Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DALAM
A. PENGERTIAN MANUSIA
Seperti dijabarkan Prof Yunahar Ilyas dalam bukunya, Tipologi Manusia Menurut Al-Qur’an (2007, Labda Press), Kitabullah itu menyebut manusia dengan istilah yang berbeda-beda.
Istilah basyar disebut 35 kali dalam bentuk mufrad dan sekali dalam bentuk mutsanna. Sebutan al-ins sebanyak 18 kali. Al-insan, 65 kali. an-nas, 240 kali. Bani Adam, 7 kali. Terakhir,
dzuriyah Adam sebanyak 1 kali.
3. Al-Ins/al-Insan
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak
lawanKitab suci al-Qur’an – seperti yang ditulis Bint
as-Syathi’ dalam al-qur’an wa Qadhaya al-Insan –
sering kali memperhadapkan insane dengan jin/jan.
dari binatang liar, harmonis, dan tampak. . Kata
insan, digunakan al-qur’an untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.
1. Basyar Manusia yang berbeda antara satu dengan yang
Kata basyar terambil dari akar kata yang berarti penampakan lainya akibat perbedaan fisik, mental, intelektual dan
sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang juga spiritual.
sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia 4. Duriyat Adam/Bani Adam
dinamai basyar karena kulitnya nampak jelas, dan Al-Qur’an tidak menguraikan secara rinci proses kejadian
berbeda dengan kulit makhluk yang lain. Dengan Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia
demikian istilah basyar merupakan gambaran manusia pertama. Yang disampaikanya dalam konteks ini hanya
secara materi yang dapat dilihat, memakan sesuatu, (1) bahan awal manusia adalah tanah, (2) bahan
berjalan, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah disempurnakan, (3) setelah proses
hidupnya. Manusia dalam pengertian ini disebutkan di penyempurnaannya selesai, ditiupkan kepadanya ruh
dalam al-Qur’an sebanyak 35 kali dalam berbagai surat. ilahi [QS Al-Hijr, 15: 28-29; Shad, 38: 71-72]. Sedangkan
Diantaranya terdapat dalam surat al-kahfi: 110, Ibrahim: ketika berbicara tentang penciptaan manusia pertama
10, hud: 26, al-Mukminun: 24 dan 33, yasin: 15, Al-Isra: dan proses kejadian manusia secara umum terdapat
93 dan lain-lain. Dalam ayat-ayat tersebut terlihat perbedaan. Penciptaan manusia secara umum, melalui
bahwa manusia dalam arti basyar adalah manusia proses keterlibatan Tuhan bersama selain-Nya, yaitu
dengan sifat-sifat kematerianya. bapak dan ibu. Keterlibatan bapak dan ibu mempunyai
2. An-Nas pengaruh menyangkut bentuk fisik dan psikis anak,
Dalam al-Qur’an manusia dalam pengertian an-nas disebutkan sedangkan dalam penciptaan Adam, tidak terdapat
sebanyak 240 kali yang jelas menunjukan pada jenis keturunan keterlibatan pihak lain termasuk ibu dan bapak.
Nabi Adam as. Diantaranya terdapat dalam surat al-hujurat: 13,
B. HAKEKAT MANUSIA
1. Makhluk
Keberadaan manusia di alam semesta ini bukan karena sendirinya, akan tetapi karena rancangan,
disain, proses penciptaan dari Allah swt. Keberadaan manusia sebagai hasil ciptaan Allah swt,
menyadarkan akan hakekat makhluk yang lemah, bodoh, dan fakir .
2. Dimuliakan Dan Diberikan Potensi
Al-Qur’an banyak berbicara tentang potensi manusia. Ditemukan banyak ayat yang memuji dan memuliakn manusia, seperti pernyataan tentang terciptanya
manusia dalam bentuk dan keadaan sebaik-baiknya (QS at-Tin, 95: 5)., dan penegasan tentang dimuliakanya makhluk ini dibanding dengan kebanykan
makhluk-makhluk Allah yang lain (QS al-Isra’, 17: 70). Masih banyak ayat –ayat lain yang dapat dikemukan tentang potensi manusia serta arah yang harus
dituju.Isyarat yang menyangkut unsure immaterial, ditemukan antara lain :
a. Fitrah
Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata al-fathr yang berarti belahan, dan dari makna ini lahir makna-makna lain, seperti “penciptaan” dan
“kejadian”. Dalam al-Qur’an kata ini dalam berbagai bentuknya terulang sebanyak 28 kali, 14 kali diantaranya dalam konteks uraian tentang bumi dan atau
langit. Sisanya dalam konteks penciptaan manusia baik dari sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian tentang fitrah
manusia.
Manusia sejak asal kejadianya, membawa potensi beragama secara lurus, dan dipahami oleh para ulama sebagai tauhid. Yang mana bahwa fitrah
keagamaan akan melekat pada diri manusia untuk selama-lamanya, walaupun boleh jadi tidak diakui atau diabaikanya.Muhammad bin Asyur dalam
tafsirnya, Beliau menyatakan: “fitrah adalah bentuk dan system yang diwujudkan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah
apa yang diciptakan Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya)”.
b. Nafs
Kata nafs dalam al-Qur’an mempunyai banyak makna, sekali diartikan sebagai totalitas manusia (QS al-Maidah [5]: 32), yang lain menunjuk kepada apa
yang terdapat dalam diri manusia yang menghasilkan tingkah laku (QS ar-Ra’d [13]: 11), dan kata nafs juga digunakan untuk menunjuk kepada “diri
Tuhan” ,seperti dalam QS al-An’am [6]: 12.Secara umum nafs dalam kontek pembicaraan tentang manusia , menunjuk kepada sisi dalam manusia yang
berpotensi baik dan buruk.
c. Qalb
Kata qalb terambil dari akar kata yang bermakna membalik karena sering kali ia berbolak-balik, sekali senang sekali susah, sekali setuju dan sekali menolak.
Qalb amat berpotensi untuk tidak konsisten. Hal ini seperti terlihat dalam beragam ayat, yaitu: kalbu adalah wadah dari pengajaran (QS Qaf [50}: 37), Wadah
dari kasih sayang (QS al-Hadid [57]: 27), wadah dari rasa takut (QS Ali Imran [3]: 151), dan wadah keimanan (QS al-Hujurat [49]: 7).Dalam keadaanya
sebagai kotak, maka tentu saja ia dapat diisi dan atau diambil isinya (QS al-Hijr [15]: 47, Al-Hujurat [49]: 14). Bahkan al-Qur’an menggambarkan bahwa ada
kalbu yang disegel: “Allah telah mengunci mati hati mereka” (QS al-Baqarah [2]: 7), sehingga wajar jika al-Qur’an menyatakan bahwa ada kunci-kunci
penutup kalbu (QS Muhammad [47]: 7). Wadah kalbu dapat diperbesar, diperkecil, atau dipersempit. Ia diperlebar dengan amal-amal kebajikan serta olah
jiwa (QS al-Hujurat [49]: 3, Al-Insyirah [94]: 1), dan dipersempit dengan kesesatan dan kemaksiatan (QS al-An’am [6]: 125).
d. Ruh
Berbicara tentang ruh, al-Qur’an mengingatkan kita dengan firman-Nya:
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan) -Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (As-Sajadah:9)
Dari ayat ini sangat jelas bahwa Allah meniupkan roh dalam diri manusia, sehingga manusia diberikan kemampuan untuk melihat,
mendengar, dan hati nurani.
e. ‘Aql
Kata ‘aql (akal) tidak ditemukan dalam al-Qur’an, yang ada adalah bentuk kata kerja – masa kini, dan lampau. Kata tersebut dari
segi bahasa pada mulanya berarti tali pengikat, penghalang. Al-Qur’an tidak menjelaskannya secara eksplisit, namun dari konteks
ayat-ayat yang menggunakan akar kata ‘aql dapat dipahami antara lain adalah:
1. Daya untuk memahami dan menggambarkan sesuatu
2.Dorongan moral
3. Daya untuk mengambil pelajaran dan kesimpulan serta “Hikmah”. Untuk maksud ini biasanya digunakan kata rusyd. Daya ini
menggabungkan kedua daya ini di atas, sehingga ia mengandung daya memahami, daya menganalisis, dan menyimpulkan, serta
dorongan moral yang disertai dengan kematangan berfikir. Seseorang yang memiliki dorongan moral, boleh jadi tidak memiliki
daya nalar yang kuat, dan boleh jadi juga seseorang yang memiliki daya pikir yang kuat , tidak memiliki dorongan moral. Tetepi
seseorang yang memilki rusyd, maka dia telah menggabungkan kedua keistimewaan tersebut.
3. Dibebani Tanggung Jawab
Keberadaan manusia di alam semesta ini dan diberikan potensi oleh Allah bukan tanpa tanggung jawab. Tetapi manusia dengan
segala potensi yang dimilkinya untuk menuaikan satu misi hidup yang jelas dan terarah. Misi tersebut adalah menunaikan tugas
ibadah dan khilafah.
4. Diberikan Pilihan Hidup
Walaupun manusia diberikan satu tanggung jawab untuk menunaikan tugas dan misi kehidupan di alam semesta ini, tetapi Allah
masih memberikan pilihan bagi manusia. Pilihan tersebut berupa kepatuhan kepada misi awal penciptaan manusia atau
ketidakpatuhan terhadapnya.
5. Diberikan Balasan
Pilihan hidup yang dipilih oleh manusia akan menjadi tannggung jawabnya sendiri. Tanggung Jawab ini berakibat pada balasan
berupa surga atau neraka. Bagi mereka yang tetap patuh pada misi penciptaan awal manusia, akan mendapatkan balasan berupa
surga, dan sebaliknya bagi mereka yang tidak patuh juga mendapatkan balasannya berupa neraka