Anda di halaman 1dari 32

Visum et Repertum

 Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas


permintaan penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan
medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian atau
diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di
bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.

Peran Visum et Repertum:

Definisi  salah satu alat bukti yang sah (pasal 184 KUHAP)
 berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap
kesehatan dan jiwa manusia.
 menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang
tertuang di dalam bagian Pemberitaan
 memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan
medik tersebut yang tertuang di dalam bagian Kesimpulan.
 menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum
 a. Visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan)
 b. Visum et repertum kejahatan susila
Jenis VeR  c. Visum et repertum jenasah
 d. Visum et repertum psikiatrik
Keterangan Ahli adalah sesuai dengan pasal 1 butir 28 KUHAP:
“Pasal 133 KUHAP” "Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh
(1) Dalam hal penyidik untuk seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang
kepentingan peradilan manangani
seorang korban baik luka, keracunan diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna
ataupun mati yang diduga karena kepentingan pemeriksaan".
peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada
ahli kedokteran kehakiman atau Keterangan Ahli ini akan dijadikan sebagai alat bukti yang sah
dokter dan atau ahli lainnya. di depan sidang pengadilan (pasal 184 KUHAP)
(2) Permintaan keterangan ahli
sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) dilakukan secara tertulis, yang Keterangan ahli ini dapat diberikan secara lisan di depan sidang
dalam surat itu disebutkan dengan pengadilan (pasal 186 KUHAP), dapat pula diberikan pada
tegas untuk pemeriksaan luka atau masa penyidikan dalam bentuk laporan penyidik (Penjelasan
pemeriksaan mayat dan atau pasal 186 KUHAP), atau dapat diberikan dalam bentuk
pemeriksaan bedah mayat.
keterangan tertulis di dalam suatu surat (pasal 187 KUHAP).
 Menurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu
juga mempunyai wewenang tersebut sesuai dengan pasal 11
KUHAP.
PIHAK YANG  Adapun yang termasuk dalam katagori penyidik menurut KUHAP
BERWENANG pasal 6 ayat (1) PP 27 tahun 1983 pasal 2 ayat (1) adalah Pejabat
MEMINTA Polisi Negara RI yang diberi wewenang khusus oleh undang-
undang dengan pangkat serendah-rendahnya Pembantu Letnan
KETERANGAN Dua. Sedangkan penyidik pembantu berpangkat serendah-
AHLI rendahnya Sersan Dua.
 bila penyidik tersebut adalah pegawai negeri sipil, maka
kepangkatannya adalah serendahrendahnya golongan ll/b untuk
penyidik dan l/a untuk penyidik pembantu.
 KUHAP pasal 133 ayat (1),
yang berwenang melakukan pemeriksaan forensik yang menyangkut
tubuh manusia dan membuat Keterangan Ahli adalah dokter ahli
kedokteran kehakiman (forensik), dokter dan ahli lainnya.
PIHAK YANG Sedangkan dalam penjelasan KUHAP tentang pasal tersebut
BERWENANG dikatakan bahwa yang dibuat oleh dokter ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan ahli sedangkan yang dibuat oleh selain ahli
MEMBUAT kedokteran kehakiman disebut keterangan.
KETERANGAN
 semua dokter yang telah mempunyai surat penugasan atau surat izin
AHLI
dokter dapat membuat keterangan ahli. Namun untuk tertib
administrasinya, maka sebaiknya permintaan keterangan ahli ini
hanya diajukan kepada dokter yang bekerja pada suatu instansi
kesehatan (Puskesmas hingga rumah sakit) atau instansi khusus
untuk itu, terutama yang milik pemerintah
PROSEDUR  untuk korban mati. Jenasah harus diperlakukan dengan baik, diberi
label identitas dan penyidik wajib memberitahukan dan
PERMINTAAN menjelaskan kepada keluarga korban mengenai pemeriksaan yang
akan dilaksanakan.
KETERANGAN  Korban yang masih hidup sebaiknya diantar oleh petugas
AHLI kepolisian guna pemastian identitasnya.
PENGGUNAAN  Penggunaan keterangan ahli, atau dalam hal ini visum et reper-tum,
adalah hanya untuk keperluan peradilan. Dengan demikian berkas
KETERANGAN Keterangan Ahli ini hanya boleh diserahkan kepada penyidik
AHLI (instansi) yang memintanya
 Visum et repertum dibuat secara tertulis, sebaiknya dengan mesin
ketik, di atas sebuah kertas putih dengan kepala surat institusi
kesehatan yang melakukan pemeriksaan, dalam bahasa Indonesia,
tanpa memuat singkatan, dan sedapat mungkin tanpa istilah asing,
bila terpaksa digunakan agar diberi penjelasan bahasa Indonesia.
Ketentuan  Apabila penulisan sesuatu kalimat dalam visum et repertum
Penulisan VeR berakhir tidak pada tepi kanan format, maka sesudah tanda titik
harus diberi garis hingga ke tepi kanan format.
 Apabila diperlukan gambar atau foto untuk lebih memperjelas
uraian tertulis dalam visum et repertum, maka gambar atau foto
tersebut diberi kan dalam bentuk lampiran.
Visum et repertum terdiri dari 5 bagian yang tetap :
1. Pro justitia  visum et repertum khusus dibuat untuk tujuan peradilan.
2. Pendahuluan  nama dokter pembuat visum et repertum dan institusi
kesehatannya, instansi penyidik pemintanya berikut nomor dan tanggal
surat permintaannya, tempat dan waktu pemeriksaan, serta identitas
korban yang diperiksa.
3. Pemberitaan  hasil pemeriksaan medik tentang keadaan kesehatan
Bagian VeR atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan perkaranya, tindakan
medik yang dilakukan serta keadaannya selesai pengobatan/perawatan.
4. Kesimpulan  pendapat dokter berdasarkan keilmuannya, mengenai
jenis perlukaan/cedera yang ditemukan dan jenis kekerasan atau zat
penyebabnya, serta derajat perlukaan atau sebab kematiannya. Pada
kejahatan susila, diterangkan juga apakah telah terjadi persetubuhan dan
kapan perkiraan kejadiannya, serta usia korban atau kepantasan korban
untuk dikawin
5. Penutup
Peranan Ilmu Forensik
dalam Tindak Pidana
lmu Kedokteran Forensik (Legal Medicine) adalah salah satu cabang
spesialistik dari Ilmu Kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan
ilmu kedokteran untuk kepentingan penegakan hukum serta keadilan
Derajat Luka
1. Luka Ringan (Derajat 1)
Luka yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
jabatan atau pekerjaan(pasal 352 KUHP)
korban dengan "tanpa luka" atau dengan luka lecet atau memar kecil di
lokasi yang tidak berbahaya/yang tidak menurunkan fungsi alat tubuh
tertentu.
2. Luka sedang (Derajat 2)
keadaan yang terletak di antara luka ringan dan luka berat
3. Luka berat (Derajat 3)
 jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
 yang menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk
menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan pencaharian
 yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera
 yang menimbulkan cacat berat (verminking)
 yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh
 terganggunya daya pikir selama empat minggu atau lebih
 terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan
yang bersifat mekanik
 Kekerasan oleh benda tajam
 luka iris atau sayat  sudut luka lancip dan dalam --a tidak melebihi panjang luka
 luka tusuk
 luka bacok.
 Kekerasan oleh benda tumpul
 Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul
 Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda
yang memiliki permukaan kasar atau runcing
 Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang
menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui,
maka akan terjadi robekan pada kulit.
 Tembakan senjata api
 Fisika: Suhu Listrik dan petir
 Perubahan tekanan udara
 Akustik Radiasi Kimia: Asam atau basa kuat
Child Abuse
“UU no.35  Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan tiap
warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang
tahun 2014 merupakan hak asasi manusia
tentang  Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
perlindungan diskriminasi
anak”
setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau
penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum.

Anak  Seseorang yang berusia < 18 tahun

Definisi PELAKU: orang dewasa yang usianya


menggunakan kekuasaan dan otoritasnya
lebih tua dengan

KORBAN: anak yang tidak berdaya yang seharusnya berada di


bawah tanggung jawab dan atau pengasuhannya,
DAMPAK: menimbulkan penderitaan, kesengsaraan bahkan cacat.
1. physical abuse (kekerasan secara fisik)  ketika anak
mengalami pukulan, tamparan, gigitan, pembakaran, atau
kekerasan fisik lainnya.
2. Neglect (diabaikan/dilalaikan) adalah ketika kebutuhan-
kebutuhan dasar anak tidak dipenuhi.
3. psychological abuse (kekerasan secara psikologis)
Klasifikasi 4. sexual (kejahatan) secara seksual)  perlakuan pra kontak
seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata,
sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan
kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang
dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual)
 Orang tua mengalami perlakuan • Orang tua tidak mempunyai konsep
salah atau trauma pada masa anak- pola asuh
anak. • Kondisi lingkungan pakumis (padat,
 Orang tua yang agresif dan kumuh dan miskin)
emosional. • Lingkungan baru dan tidak mendapat
 Orang tua tunggal. dukungan dari keluarga serta teman-
temannya.
 Pernikahan dini dan belum siap • Pemenuhan kebutuhan tidak hanya
secara emosional dan ekonomi. fisik tetapi psikis
Etiologi  Sering terjadi KDRT. • Ada kasih sayang perhatian yang
 Kemiskinan dan tidak mempunyai hilang pada masa golden age
pekerjaan. • Pola komunikasi yang satu arah
• Pemenuhan kebutuhan tidak
 Jumlah anak banyak dan keluarga seimbang
besar. • Keluarga broken home, TKW
 Adanya konflik dengan hukum. • Profil pelaku cybercrime: ada masa
 Ketergantungan obat, alkohol, atau attachment dengan orang dekat yang
sakit jiwa. hilang
Toksikologi
Racun ialah zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik
yang dalam dosis toksik akan menyebabkan gangguan «esehatan atau
mengakibatkan kematian.

Berdasarkan tempat di mana racun berada, dapat dibagi -enjadi


 racun yang terdapat di alam bebas,
Definisi dan  racun yang terdapat di rumah tangga  deterjen, desinfektan,
Klasifikasi insektisida, pembersih (cleaners).
 racun yang digunakan dalam pertanian  insektisida, herbisida,
Racun pestisida.
 Racun yang digunakan dalam indusutri dan laboratorium  asam dan
basa kuat, logam berat.
 Racun yang terdapat dalam makanan,  CN dalam singkong, toksin
botulinus, bahan pengawet
 racun' dalam bentuk obat  hipnotik, sedatif, dll.
DOA (Dead On Arrival)
Surat Keterangan
Kematian
TKP dan Ekshumasi
 Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya
benda bukti dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau
yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian.
Autopsi

Anda mungkin juga menyukai