Anda di halaman 1dari 15

FONOLOGI

FONETIK DAN BIDANG KAJIANNA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA


Oleh : Kelompok 2
INDONESIA
INTAN LIDYA PUTRI
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN
MAHARANI ADORA
SENI
DIRA NUFRIDA PUTRI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
FONETIK DAN
BIDANG
KAJIANNYA
Pengertian
Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistik yang mempelajari bunyi
bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi tersebut
mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.
Kemudian, menurut urutan proses terjadinya bunyi
bahasa itu, dibedakan adanya tiga jenis fonetik, yaitu
fonetik artikulatoris, fonetik akustik, dan fonetik
auditoris.
Pandangan Para
1. Bertil Malmberg
Ahli
Fonetik merupakan pengkajian bunyi-bunyi bahasa. Fonetik ialah pengkajian yang
lebih meniti beratkan pada ekspresi bahasa, bukan isinya. Yang dipentingkan adalah
bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan penutur, bukan makna yang ingin disampaikan.

2. J.D. O’Connor
Fonetik ialah ilmu yang bersangkut pautdengan bunyi-bunyi ujar yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia. Bunyi-bunyi yang dapat didengar ini kemudian
diformulasikan sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang terdapat dalam
bahasa masyarakat yang bersangkutan. Seterusnya, formula bunyi-bunyi ujar ini
diberi ’’fungsi’’ tertentu sehingga dapat dipakai untuk menyampaikan pesan-pesan
tertentu.
Jenis-jenis Fonetik

1. Fonetik Artikularis / Fisiologis

Fonetik fisiologis disebut juga dengan istilah fonetik artikulatoris karena


alat bicara manusia sekarang lebih banyak berfungsi sebagai system
artikulasi. Kajian ini berfokus pada penggambaran bagaimana bunyi
bahasa dibentuk dan diucapkan, serta bagaimana pembagian bunyi
bahasa berdasarkan artikulasinya.
Jenis-jenis Fonetik
Penentu dari Fonetik Artikularis / Fisiologis
a. Alat Ucapan
Sebenarnya alat-alat yang digumakan untuk menghasilkan bunyi- bunyi bahasa ini
mempunya fungsi utama lain yang bersifat fisiologis. Misalnya, peru-paru untuk
bernafas, lidah untuk mengecap, dan gigi untuk mengunyah. Namun, alat-alat itu
secara linguistk digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu
berujar.
b. Cara Bekerja Alat-Alat Ucap
Sebenarnya alat-alat yang digumakan untuk menghasilkan bunyi- bunyi bahasa ini
mempunya fungsi utama lain yang bersifat fisiologis.
b. Klasifikasi Bunyi
Pada umumnya bunyi bahasa pertama-tama di bedakan atas vokal dan konsonan.
Bunyi vokal dihasilkan dengan pita suara terbuka sedikit ini menjadi bergetar
ketika dilaui arus udara yang dipompakan dari paru-paru.
Jenis-jenis Fonetik
2. Fonetik Akustik
Fonetik akustik adalah kajian hybrid antara ilmu fonologi, khususnya fonetik
dengan ilmu akustik. Sedangkan akustik itu sendiri menurut KBBI V adalah
keadaan ruang yang dapat memengaruhi mutu bunyi. Fonetik akustik
merupakan fonetik yang paling eksak, karena didasarkan pada penemuan
kombinasi dua ilmu sains, yaitu fisika dan matematika
Kajian fonetik akustis bertumpu pada struktur fisik bunyi-bunyi bahasa dan
bagaimana alat pendengaran manusia memberikan reaksi kepada bunyi-bunyi
bahasa yang diterima (Malmberg, 1963: 1). Ada tiga ciri utama bunyi-bunyi
bahasa yang mendapatkan penekanan dalam kaijan fonetik akustis, yaitu
frekuensi, tempo, dan kenyaringan. Alat-alat yang digunakan untuk mengkaji
gelombag bunyi bahasa dan mengukur pergerakan udara antara lain:
spektograf (alat untuk menganalisis dan memaparkan frekuensi dan tekanan,
oscilloskop (alat unmtik memaparkan ciri-ciri kenyaringan bunyi).
Jenis-jenis Fonetik
3. Fonetik Auditoris atau Fonetik Persepsi
Fonetik audiotoris atau fonetik persepsi ini mengarahkan kajiannya pada
persoalan bagaimana manusia menentukan pilihan bunyi-bunyi yang diterima
alat pendengarannya. Dengan arti kata, kajian ini meneliti bagaimana seorang
pendengar menanggapi bunyi-bunyi yang diterimanya sebagai bunyi-bunyi
yang perlu diproses sebagai bunyi-bunyi bahasa bermakna, dan apakah ciri
bunyi-bunyi bahsa yang dianggap penting oleh pendengar dalam usahanya
untuk membeda-bedakan setiap bunyi bahasa yang didengar (Singh dan Singh,
1976: 5). Tegasnya, fonetik auditoris adalah kajian terhadap respon sistem
pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima.
KETIDAK
LANCARAN
BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN
KAJIAN FONETIK
KETIDAK LANCARAN BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK

Istilah “ketidaklancaran berujar” ini diterjemahkan dari “language


disorderes” atau “language disabilities”. Apabila dikaitkan dengan
proses berbahasa lisan, maka “ketidaklancaran berujar” ini
merujuk kepada kegagalan atau kekurangmampuan seseoang untuk
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan dengan lancar
dan berkesan (Lahey, 1998: 20-21). Dalam beberapa kasus,
fenomena ketidak lancaran berujar ini sering dikaitkan dengan
ketidakmampuan belajar oleh individu yang bersangkutan.
Permasalah ini dapat disebabkan oleh kegagapan (stuttering),
kelumpuhan saraf otak (celebral parsied), afasia (aphasia), disleksia
(dyslexia), disatria (disathria), dll.
KETIDAK LANCARAN BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK
1. Kegagapan

Menurut Ainsworth (1975), gagap merupakan salah satu


permasalahan yang berhubungan dengan ketidaklancaran ketika
berbahasa, yang dialami oleh seorang penutur. pada umumnya,
penutur yang gagap adalah penutur yang menghadapi masalah
kekurangmampuan artikulator untuk berfungsi secara normal,
dan/atau masalah pengaturan pernapasan atau lewatan udara dari
paru-paru si penutur. Antara lain, yang termasuk ciri-ciri
kegagapan adalah pemandekan, pemanjangan, dan pengulangan.
KETIDAK LANCARAN BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK
2. Kelumpuhan Syaraf Otak

Istilah “Kelumpuhan otak merujuk pada kecederaan di bagian


tengah sistem nervous otak manusia, yang mengakibatkan proses
arahan dan perpindahan dari otak ke saraf penggerak yang
mendorong pergerakan anggota tubuh sangat lemah bahkan tidak
berfungsi (Mysak, 1990:499-500). Kelumpuhan ini turut
melibatkan secara langsung ketidaklancaran proses penghasilan
ujaran. Ketidaklancaran ini berkaitan dengan keadaan pernapasan
yang tidak normal yang berdampak pada aliran udara yang
dipelukan ketika menghasilkan bunyi bahasa, kenyaringan dan
kejelasan suara, dan kemampuan gerakan artikulator-artikulator
KETIDAK LANCARAN BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK
3. Belahan Langit-langit Mulut
Pengertian belahan langit-langit mulut ini merujuk pada keadaan
terbelahnya/merekahnya langit-langit mulut seorang penutur.
Belahan/rekahan langit-langit mulut ini bisa terjadi pada langit-
langit keras saja, langit-langit lunak saja, atau kedua-duanya.
Meskipun perawatan secara medis (dioperasi dan lain-lain)
dilakukan sejak kecil, hasilnya tidak bisa sempurna seperti penutur
normal.
Penutur yang bersangkutan tetap menghadapi untuk menyebutkan
bunyi-bunyi bahasa karena langit-langit mulutnya yang tidak
merata (tinggi-rendah) sempit, dan (biasanya) diikuti bentuk gusi
yang tidak normal.
KETIDAK LANCARAN BERUJAR YANG
TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK
4. Rusak Pendengaran

Kasus Kerusakan pendengaran ini dapat dibagi ke dalam 2


keadaan, yaitu penutur yang hanya mempunyai masalah kualitas
pendengaran rendah, dan penutur yang hanya mempunyai masalah
kualitas pendengaran rendah, dan penutur yang pekak atau tuli.
Penutur yang mempunyai kualitas pendengaran yang rendah
berkemungkinan gagal untuk mengenal dengan baik bunyi-bunyi
yang berfrekuensi tinggi, misalnya bunyi [s] dan [f]. Karena itu, ia
akan menghadapi masalah ketika memahami perkataan dalam
suatu ujaran yang mengandung bunyi- bunyi berfrekuensi tinggi
tersebut (Thomas dan Carmach, 1990:24).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai