GAGASAN DASAR • Kepatuhan hukum terhadap peraturan perundang-undangan sebagai dasar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat menjadi dasar bagi terwujudnya prinsip good governance, yang telah menjadi komitmen penyelenggaraan pemerintahan …
• Audit Hukum dapat diberikan pengertian sebagai kegiatan
pemeriksaan atas kepatuhan hukum suatu instituisi publik (pemerintah), baik yang akan dilakukan maupun yang sudah dilakukan. • Audit Hukum institusi pemerintah merupakan uji kepatuhan hukum terhadap pelaksanaan/penggunaan kewenangan oleh badan/pejabat pemerintah yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan kewenangan inilah yang selanjutnya disebut sebagai perbuatan hukum pejabat pemerintahan atau perbuatan pemerintah. FUNGSI PEMERINTAHAN a) fungsi pemerintahan (kegiatan memerintah), b) sebagai “organisasi pemerintahan”, yaitu kumpulan dari satuan- satuan organisasi pemerintahan. Fungsi pemerintahan dapat dijelaskan setidak-tidaknya merupakan kekuasaan yang berda di luar kekuasaan perundang-undangan dan fungsi peradilan.
Pengertian ini sedasar dengan pengertian bestur di Belanda, yaitu
merupakan kekuasaan yang berada diantara kekuasaan regel geving (pembentukan undang-undang) dan kekuasaan rechtspraak (kekuasaan mengadili). PRINSIP AUDIT EKSEKUTIF • Audit Hukum sektor publik seringkali tidak fair, sebab eksekutif menilai dirinya sendiri dan dipertanggungjawabkan pada dirinya sendiri juga. • Audit Hukum dilakukan oleh institusi atau pihak eksternal netral, dan yang memiliki sertifikasi sebagai auditor yang memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk melakukan audit. • Pertanggungjawaban hasil Audit Hukum terhadap masyarakat setidak- tidaknya dilakukan terhadap lembaga perwakilan rakyat, dalam hal ini DPR • Audit Hukum pemerintahan mencakup audit keuangan dan audit operasional. • Audit Hukum terhadap keuangan terkait dengan penggunaan dana oleh pemerintah, dan audit keuangan • Selama ini laporan audit oleh auditor BPKP belum dilengkapi dengan Standar Akuntansi Pemerintahan ataupun Standar Akuntansi Sektor Publik yang sesuai. Audit Hukum Terhadap Presiden dan Wakil Presiden • Dalam system ketatanegaraan Indonesia, Presiden dan Wakil Presiden merupakan satu paket. Presiden memiliki 2 (dua) kedudukan, yaitu sebagai kepala pemerintahan dan sebagai kepala negara. Dalam kedudukannya sebagai kepala pemerintahan diatur di dalam ketentuan Pasal 4 UUD NRI Tahun 1945, yang dirumuskan: • Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar. • Dalam melaksanakan kewajibannya Presiden dibantu satu orang wakil Presiden. … • Presiden tidak hanya sebagai kepala pemerintahan, tetapi juga sebagai kepala negara. Kedudukan Presiden sebagai kepala negara ini dapat dilihat pada ketentuan Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan Pasal 16 UUD NRI Tahun 1945. • Audit Hukum terhadap eksekutif di tingkat pusat meliputi uji kepatuhan hukum Presiden dan Wakil Presiden, dan Menteri. Sedangkan uji kepatuhan hukum eksekutif di daerah merupakan uji kepatuhan hukum terhadap pejabat eksekutif di daerah, khususnya terhadap Gubernur, Bupati/Walikota uji kepatuhan eksekutif meliputi: 1. Penyelenggara Negara, meliputi: • a. Jenis dan status hukum kekayaan Negara, termasuk hutang dan piutang; • b. Asal perolehan harta kekayaan negara; dan • c. Dasar perolehan dan penghapusannya. 2. Swasta (korporasi), meliputi: • a. Neraca; • b. Perhitungan laba rugi; Audit Hukum Presiden dan wapres meliputi kewenangan dan hak yang terdiri atas : •
•“…kewenangan kekuasaan pemerintahan menurut UUD “[Pasal 4 (1) UUD
•“…memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertim-bangan DPR” [Pasal NRI Tahun 1945]; 14 (2) UUD NRI Tahun 1945]; •“…hak mengajukan RUU kepada DPR” Pasal 5 (1) UUD NRI Tahun 1945]; •“…memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan •“…menetapkan peraturan pemerintah” [Pasal 5 (2) UUD NRI Tahun 1945]; UU” [ Pasal 15) UUD NRI Tahun 1945]; •“…memegang teguh UUD dan menjalankan segala UU dan peraturannya •“…membentuk suatu dewan pertimbangan yang bertugas mem-berikan nasihat dan dengan selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa ”[Pasal 9 pertimbangan kepada Presiden” [Pasal 16 UUD NRI Tahun 1945]; (1) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri [Pasal 17 (2) UUD NRI •“…memegang kekuasaan yang tertinggi atas AD, AL, dan AU” ”[Pasal 10 (1) Tahun 1945]; UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR [Pasal 20 •“…dengan persetujuan DPR menyatakan perang, membuat perdamaian (2) UUD NRI Tahun 1945] serta pengesahan RUU [Pasal 20 (4) UUD NRI Tahun 1945]; dan perjanjian dengan negara lain” [Pasal 11 (1) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang hak menetapkan peraturan pemerintah sebagai pengganti UU dalam •“…membuat perjanjian internasional lainnya… dengan persetujuan DPR” kegentingan yang memaksa [Pasal 22 (1) UUD NRI Tahun 1945]; [Pasal 11 (2) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang pengajuan RUU APBN untuk dibahas bersama DPR dengan memperhatikan •“…menyatakan keadaan bahaya” (Pasal 12 UUD NRI Tahun 1945); pertimbangan DPD [Pasal 23 (2) UUD NRI Tahun 1945]; •“…mengangkat duta dan konsul” [Pasal 13 (1) UUD NRI Tahun 1945]. •Tentang peresmian keanggotaan BPK yang dipilih oleh DPR dengan memperhatikan Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan DPR pertimbangan DPD [Pasal 23F (1) UUD NRI Tahun 1945]; [Pasal 13 (2) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang penetapan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan •“…menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan disetujui DPR [Pasal 24A (3) UUD NRI Tahun 1945]; pertimbangan DPR”[Pasal 13 (3) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang pengangkatan dan pemberhentian anggota Komisi Yudisial dengan •“…memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertim-bangan persetujuan DPR [Pasal 24B (3) UUD NRI Tahun 1945]; MA” [Pasal 14 (1) UUD NRI Tahun 1945]; •Tentang pengajuan tiga orang calon hakim konstitusi dan pene-tapan sembilan orang anggota hakim konstitusi [Pasal 24C (3) UUD NRI Tahun 1945]. Audit Hukum Kepala Daerah
• Undang-Undang Otonomi Daerah (Undang-Undang Nomor 22 Tahun
1999, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan daerah, dengan perubahannya) • Keluasan wewenang penyelenggaraan fungsi pemerintahan di daerah ini tentunya tidak dimaknai sebagai keluasan tanpa batas, sebab kewenangan tersebut diberikan berdasarkan undang-undang … • Audit hukum kepala daerah, meliputi: pelaksanaan kompetensi atau kewenangan, baik wewenang atributif, wewenang delegatif, maupun wewenang mandat. • Audit Hukum terhadap penggunaan wewenang akan menggambarkan kepatuhan terhadap syarat formal sebagai pribadi yang ditunjuk menjadi pelaksana fungsi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan Wewenang Pemerintahan Sebagai Objek Audit Hukum • Uji kepatuhan hukum terhadap penggunaan wewenang pemerintahan dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya indikasi pelanggaran yang dilakukan kepala daerah. • mengenai larangan penyalahgunaan wewenang ini diatur di dalam Pasal 17 UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Pasal 17 UU No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan • Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilarang menyalahgunakan Wewenang. • Larangan penyalahgunaan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: •larangan melampaui wewenang; •larangan mencampuradukkan wewenang; dan/atau •larangan bertindak sewenang-wenang Pasal 18 Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan melampaui Wewe-nang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf (a) apabila keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan: a. melampaui masa jabatan atau batas waktu berlakunya Wewe nang; b. melampaui batas wilayah berlakunya wewenang; dan/atau c. bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undang an. Pelampauan waktu penggunaan wewenang (onbevogdheid ration temporis) Merupakan tindakan pejabat pemegang/pemilik wewenang yang menggunakan wewenangnya telah melam paui batas waktu atau masa berlakunya wewenang telah berakhir. Contoh: seorang Bupati/Walikota membuat keputusan pada tanggal 20 Desember 2020 pukul 01.00 WIB, namun masa jabatan Bupati/Walikota tersebut sebenarnya sudah berkhir pada tanggan 19 Desember 2020 tengah malam pukul 00.00 WIB. Jadi, pembentukan keputusan tersebut dapat dinyatakan tidak berlaku, karena dibuat setelah Bupati/Walikota tersebut sudah tidak memiliki kewenangan untuk itu. Melampaui wilayah hukum(onbevogdheid ration loci) • penggunaan wewenang pemerintahan oleh pejabat yang berwenang telah melampaui batas yuridiksi atau batas wilayah yang menjadi wewenangnya. • Contoh: pengangkatan seorang juru parkir merupakan kewenangan kepala daerah, namun jika seorang bupati mengangkat juru parker untuk ditempatkan di wilayah kabupaten/kota lain di luar wilayah/yurisdiksi yang menjadi wewenangnya. larangan mencampuradukkan kewenangan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dikategorikan mencampuradukkan wewenang apabila keputusan dan/atau tindakan yang dilakukan:: • a. di luar cakupan bidang atau materi wewenang yang diberikan; dan/atau • b. bertentangan dengan tujuan wewenang yang diberikan. • Mengingat yang diuji adalah tindakan atau perbuatan pemerintah, maka pengujiannya dilakukan selain melalui upaya administratif juga dapat dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Negara, sebagai peradilan khusus yang menangani sengketa antara rakyat/masyarakat dengan penguasa. • Jika berdasarkan hasil pengujian tersebut terbukti terjadi kesewenang-wenangan, atau pelampauan batas kewenangan, maka segala akibat hukum yang timbul dari penggunaan wewenang tersebut tidak berdampak hukum apapun sanksi • Sanksi perdata mewujud dalam bentuk ganti rugi, sanksi administratif mewujud dalam bentuk peringatan sampai pemberhentian tidak dengan hormat. • Sanksi pidana dapat berupa sanksi pidana denda, sanksi pidana kurungan, sampai sanksi pidana penjara. Namun dalam kasus-kasus tertentu sanksi pidana pada umumnya diterapkan belakangan atau sebagai ultimum remedium • sanksi yang pertama dijatuhkan adalah sanksi administrasi. Namun jika perbuatan pejabat pemerintahan tersebut terindikasikan ada unsur pidana, biasanya sanksi pidana diupayakan lebih dulu, baru kemudian sanksi-sanksi yang lainnya. Alasan penghentian kepala daerah • Kepala Daerah dapat diberhentikan oleh karena meninggal dunia, permintaan sendiri, dan diberhentikan. • Namun kenyataannya Kepala Daerah dapat diberhentikan sementara oleh Presiden tanpa usul DPRD dengan alasan: • melakukan tindak pidana dengan ancaman minimal 5 tahun atau lebih; • melakukan tindak pidana korupsi, terorisme, makar, tindak pida na keamanan terhadap negara;