Anda di halaman 1dari 76

Pembelajaran Astronomi Bola

Via Internet

Suhardja D. Wiramihardja
Endang Soegiartini
Yayan Sugianto

Program Studi Astronomi FMIPA


Institut Teknologi Bandung
2006
Mata Kuliah AS 2210 Astronomi Bola (3 sks) untuk
tingkat dua mahasiswa Program Studi Astronomi ITB.

Materi:
Fenomena Langit
Gerak Langit
Sistem Waktu
Sistem Koordinat dan Transformasinya
Koreksi Posisi Objek Langit (refraksi, aberasi,
paralaks, presisi, dan nutasi)
Teori Pergerakan Planet
PENDAHULUAN
 Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.
 Memilih sistem koordinat yang tepat untuk
menjelaskan sebuah situasi.
 Melakukan transformasi antar sistem koordinat
yang berbeda.
 Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan.
 Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak
planet.
Buku acuan
 Astronomy: Principle and Practise, part 2, Roy,
A.E dan Clarke, D., 1988, Adam Hilger
 Textbook on Spherical Astronomy, Smart, W. M.,
1980, Cambridge Univ. Press
 A Workbook for Astronomy, Waxman J., 1986,
Cambridge University Press.
 Unfolding Our Universe, Nicolson, I., 1999,
Cambridge University Press.
 An Introduction to Astronomy, Huffer, C.M.,
Trinklein, F.E., Bunge, M., 1967, Holt, Rinehart
and Winston Inc.
Objek langit tampak bergerak pada bola langit
dengan jarak tak terbatas.
Bola merupakan objek tiga dimensi, tetapi
penggambarannya dalam dua dimensi.
Geometri bola diperlukan untuk menggambarkan
permukaan sebuah bola: baik cara memahami
maupun hubungan antar mereka.
Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?
 Dilihat oleh mata, benda langit yang
bertaburan di langit seolah melekat pada suatu
setengah bola raksasa yaitu Bola Langit
dengan diameter tak terhingga
 Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan
arah dan bukan jarak, maka diperlukan suatu
tata koordinat: koordinat 2 dimensi pada
permukaan bola
Bab I Gerak Langit
1.1. Bola Langit
Dilihat dengan mata, bintang-bintang menempel pada
permukaan dalam suatu bola raksasa yang berpusat di
Bumi. Bola ini, yang radiusnya tak terhingga, disebut
bola langit.

Posisi sebuah benda langit dinyatakan dengan arah,


bukan dengan jarak. Diperlukan suatu tata koordinat:
koordinat pada permukaan bola.

Dalam sistem koordinat langit, posisi bintang-bintang


hanya ditentukan oleh arah mereka antara satu dengan
lainnya. Umpamanya, bintang S1 dan bintang S2 terpisah
atau berjarak sudut 20 derajat.
Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2, didefinisikan sebagai
sudut S1OS2 = sudut S'1OS'2 atau S2OG1 = S'2OG'1. Tampak
bahwa jarak ke bintang-bintang itu tidak diperhitungkan, seakan-
akan mereka diproyeksikan pada bola langit di S'1 , S'2 dan G'1.
Z

S'1
S1
*
S'2

O *S 2


G1 G'1

N
Bola langit yang memperlihatkan jarak sudut
KLU dan KLS
Jika kita memproyeksikan kutub-kutub Bumi pada bola langit kita akan
memperoleh dua buah titik yang disebut Kutub Langit Utara (KLU) dan
Kutub Langit Selatan (KLS).
Polaris
KLU
*

Bola langit yang berputar

Bumi

Ekuator langit

Kutub Langit Selatan (KLS)


Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit.
Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Gambar Pergerakan Bintang Polaris
Gerak Langit
Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit
(sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS ini. Bintang-bintang akan tampak
berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan
tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut
lingkaran harian.
KLU

* Lingkaran harian bintang

Bumi

Ekuator langit
dan horizon Bola langit yang berputar

KLS
Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)
Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang
melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah
garis dari Utara ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak
lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita
bisa melihat semua bintang.

lingkaran harian bintang

KLU KLS
* *
Bumi

Bola langit

Ekuator langit

Bola langit dilihat dari Ekuator


Ekliptika

Dalam kenyataan sebenarnya, Bumi bergerak mengitari Matahari.

September

Desember
Juni

23½

U
Ekliptika
Maret
S

Revolusi Bumi mengitari Matahari


Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada
bola langit.

22 Jun
23 Sep Ekliptika

Ekuator langit

21 Mar

22 Des
Gerak Matahari

Gerak tahunan Matahari pada bola langit


Sistem Koordinat
Kutub Utara

Greenwich, England
Suatu tempat 
pada Bumi  Meridian Greenwich

Meridian suatu lintang


tempat

Ekuator

bujur

Bumi

Gambar 1.8 Sistem Lintang-Bujur


KLU
Lingkaran jam bintang

Ekliptika
*

Ekuator langit


Vernal equinox
Bola langit

Asensiorekta dan Deklinasi


Meridian lokal Zenith
pengamat Lintasan vertikal bintang

KLU
T *
tinggi
U S

Azimuth
B
Horizon
pengamat

Nadir

Gambar 1.10 Sistem Horizon


Bab II Waktu
2.1. Standar Waktu

Ada tiga satuan dasar waktu.

• Hari, yaitu panjang waktu yang diperlukan bumi untuk


menyelesaikan satu kali rotasi.
• Tahun, yaitu interval waktu yang diperlukan bumi
untuk menempuh satu putaran terhadap matahari.
• Bulan (month), yaitu waktu yang diperlukan bulan
(moon) untuk menyelesaikan satu putaran terhadap
bumi.
Ada dua macam hari

Hari matahari (solar day), jika matahari sebagai acuan:


interval waktu dari saat matahari terbit ke matahari terbit
berikutnya atau matahari terbenam ke matahari
terbenam berikutnya.

Hari sideris (sidereal day), jika bintang sebagai acuan:


interval waktu dari saat suatu bintang tertentu berada di
atas kepala kita sampai bintang tersebut kembali berada
di atas kepala kita lagi.
ke bintang

Satu hari sideris = 23 jam 56 menit

~1 Satu hari matahari = 24 jam






 



 


Bumi pada t2
Bumi pada t1

Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris


2.2. Sudut Jam
Z Meridian pengamat

KLU

Ekuator langit
T
U Pengamat ♀ S

B Horizon

Sudut jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah meninggalkan


meridian (titik sigma,  ) ke arah Barat
2.3. Waktu Sideris
Titik acuan waktu sideris adalah vernal equinox (titik  = Aries).

Waktu Sideris Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam


vernal equinox (SJ())

WSL = SJ()

Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada pada meridian


lokal (SJ()=0) dan berakhir ketika vernal equinox kembali
melintas meridian (23 jam 56 menit waktu hari kemudian)
Waktu Sideris
Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat
lingkaran adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut
jam dari vernal equinox. Sudut jam diukur ke arah Barat
(searah jarum jam bila dilihat dari Utara) dari titik sigma, ,
ke vernal equinox.
WSL =

SJ ()

Ekuator langit ()


KLU
Vernal Equinox

Definisi Waktu Sideris Lokal


 SJ ()

 ()
WSL *

Ekuator langit Vernal quinox


KLU

Definisi lain dari Waktu Sideris Lokal


Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran
jamnya, mempunyai asensiorekta  (diukur ke arah Timur
dari titik ) dan sudut jam, SJ (diukur ke arah Barat dari titik
sigma, ). Kita lihat bahwa

WSL = SJ() + ()

Jika  (bintang) diganti dengan , kita mendapatkan,

WSL = SJ() + ()

Karena ()=0, maka kita peroleh definisi pertama di


atas, yaitu

WSL = SJ()
Z
Meridian
KLU

Pengamat 



Horizon pengamat
Matahari pada

Autumnal Equinox
Ekuator langit

Gambar 2.5 Siang sideris pada 23 September


Z
KLU

Pengamat Matahari pada



Vernal Equinox

Ekuator langit


Horizon pengamat

Gambar 2.6 Siang sideris pada 21 Maret


Gerak Semu Planet
http://mars.jpl.nasa.gov/allabout/nightsky/images/2003/whereLosAngeles_br.jpg
Orbit Bumi

Bagaimana gerak
Retrograde terjadi Orbit Mars
Konjungsi

Venus

Bumi

Mars
Oposisi
Konjungsi dan Oposisi beberapa planet
Hukum II Keppler
Garis penghubung matahari-planet dalam selang
waktu sama menyapu luas yang sama.

Orbit Bumi mengelilingi Matahari


Fasa Bulan
Meridian lokal Zenith
pengamat Lintasan vertikal bintang

KLU
T *
tinggi
U S

Azimuth
B
Horizon
pengamat

Nadir
Arah Rotasi Bumi

Pagi
Sore


Orbit Bumi

Ke Matahari
http://ifa.hawaii.edu/~barnes/ASTR110L_F05/moonphases.html
Geometri Bola dan
Geometri Bidang Datar
Bidang Datar Bidang Bola
 Bila 2 garis tegak lurus  Bila 2 garis tegak lurus
garis ke 3, maka ke-2 garis ke 3, maka ke 2 garis
garis tersebut sejajar tersebut belum tentu
sejajar
 Bila 2 garis tak sejajar,  Bila 2 garis tak sejajar,
maka ke-2 garis itu akan maka ke-2 garis itu belum
memotong di satu titik tentu memotong di satu
titik
Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar,
lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola

 Lingkaran besar: Lingkaran pada permukaan bola


yang pusatnya berimpit dengan pusat bola 
membagi bola menjadi 2 bagian sama besar
 Lingkaran kecil: Lingkaran pada permukaan bola,
tetapi pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola
 Titik potong garis tengah yang tegak lurus bidang
lingkaran besar dengan bola disebut kutub
 Bila 2 lingkaran besar berpotongan, maka sudut
perpotongannya disebut sudut bola
Kutub

Lingkaran kecil

Pusat Bola
Lingkaran besar

Kutub
Geometri Bola
 Sudut bola adalah sudut yang dibentuk oleh
perpotongan 2 lingkaran besar.
 Jika 3 buah lingkaran besar saling berpotongan
satu dengan yang lainnya sehingga membentuk
suatu bagian dengan 3 sudut, maka terbentuklah
segitiga bola, yang mengikuti ketentuan sebagai
berikut:
1. Jumlah 2 sudut bola selalu lebih besar dari
sudut ke-3
2. Jumlah ketiga sudutnya selalu lebih besar dari
180
3. Tiap sudut besarnya selalu kurang dari 180
Sifat-sifat Sudut A, B, dan C adalah sudut
segitiga bola bola; dan a, b, dan c adalah
sisi-sisi segitiga bola ABC.
b
 0 < (a + b + c) < 360 
 180  < (A + B + C) < 540 
 a + b > c, a + c > b, b + c > a
a  a>bA>B; a=bA=B
 Ekses sudut bola, yaitu selisih
antara jumlah sudut-sudut A, B,
c dan C sebuah segitiga bola
dengan radians (180°) adalah: E
= A + B + C  (rad)
Formula Segitiga Empat buah formula yang
Bola biasa digunakan adalah:
 Formula cosinus
cos a  cos b  cos c  sin b  sin c  cos A
b
demikian pula
cos b  cos c  cos a  sin c  sin a  cos B
 Formula sinus
a
sin A sin B sin C
 
sin a sin b sin c
 Formula analog untuk cosinus
c sin a  cos B  cos b  sin c  sin b  cos c  cos A
 Formula empat bagian
cos a  cos C  sin a  cot b  sin C  cot B
Tata Koordinat Astronomi
Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:
 Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2
belahan, belahan utara dan belahan selatan
 Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus
lingkaran dasar utama
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
kutub-kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran
dasar utama
 Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I
 Koordinat I(“absis”): dihitung dari titik asal sepanjang
lingkaran dasar utama
 Koordinat II(“ordinat”): dihitung dari lingkaran dasar
utama ke arah kutub
KU
Lingkaran Dasar Kedua

Pusat Bola

Lingkaran Dasar Utama

KS
Tata Koordinat Bumi
 Lingkaran Dasar Utama: lingkaran Ekuator
 Kutub-kutub: Kutub Utara (KU) dan Kutub Selatan (KS)
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
 Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian
Greenwich
 Koordinat I: bujur,  atau , dihitung dari meridian
Greenwich ke meridian pengamat:
0° <  < 180° atau 0h <  < 12h ke timur dan ke barat
 Koordinat II: lintang , dihitung:
0° <  < 90° ke arah KU, dan
-90° <  < 0° ke arah KS
Tata Koordinat Bumi
Tata Koordinat Horison
 Lingkaran Dasar Utama: Bidang Horison
 Kutub-kutub: Titik Zenit (Z) dan Titik Nadir (N)
 Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui
meridian pengamat
 Titik asal: Titik Utara. Titik-titik Utara, Selatan, Barat,
dan Timur adalah titik kardinal
 Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,
0° < A < 360°
 Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran
horison:
0° < h < 90° ke arah Z, dan
-90° < h < 0° ke arah N
Tata Koordinat Horison
Tata Koordinat Ekuatorial I (HA-DEC)
 Lingkaran Dasar Utama: Ekuator Langit
 Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
 Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
 Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan
meridian pengamat dengan lingkaran ekuator langit
 Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:
0h < HA < 24h
 Koordinat II: deklinasi, , diukur:
0° <  < 90° ke arah KUL, dan
-90° <  < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial I
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
 Lingkaran Dasar Utama: Lingkaran Ekuator
 Kutub-kutub: Kutub Utara Langit (KUL) dan
Kutub Selatan Langit (KSL)
 Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat
 Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator
dan ekliptika
 Koordinat I: asensiorekta, , diukur dari titik  ke arah
timur: 0h <  < 24h
 Koordinat II: deklinasi, , diukur
0° <  < 90° ke arah KUL, dan
-90° <  < 0° ke arah KSL
Tata Koordinat Ekuatorial II (RA-DEC)
Tata Koordinat Ekliptika
 Lingkaran Dasar Utama: Bidang Ekliptika
 Kutub-kutub: Kutub Utara Ekliptika (KUE) dan
Kutub Selatan Ekliptika (KSE)
 Titik asal: Titik 
 Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik  ke arah
timur: 0h <  < 24h
 Koordinat II: lintang ekliptika, , diukur dari bidang
ekliptika ke bintang :
0° <  < 90° ke arah KUE, dan
-90° <  < 0° ke arah KSE
Tata Koordinat Ekliptika
Lintasan Harian Benda Langit
 Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit
Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang
sejajar
ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison
ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut
sebagai
terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari
atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit
atau terbenam, z = 90 dan h = 0.
Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang
ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas
(HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.
Jadi 2 HA adalah lama benda langit di atas horison.
Bintang Sirkumpolar
Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada
bintang
yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit.
Bintang
bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.
 Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:
z(transit bawah)  90 ; jika:
  90 -  , untuk belahan bumi utara
  - 90, untuk belahan bumi selatan
 Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku:
z(transit atas)  90 ; jika:
   - 90 , untuk belahan bumi utara
  90 -, untuk belahan bumi selatan
Senja dan Fajar
Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat
menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah
horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang
antara
matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya
108
disebut sebagai fajar atau senja.
 z = 90, h = 0  terbit/terbenam
 z = 96, h = - 6  fajar/senja sipil
 z = 102, h = -12  fajar/senja nautika
 z = 108, h = -18  fajar/senja astronomis
Pergerakan Tahunan Matahari
 Matahari mengitari Bumi pada bidang
ekliptika  posisinya dalam koordinat
ekliptika berubah terhadap waktu  posisi
pada koordinat ekuator juga berubah
 Dalam 1 tahun,  berubah dari 0h sampai
24h dan  berubah dari -23.27 sampai +
23.27
 Posisi titik  tetap
Posisi Matahari dalam koordinat ekuator
II dan ekliptika
Tanggal     lokasi
h ( ) h ( )
( ) ( )
21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi

22 Juni 6 0 6 + 23.27 Titik musim


panas
23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim
gugur
22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim
dingin
Posisi titik  terhadap Matahari dalam
peredaran harian dan tahunan Matahari
h h
Tanggal  ( ) HA ( )
21 Maret 0 0
22 Juni 6 -6
23 Sept. 12 -12
22 Des. 18 -18
Refraksi
Posisi benda langit yang tampak di langit
sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,
salah satu sebab adalah karena efek refraksi.

Cahaya yang bergerak dengan kecepatan


cahaya
akan mengubah bayangan benda yang
melewati
suatu medium.
Definisikan:
Indeks refraksi, n, setiap medium transparan
adalah
1/kecepatan cahaya di dalam medium.

Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada


temperatur dan tekanannya, sehingga indeks
refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan
atmosfer yang berbeda.
Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar
bintang akibat atmosfer bumi.
Z N
A

i1 X
 800 km

Lapisan atmosfer terendah

n Permukaan Bumi  150 km


o
Refraksi di dalam atmosfer :
Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan
sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan
mempunyai kecepatan vi yang berbeda untuk
tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell
juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:
n1 sin i = n2 sin r,
dengan :
n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 atau 2,
i adalah sudut datang, dan
r adalah sudut bias.
sin i 1 v 0
D i batas p erm ukaan pertam a: 
sin r1 v 1
sin i 2 v 1
D i lapisan b erikutnya:  , dan seterusnya.
sin r 2 v 2
T etapi den gan geom etri sederhan a: r 1 = i 2 , r 2 = i 3 , dan seterusnya
Sehin gga kita p eroleh :
v 
sin i 1   0  sin r1
 v1 
v 
  0  sin i 2
 v1 
v  v 1 
  0    sin r 2
 v1 v
 2 
v 
  0  sin r 2
 v2 
= ..........
v 
  0  sin rn
 vn 
Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga
yang berperan hanyalah perbandingan antara v0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya
dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).

Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak
memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi
ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang
ada di horison.

Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'.


Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').

Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan :


sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.
Sehingga,
sin(z) = sin(z') + R cos(z').
Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan
sin z R
 1 , atau
sin z  tan z 
v0 R
 1
vn tan z
Sehingga,
v0
R= tan z = k tan(z')
vn  1
Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan.
Tetapi vn bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.

Pada temperatur (0°C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur.

Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah:


k = 16.27" P(millibars)/ (273+ T°C)

Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan
dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di
horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.
Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan
terbit/terbenam
Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit
dari
pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang
terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.
Refraksi horisontal saat benda langit terbit/terbenam
adalah 35. Jika jarak zenit = 90, maka jarak zenit benar
adalah 9035.
Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat
Matahari  90, maka H+H adalah sudut jam pusat
Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di
horison, jadi z = 90 , dan z = 9035.
Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi
atasnya berada di horison, dan semi diameter
51
Matahari adalah 16, maka:H  sec .sec . cos ecH
15
Tabel 1. Lintang tampak dan sudut
refraksitampak
Lintang Sudut refraksi
0 3521
1 2445
2 1824
3 1424
4 1143
10 518
30 141
60 034
90 000
Efek Refraksi pada asensiorekta dan
deklinasi.

  = R sec  sin 


    = R cos 

dengan  adalah sudut


paralaktik.
Koreksi Semi diameter
Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:
 jarak zenit piringan Matahari adalah: z  90  R(z=90)
 tinggi pusat Matahari adalah : h  0  R(z=90)
Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai
muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan
sudah
terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh
semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:
z  90  R(z=90)  S
h  0  R(z=90)  S
Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam:
h = 050
h = +008
Koreksi ketinggian di atas muka laut
Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada
ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l
(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip),
,
adalah :  = 1.93l (dalam satuan menit busur).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
 = 1.78l (dalam satuan menit busur).

Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:


d = 3.57l (dalam km).
Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:
d = 3.87l (dalam km).

Anda mungkin juga menyukai