hari
SMRS pasien BAB terdapat darah dan lendir. Pagi hari sebelum masuk rumah sakit pasien demam disertai
perut membengkak
Riwayat penyakit dahulu
-
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi (-), Diabetes mellitus (-), Penyakit jantung (-)
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Kehamilan
• Perawatan antenatal : Ibu pasien mengatakan bahwa selama masa kehamilan ibu pasien rutin
memeriksakan kehamilanya ke dokter.
• Penyakit kehamilan :-
Kelahiran
• Tempat kelahiran : Rumah Sakit
• Penolong persalinan : Dokter
• Cara persalinan : SC (Sectio Caesarea)
• Masa gestasi : Cukup bulan (37 minggu)
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Keadaan Bayi
• Berat badan lahir : 3900 gram
• Panjang badan lahir : 38 cm
• Lingkar kepala : Ibu tidak ingat
• Pada saat lahir bayi langsung menangis
• Pada badan merah
• Tidak ada pucat, kuning, kejang
• Nilai APGAR :-
• Tidak ada kelainan bawaan
Riwayat Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama: -
Psikomotor:
 Tengkurap: 5 bulan
 Duduk: -
 Merangkak: -
 Berdiri: -
 Berjalan: -
 Berbicara: -
 Membaca dan menulis: -
Gangguan perkembangan mental/emosi : Tidak ada
Kesan: -
RIWAYAT IMUNISASI

VAKSIN Dasar (Umur) Ulangan (Umur)

B.C.G 1 bulan

D.P.T/D.T. 2 bulan 3 bulan 4 bulan

Polio lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan

Hepatitis B lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan

M.M.R.
Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN UMUM (20 september 2021, jam 10.00 di PICU)
Keadaan umum: Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
Tanda vital:
• HR : 142 x/mnt
• RR : 48 x/mnt
• Suhu : 36.5 ℃
• SpO2: 98%
Data antropometri:
• Berat badan: 7,4 kg - Lingkar Kepala : 42cm
• Tinggi badan: 60 cm - Lingkar Dada ; 40cm
• IMT : 20,5 - Lingkar Lengan Atas : 14cm
Z Score
Z Score
Z Score
Z Score
Z Score
Pemeriksaan Fisik
Interpretasi (Z score)
1.BB/U = Z Score > (-2) SD atau dibawah 0 = Normal
2.TB/U = Z Score > (2) SD = Normal
3.BB/TB = Z Score > (2) SD = Gemuk
4.IMT/U = Z Score > (1) SD = Beresiko Gemuk
Z Score
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
• Kepala
• Bentuk dan ukuran : bentuk dan ukuran normochepali
• Rambut dan kulit : rambut hitam, tipis, tidak mudah rontok
kepala : tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
• Mata : tidak ada benjolan, liang telinga bersih tidak
• Telinga hiperemis
• Hidung : tidak ada septum deviasi, tidak hiperemis
• Bibir : tampak kering, tidak pecah-pecah
• Gigi-geligi : gigi sesuai usia, tidak ada karies dentis
• Mulut : tidak hiperemis, langit-langit utuh
• Lidah : warna dan bentuk normal
• Tonsil :T1-T1, tidak hiperemis

• •Leher
Faring : uvula ditengah, tidak hiperemis
: tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening
PEMERIKSAAN SISTEMATIS
Paru-paru
Depan Belakang

Kiri Bentuk normal, sela iga tidak melebar, gerakan dada simetris pada saat statis dinamis. Jenis
Inspeksi
Kanan pernapasan abdominothroracal, tidak ada bekas luka operasi

Kiri Sela iga normal, benjolan (-), Sela iga normal, benjolan (-),
Palpasi
nyeri tekan (-), taktil fremitus norma nyeri tekan (-), taktil fremitus normal
Kanan

Kiri Sonor di seluruh lapang paru. Sonor di seluruh lapang paru


Perkusi
Kanan Sonor di seluruh lapang paru. Sonor di seluruh lapang paru

Kiri Vesikuler, RH -,WH - Vesikuler, RH -,WH -


Auskultasi
Kanan Vesikuler, RH -,WH - Vesikuler, RH -,WH -
Pemeriksaan Sistematik
Jantung:
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak, tidak ada lesi kulit, tidak ada luka bekas operasi.
Palpasi: ictus cordis teraba kuat pada ICS IV garis midclavicularis kiri
Auskultasi: bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi: Bentuk perut datar, terdapat bekas luka operasi
Auskultasi: Bising usus normoperistaltik
Palpasi: tidak ada massa, tidak ada lesi, nyeri tekan (-)
Hati: Tidak ada pembesaran hati
Lien: Tidak ada pembesaran hati
Pemeriksaan Sistematik
Anus dan rectum: Tidak ada indikasi
Genitalia: Tidak ada indikasi
Anggota gerak: CRT < 2 detik, akral hangat, normotonus, edema (-), sendi normal
Tulang belakang: Tidak ada kelainan. Tidak ada benjolan
Kulit: Turgor kulit elastis, kelembapan kulit cukup, warna kulit kehitaman
Pemeriksaan neurologis: GCS 15 (normal)
Pemeriksaan Laboratorium (15/9/21)
Darah Lengkap Hasil Nilai rujukan  
Hemoglobin 8,8 g/dL* 10,5-14,0  
Jumlah leukosit 15,993/ 6.00-14.00  
Hematokrit 27,4%* 32-42.0  
Jumlah 723x103/* 163-337
Trombosit  

Jumlah eritrosit 3.93 juta/ 3.80-5.40  


MCV 70 fL* 72-88  
MCH 22 pg* 24-30  
MCHC 32 g/dL 32-36  
RDW-CV 16.6%* 11.5-15.0  
Pemeriksaan Laboratorium (17/9/21)
Darah Lengkap Hasil Nilai rujukan  
Hemoglobin 11,4 g/dL 10,5-14,0  
Jumlah leukosit 4,793/ 6.00-14.00  
Hematokrit 33,8% 32-42.0  
Jumlah 430x103/* 163-337
Trombosit  
Pemeriksaan Laboratorium (18/9/21)
Darah Lengkap Hasil Nilai rujukan  
Hemoglobin 13,1 g/dL 10,5-14,0  
Jumlah leukosit 9,623/ 6.00-14.00  
Hematokrit 40,1% 32-42.0  
Jumlah 338x103/* 163-337
Trombosit  
Pemeriksaan Laboratorium (19/9/21)
Gas Darah + Hasil Nilai rujukan
 
Elektrolit
Analisa Gas Darah      
pH 7.474* 7.350 - 7.450  
pCO2 34.3 mmHg 32.0 - 45.0  
HC03 198.3 mmHg* 95.0 – 100.00  
Elektrolit    
 
Natrium 140 mEq/L 135 - 147   
 
Kalium 4.33 mEq/ L  3.5 – 5.0   
Klorida 100 mEq / L 96 - 108  
RINGKASAN
• 3 hari smrs pasien muntah saat minum asi dan susu formula.
• 2 hari smrs pasien BAB disertai darah dan lender.
• Pagi hari smrs pasien demam dan perut membengkak , pasien di bawa ke RS Pelabuhan lalu di rujuk ke
RSUD Koja.
• Keluhan baru pertama kali dirasakan
• PF:Tampak sakit sedang, CM, tanda vital dalam batas normal
• Status gisi: berat badan per umur (berat badan ideal)
• Pemeriksaan laboratorium:
• Hari ke-1: Anemia (Hb: 8,8g/dL), leukositosis 15,99 g/dL, Ht 27,4% (anemia), trombositosis 723.000
• Hari ke-3: Hb 11,4 g/dL, leukosit 4,79 g/dL, Ht 33,8%, trombositosis 430.000
• Hari ke-4: Trombositosis 338.000
• Hari ke-5: Analisa gas darah pH 7.474, p O2 198.3
FOLLOW UP
Tanggal 20 September 2021
S:-
O: - Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
- Kesadaran Compos Mentis
 Akral hangat
 HR : 142x/mnt
 RR: 48x/mnt
 Suhu : 36,5℃
A: ileus obstruktif post operasi suspek invaginasi
P : puasa
DIAGNOSIS KERJA
Ileus obstruktif post operasi suspek invaginasi

DIAGNOSIS BANDING
- Ileus batu empedu
- Tumor usus primer

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
 
 
PENATALAKSANAAN
- Farmakologis
• Metronidazole 3 x 100mg IV
• Meropenem 3 x 200mg IV
• Omeprazole 3 x 7,5mg
• IVFD Kaen 3 B 35cc/jam
• 02 NRM 8 Lpm
- Non Farmakologis
• Puasa
Laporan Kasus

Tinjauan Pustaka
Pembahasan

Invaginasi

Invaginasi atau intususepsi adalah keadaan dimana


segmen usus masuk ke dalam segmen lainnya, yang
pada umumnya berakibat terjadinya obstruksi.
ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI

• Insiden Intususepsi lebih sering terjadi pada anak laki-laki disbanding perempuan
• Rasio laki-laki dibanding perempuan 3:2
• Paling umum terjadi ditahun pertama kehidupan
• Secara keseluruhan, 65% kasus terjadi pada anak usia di bawah 1 tahun
• 50% pada anak usia 3-10bulan
• Tidak ada perbedaan kejadian intususepsi antar ras
PATOFISIOLOGI
• Pada anak-anak, bagian proksimal usus (intususceptum) ditarik ke dalam usus distal (intussuscepiens) didorong oleh
aksi peristaltic dari usus. Hal ini menyebabkan obstruksi usus. Bersama dengan usus, mesenterium juga ditarik ke
dalam intususepsi

• Mesenterium terkompresi, menyebabkan obstruksi vena dan edema. Hal ini selanjutnya meningkatkan tekanan yang
bekerja pada pembuluh darah di dalam mesenterium, yang akhirnya mengarah ke obstruksi arteri, iskemia dan
gangren intususeptum

• Titik awal untuk intususepsi diidentifikasi pada 2–12% kasus. Titik utama jarang diidentifikasi pada pasien berusia
kurang dari 2 tahun, sedangkan hingga 20% pasien di atas usia 2 tahun akan memiliki titik awal patologis
Gejala Klinis
• Ditandai dengan nyeri abdomen
• Tanda-tanda obstruksi buang air besar
Pada anak dibawah 2 tahun biasanya mengeluh :
• Nyeri abdomen kolik dengan onset akut
• Lutut tertarik ke dada
• Iritabilitas berlebihan
• Menangis
• Hampir dari setengah kasus berkembang dengan adanya BAB yang bercampur darah dan lender
• Pada 60% kasus pada PF didapatkan adanya massa berbentuk sosis yang teraba dikuadran
kanan atas atau daerah epigastrium
Komplikasi
 Perforasi dapat terjadi sebagai akibat dari iskemia dinding usus dan
nekrosis pada intususepsi.
 Tingkat perforasi dinegara maju adalah 1-3% dan biasanya
berhubungan dengan keterlambatan diagnosis
 Sekitar 10% kasus intususepsi memerlukan reseksi usus
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboraturium (biasanya menunjukan peningkatan jumlah sel darah
putih dan penanda inflamasi nonspesifik/reaktan fase akut seperti trombositosis dan
peningkatan protein C-reaktif (CRP)
2. Pemeriksaan Radiologi
• Radiografi : dapat bermanfaat dalam diagnosis intususepsi ileokolika. Intususepsi dapat didiagnosis dengan
tanda patognomonik yaitu bulan sabit, yang adalah adanya massa lengkung di dalam perjalanan usus besar pada
radiografi
A
Pemeriksaan Penunjang
Sonografi : Modalitas pilihan untuk mendiagnosis atau menyingkirkan intususepsi ileokolika biasanya dilakukan
ultrasonografi. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa US adalah modalitas yang cepat dan dapat diandalkan untuk
mendiagnosis intususepsi ileokolika dengan sensitivitas dan spesifisitas 92-100%. Dengan US, intususepsi
diidentifikasi sebagai massa dengan tampilan seperti target, donat, atau mata sapi dengan banyak cincin dengan
ekogenisitas yang berbeda dalam potongan transversal dan sebagai pseudokidney, sandwich, atau hayfork sign di
potongan longitudinal

B
Pemeriksaan Penunjang
• Fluoroskopi : Enema kontras telah menjadi standar referensi untuk diagnosis intususepsi selama bertahun-tahun.
Tanda-tanda klasik intususepsi pada pemeriksaan enema adalah tanda crescent dan coiled spring.

Gambaran invaginasi sebelum dan sesudah reduksi dengan fluoroskopi


Pemeriksaan Penunjang
• CT-Scan : CT biasanya tidak digunakan untuk diagnosis intususepsi ileokolika. Namun, itu adalah alat imaging
yang efisien untuk banyak kelainan abdomen, dan intususepsi yang tidak terduga dapat didiagnosis ketika CT
digunakan di pada pasien pediatrik dengan keluhan perut atipikal. Gambaran CT dari intususepsi meliputi: target
sign, massa berbentuk sosis yang berbeda lapisan atenuasi, atau seperti ginjal yang kurang jelas seperti massa.
Selain memiliki sensitivitas 100% untuk mendeteksi intususepsi, CT juga dapat berguna untuk mendiagnosis titik
utama patologis dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan US atau enema kontras
Penatalaksanaan
• Pada populasi anak-anak, pengobatan tergantung pada jenis intususepsi. Intususepsi ileokolik adalah yang
jenis paling umum pada anak-anak, dan membutuhkan reduksi dengan panduan ultrasound atau
fluoroscopic pneumatic atau hydrostatic enema, dan berhasil pada 85 hingga 90% kasus.
• Observasi ketat diperlukan karena kemungkinan kekambuhan yang tinggi dalam 24 jam pertama.
Intususepsi usus halus, yang jarang terjadi pada anak-anak, biasanya dapat dipantau dengan aman dan akan
bereduksi secara spontan tanpa operasi.
• Intususepsi usus kecil yang persisten, namun, telah dikaitkan dengan titik utama atau nekrosis usus, dan
kemungkinan akan memerlukan intervensi bedah.
• Terlepas dari jenis intususepsi, pembedahan diindikasikan ketika reduksi dengan enema atau observasi
tidak berhasil.
Penatalaksanaan
• Selain itu, pembedahan diperlukan jika ada tanda-tanda nekrosis usus. Secara historis, intususepsi pada
dewasa telah diobati secara pembedahan karena asosiasi patologi berfungsi sebagai titik utama.
• Bila diindikasikan, pembedahan dapat dilakukan secara laparoskopi atau terbuka, tergantung pada
keterampilan dan pengalaman ahli bedah. Terlepas dari pendekatannya, intususepsi harus berhasil
diidentifikasi dan kemudian direduksi secara hati-hati (pada anak- anak) atau direseksi (dewasa).
Prognosis
• Tingkat rekurensi intususepsi setelah reduksi dengan kontras enema (udara atau reagen kontras) adalah
kira-kira 10% dan tidak berbeda secara signifikan berdasarkan jenis reduksi kontras yang dilakukan.
Reduksi bedah telah dikaitkan dengan tingkat kekambuhan 2% sampai 5%. Kematian pada intususepsi
berhubungan dengan keterlambatan diagnosis, syok septik, dan resusitasi cairan yang tidak adekuat
Kesimpulan

An. AK mengalami invaginasi hasil ini didapatkan dari anamnesis,


pemeriksaan fisik dan penunjang, pengobatan yang tepat akan
membuat prognosis dari pasien ini menjadi baik.

Anda mungkin juga menyukai