Anda di halaman 1dari 34

FARMAKOTERAPI

DIFTERI
Kasus 99
Pendahuluan
Desain Penelitian

Difteria adalah toksikoinfeksi yang disebabkan oleh


Corynebacterium diphteriae.
Difteria
Difteri adalah penyakit menular yang umunya menyerang
Epidemiologi anak-anak atau bayi. infeksi bakteri dan menular melalui
udara.
Etiologi
Saluran pernapasan bagian atas dengan tanda khas
Patofisiologi timbulnya “pseudomembran”. Kuman juga melepaskan
eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala umum dan lokal.
Diagnosis

Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P

Corynebacterium diphtheriae
EPIDEMIOLOGI
Desain Penelitian

Menurut Laporan WHO tahun 2013, difetri masih endemik. South-East Asia
Region menempati urutan pertama kasus difetri didunia.
Difteria India mempunyai kasus tertinggi yaitu sebanyak 2.525 kasus (2012), 4.233
kasus (2011). Indonesia merupakan Negara tertinggi setelah India
Epidemiologi
Kasus Difteri di Indonesia 2006-2014
Etiologi Tahun Jumlah kasus :
2010, 432
2006, 432
Patofisiologi 2011, 816
2007,183
2012, 1192
Diagnosis 2008, 218
2013, 775
2009, 189
Terapi
2014, 394
Kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur 79.5 %(KEMENKES RI)
Studi Kasus 99
S-O-A-P
ETIOLOGI
Desain Penelitian

Difteria
• Bakteri gram positif,
Epidemiologi • Berbentuk basil
• Tumbuh secara aerob
Etiologi Difteri disebabkan • Mati pada pemanasan 60 ° C selama
Patofisiologi oleh bakteri 10 menit
• Tahan sampai beberapa minggu
Diagnosis
Corynebacterium dalam es, air susu, dan lendir yang
diphtheriae telah mengering
Terapi • Membentuk pseudomembran yang
sukar diangkat, mudah berdarah, dan
Studi Kasus 99
berwarna putih keabu-abuan.
S-O-A-P

Corynebacterium difteri koloni pada agar


darah
ETIOLOGI
Desain Penelitian

Difteria

Epidemiologi Penyebaran difteri :


Etiologi 1. Udara seperti Air ludah, batuk atau bersin membawa serta
kuman difteri
Patofisiologi

Diagnosis 2. Eksudat dari lesi kulit yang terinfeksi.

Terapi
3.Benda, Makanan dan minuman yang terkontaminasi
Studi Kasus 99
S-O-A-P
4. Kontak langsung dengan penderita
Corynobacterium Diphteriae

Kulit/mukosa saluaran nafas atas

Difteria Memproduksi Toksin Patofisiolog


i
Epidemiologi Penyebaran Toksin

Etiologi Seluruh Tubuh


Lokal

Patofisiologi
Jantung Syaraf Ginjal
Menghambat
Diagnosis
Pembentukan
Protein

Nekrosis toksik & Neuritistoksik dengan degenerasi


degenerasi hialin lemak pada selaput mielin
Sel Mati
Studi Kasus 99
S-O-A-P Tampak perdarahan adrena dan nekrosis
Miokarditis tubuler akut
Respon Inflamasi
Lokal

Pseudomembran Menyumbat jalan Gangguan


nafas Pernafasan
KLASIFIKASI DIFTERI MENURUT TINGKAT KEPARAHANNYA
Desain Penelitian

Difteria
Infeksi ringan bila pseudomembran hanya
Epidemiologi terdapat pada mukosa hidung dengan gejala
hanya nyeri menelan
Etiologi

Patofisiologi
Infeksi sedang bila pseudomembran telah
Diagnosis menyerang sampai faring sampai
menimbulkan pembengkakan pada laring
Terapi

Studi Kasus 99 Infeksi berat bila terjadi sumbatan


S-O-A-P
nafas yang berat disertai dengan
gejala komplikasi seperti miokarditis
(radang otot jantung), paralisis
(kelemahan anggota gerak) dan
nefritis (radang ginjal)
Desain Penelitian
Manifestasi klinis umum

Difteria Membentuk tonsil pada


Epidemiologi lokasi yang terkena difteri
Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis

Terapi Demam
Radang lokal.
Studi Kasus 99 hingga 38,5°C
S-O-A-P
Desain Penelitian
Manifestasi klinis

1. Difteri hidung
Difteria Gejala difteri hidung :
Epidemiologi
1. pilek ringan tanpa atau disertai gejala
sistemik ringan.
Etiologi
2. Sekret hidung.
Patofisiologi 3. Tampak membran putih pada daerah
Diagnosis
septum nasi.
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian
Manifestasi klinis

2. Difteri Tonsil Faring


Difteria
Gejala difteri tonsil faring :
1. nyeri tenggorokan.
Epidemiologi
2. demam sampai 38,5 °C
Etiologi 3. nadi cepat, tampak lemah, nafas berbau,
Patofisiologi
anoreksia, dan malaise.
4. udem ringan jaringan lunak leher yang luas,
Diagnosis
akan menimbulkan bullneck.
Terapi

Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
Manifestasi klinis

3. Difteri Laring
Difteria Gejala klinis difteri laring :
1. stridor yang progresif.
Epidemiologi
2. suara parau dan batuk kering.
Etiologi 3. demam tinggi, lemah, sianosis, pembengkakan
Patofisiologi kelenjar leher.
Diagnosis

Terapi

Studi Kasus 21
S-O-A-P
Desain Penelitian
Manifestasi klinis

4. Difteri Kulit
Difteria Gejala difteri kulit :
1. dermatosis yang mendasari,
Epidemiologi
2. luka goresan, luka bakar atau impetigo yang
Etiologi telah terkontaminasi sekunder.
Patofisiologi 3. Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas.
Diagnosis

Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian
Manifestasi klinis

4.Difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga


Difteria
Gejala difteri Vulvovaginal, Konjungtiva, dan Telinga :
Epidemiologi 1. Ulserasi
Etiologi 2. pembentukan membrane dan perdarahan
submukosa.
Patofisiologi

Diagnosis

Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
DesainDIAGNOSIS
Penelitian

Difteria Pemeriksaan Diagnostik


Epidemiologi • identifikasi secara fluorescent
Etiologi antibody technique
Patofisiologi • isolasi C. diphtheria degan
Diagnosis
pembiakan pada media
loeffler
Terapi
• tes toksinogenisitas secara in
Studi Kasus 99 vivo (marmot) dan in vitro (tes
S-O-A-P Elek)
DesainPencegahan
Penelitian difteri

Difteria 1. Vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) pada anak


Epidemiologi
usia diatas 6 minggu sampai 7 tahun.
Etiologi
2. Vaksin Td (tetanus dan difteri) pada usia 7 – 18
tahun.
Patofisiologi
3. Vaksin TdaP (Adacel® atau Boostrix®) diberikan 1
Diagnosis kali suntikan ke dalam otot, vaksin ini dapat
Terapi diberikan pada usia 11-65 tahun.
Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian
Penatalaksanaan Terapi

Difteria

Epidemiologi Isolasi selama 2-3 minggu.

Etiologi

Patofisiologi
PENGOBATAN Pemeriksaan EKG selama 2
Diagnosis
UMUM: kali berturut-turut
Terapi

Studi Kasus 99
Pemberian cairan serta diet
S-O-A-P
yang adekuat.
Desain Penelitian
Penatalaksanaan Terapi

Difteria

Epidemiologi Antidiphtheriae serum (ADS)


Etiologi

Patofisiologi
PENGOBATAN Antibiotik
Diagnosis
KHUSUS:
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P Kortikosteroid
Desain Penelitian
Penatalaksanaan Terapi
Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit
Difteria TIPE DIFTERI Dosis ADS (Unit) Caran Pemberian

Epidemiologi Difteri Hidung 20.000 IM

Etiologi
Difteri Tonsil 40.000 IM/IV
Difteri Faring 40.000 IM/IV
Patofisiologi
Difteri Laring 40.000 IM/IV
Diagnosis
Kombinasi lokasi di atas 80.000 IV
Terapi

Studi Kasus 21 Difteri + Komplikasi, 80.000 – 1000.000 IV


bullneck
S-O-A-P
Terlambat Berobat (>72 80.000 – 1000.000 IV
jam) lokasi dimana saja

Sumber: Kementerian Kesehatan (2013)


Desain Penelitian
Penatalaksanaan Terapi

Pengobatan Antibiotik yang dianjurkan, Berikut :


Difteria
• Pemberian IM Penisilin Prokain 50.000 – 10.000
Epidemiologi unit/kg/hari selama 10 hari
Etiologi • Eritromisin Oral atau Parenteral (40-50 mg/kg/24
Patofisiologi jam; Maksimum 2 g/24 jam) Selama 14 hari
Diagnosis

Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P

Sumber: Kementerian Kesehatan (2013)


Desain Penelitian

Difteria

Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis STUDI KASUS 99


Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
PROFIL PASIEN
Desain Penelitian

Nama : An. Ma
Difteria
Umur : 6 th
Epidemiologi

Etiologi
BB/TB : 15 kg / - cm
Patofisiologi Alamat : Pacar keling-Surabaya
Diagnosis Riwayat sosial : Umum
Terapi
MRS : 18 Agustus 2010
Studi Kasus 99
S-O-A-P
DesainDIAGNOSIS
Penelitian

Difteria

Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis Difteri + Sp. TB


Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian

Difteria

Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologi STRATEGI
Diagnosis
PHARMACEUTICAL CARE
S-O-A-P
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
SUBJEKTIF
Desain Penelitian (S)
Pasien panas sejak 3 hari yang lalu
Difteria
Makan minum sedikit
Epidemiologi
Sakit menelan
Etiologi Riwayat penyakit : pada usia 7 hari
Patofisiologi mengalami panas tinggi akibat infeksi di
Diagnosis mulutnya
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian
OBJEKTIF (O)
DATA KLINIK

Difteria Tanggal (Agustus)


Nilai
Data Klinik 27
Normal
18 19 20 21 23 24 25 26
Epidemiologi
Nadi/menit 60-80x 100 120 120 120 110 110 100 100 110
Etiologi
Suhu (0C ) 36,7o-37oC 38 37,8 37,8 37,8 38,5 36 36.5 36 36

Patofisiologi RR/menit 18-20x 24 28 36 36 30 30 30 30 30

Diagnosis Nyeri telan - + + + - - - - - -

Batuk - - - ++ - ++ + + + +
Terapi

Studi Kasus 99 Tonsil


- + + + + + + + sedikit samar
pseudomembran
S-O-A-P

Pemeriksaan Auskultasi v/v v/v v/v v/v v/v v/v v/v v/v v/v
Fisik Paru Ronchi -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/-
  Wheezing -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/- -/-

Bising usus
Normal + + + + + + + + +
Desain Penelitian
OBJEKTIF (O)
DATA LAB
Tanggal (Agustus)
Difteria Data Laboratorium Nilai Normal
18 19 20 23 24

Epidemiologi Hb 14-18 g/dL     12,1    

Leukosit 4,8-10,8x103/µL     6,1x103    


Etiologi

Patofisiologi Uji BTA I


Negatif       Neg  
(usap tenggorok dan hidung)

Diagnosis
Uji BTA II
Negatif         Neg
(usap tenggorok dan hidung)
Terapi
Kultur C. diphteriae II:
Negatif   I: neg III: neg  
(darah) Neg
Studi Kasus 99
S-O-A-P Foto Torax
   
Normal N
Cor        
Tidak tampak Tidak tampak
Pulmo
infiltrat infiltrat

SKIN TEST
ADS Skin Test Negatif Neg        
PP Skin Test Negatif Neg        
Desain Penelitian
TERAPI
PROFIL PENGOBATAN PADA SAAT MRS
Difteria Tanggal (Agustus)
Obat Rute Dosis Frekuensi 27
Epidemiologi 18 19 20 21 22 23 24 25 26

√ √ 500c //            
Etiologi Inf D5 1/2 S i.v 1000cc 24jam c

Patofisiologi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
750.000
Inj Penicillin-Prokain i.m 2x1
UI
Diagnosis √ √       √ √   √  
Paracetamol pulv p.o 150 mg 3x1 (prn)
Terapi   √ √ √ √ √ √ √ √ √
Betafort syrup p.o - 1x1 cth
Studi Kasus 99
√                  
S-O-A-P ADS + Inf D5 1/4 S 250 i.v 40.000 dalam 6
cc drip UI jam

√         √        
Novalgin Inj suhu≥38,5
i.v 150 mg
(Metamizol Na) O
C
  √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lacto-B p.o 1 sach 12 jam
Desain Penelitian
ASSESMENT (A)
Problem S/O Rencana terapi Analisis terapi
medik dan Dosis
S : sakit menelan ADS + Inf D5 1/4 ADS antitoksin berfungsi
Difteria O : nyeri telan (+) S 250 cc untuk menetralisasi toksin
Tonsil pseudomembran (+) atau racun difteri yang
menyebar dalam tubuh
Epidemiologi diberikan segera setelah
dibuat diagnosis difteri
Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis DIFTERI Inj Penicillin- untuk menghilangkan


Prokain carrier difteri
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P S : pasien panas sejak 3 hari Paracetamol Pulv Untuk penurun panas/
yang lalu demam
O : Nadi :100x/ menit Novalgin inj. Untuk nyeri hebat yang
berhubungan dengan sakit
kepala, nyeri akut.
Desain Penelitian
ASSESMENT (A)
Problem S,O terkait Rencana terapi Analisis terapi
medik
S : makan minum Betafort Syr. Untuk pencegahan dan
Difteria
sedikit   pengobatan defisiensi vitamin
O : bising usus (+) B komplek, vitamin d dan
Epidemiologi Provitamin A terutama
selama masa penyembuhan
Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis DIFTERI
Terapi

Studi Kasus 99 Lacto-B Untuk memperbaiki sistem


pencernaan
S-O-A-P

Inf D5 ½ S Untuk regimen nutrisi


  parenteral dan asupan kalori
Desain Penelitian
PLAN (P) MONITORING KEFARMASIAN

MONITORING Terapi Parameter


Cairan dan elektrolit tubuh normal
Difteria Inf D5 1/2 S

Tonsil Psedomembran (-)


Epidemiologi Inj Penicillin-Prokain

Paracetamol pulv Suhu Normal


Etiologi
EFEKTIFITAS OBAT Betafort syrup Multivitamin
Patofisiologi
ADS + Inf D5 1/4 S 250 cc Tonsil Psedomembran (-)
Diagnosis Nyeri Berkurang
Novalgin Inj (Metamizol Na)

Terapi Pencernaan Normal


Lacto-B

Studi Kasus 99
S-O-A-P
Desain Penelitian
PLAN (P) MONITORING KEFARMASIAN

MONITORING Obat Efek Samping


Difteria
Inf D5 1/2 S -
Epidemiologi
Mulut kering; mual; muntah Pusing; Reaksi
Inj Penicillin-Prokain hipersensitivitas
Etiologi
EFEK SAMPING Gangguan fungsi hati penggunaan
OBAT Paracetamol pulv lama
Patofisiologi
Betafort syrup
-
Diagnosis
ADS + Inf D5 1/4 S 250 cc
Terapi Jarang : Reaksi Anafilaktik...
Novalgin Inj (Metamizol Na)

Studi Kasus 99 -
Lacto-B
S-O-A-P
Desain Penelitian
PLAN (P) MONITORING KEFARMASIAN

MONITORING
Tonsil pseudomembran
Difteria

Epidemiologi Kultur C. diphteriae(darah)

Etiologi
Suhu
Patofisiologi
PASIEN
Diagnosis Pernafasan Pasien

Terapi Batuk

Studi Kasus 99
Nyeri Menelan
S-O-A-P

Bising Usus
Desain Penelitian

Difteria

Epidemiologi

Etiologi

Patofisiologi

Diagnosis
TERIMAKASIH
Terapi

Studi Kasus 99
S-O-A-P

Anda mungkin juga menyukai