Anda di halaman 1dari 33

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBILIRUBIN 

Disusun Oleh:
Kelompok 3 
 
Ayu Lestari 200110004
Beatrice Florensia L 200110005
Desi Fitriani 1707807801
Siti Fitriani 200110034
Yuliana Faridah 200110037

MATA KULIAH : KEPERAWATAN ANAK I

DOSEN KOORDINATOR : NS. SUMIATI SINAGA, M.KEP


LATAR BELAKANG

Hiperbilirubin merupakan masalah yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Hyperbilirubinemia ditandai dengan
ikterik akibat tingginya kadar bilirubin dalam darah. Bilirubin merupakan hasil pemecahan hemoglobin akibat sel
darah merah yang rusak. Hiperbilirubin dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Secara fisiologis bayi
mengalami kuning pada bagian wajah dan leher , atau pada derajat satu dan dua (<12mg/dL), dapat diatasi dengan
pemberian intake ASI yang adekuat dan sinar matahari pagi kisaran jam 7.00 – 9.00 selama 15 menit. Secara
patologis bayi akan mengalami kuning diseluruh tubuh atau derajat tiga sampai lima (>12 mg/dL), di indikasikan
untuk pemberian fototerapi, jika kadar bilirubin >20mg/dL maka bayi akan di indikasikan untuk transfuse tukar.
Perawat berperan penting dalam pemberian fototerapi untuk mencegah terjadinya dampak fototerapi pada bayi,
yaitu monitor intake ASI yang adekuat, memasang penutup mata dan genetalia bayi. Komplikasi dari
hyperbilirubinemia yaitu kern icterus, dimana kern icterus adalah suatu sindrom neurologi yang timbul sebagai
akibat penimbun efek terkonjugasi dalam sel-sel otak sehingga otak mengalami kerusakan, hal ini dapat
menyebabkan kejang-kejang dan penurunan kesadaran serta bisa berakhir dengan kematian (Prasitnok et al, 2017).
WHO (2015), menjelaskan bahwa sebanyak 4,5 juta (75%) dari semua kematian bayi dan balita terjadi pada tahun
pertama kehidupan. Data kematian bayi terbanyak dalam tahun pertama kehidupan ditemukan di wilayah Afrika,
yaitu sebanyak 55/1000 kelahiran. Sedangkan wilayah Eropa ditemukan ada 10/1000 dari kelahiran. Hal ini
menunjukkan bahwa di wilayah Afrika merupakan kejadian tertinggi pada tahun 2015 (Prasitnok et al., 2017).
DEFINISI

Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang mencapai kadar tertentu dan
dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai joudince pada sclera mata, kuliy, membrane mukosa
dan cairan tubuh (Adi Smith, G, 1998).
Pada keadaan normal kadar bilirubin indirek pada tali pusat bayi baru lahir yaitu 1-3 mg/dL dan terjadi
peningkatan kurang dari 5 mg/dL per 24 jam. Bayi baru lahir biasanya akan tampak kuning pada hari kedua dan
ketiga dan memuncak pada hari kedua sampai hari keempat dengan kadar 5-6 mg/dL dan akan turun pada hari
ketujuh akan terjadi penurunan kadar bilirubin sampai dengan kurang dari 2 mg/dL. Pada kondisi ini bayi baru
lahir dikatakan mengalami hyperbilirubinemia fisiologis (Stoll et al, 2004). Pada hyperbilirubinemia non fisiologis
atau patologis, icterus atau kuning akan muncul pada 24 jam pertama kehidupan. Kadar bilirubin akan meningkat
lebih dari 0,5 mg/dL per jam. Hyperbilirubinemia patologis akan menetap pada bati aterm setalah 8 hari dan
setelah 14 hari pada bayi preterm (Martin et al, 2004).
ETIOLOGI

Menurut Nelson (2011) secara garis etiologi icterus atau heperbilirubinemia pada neonatus dapat dibagi menjadi:
a. Produksi bilirubin yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan neonatus untuk mengeluarkan zat tersebut. Misalnya pada hemolisis
yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup
dan sepsis.
b.Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh asidosis, hipoksia, dan infeksi atau tidak
terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom ciggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang
berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan
albumin ini dapat di pengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya
bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d.Gangguan dalam ekskresi. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya
disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
PATOFISIOLOGI
▪ Faktor penyebab :

1. Pembentukan bilirubin berlebih

2. Gangguan uptake, transportasi, dan eksresi bilirubin dalam hati

3. Penyakit hemolitik

4. Produksi yang berlebihan

▪ Faktor resiko

1. Faktor maternal

2. Faktor prenatal

3. Faktor neonatus
MANIFESTASI KLINIS

Bayi baru lahir dikatakan mengalami hyperbilirubinemia apabila bayi baru lahir tersebut tampak berwarna
kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau lebih. Hyperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat
menyebabkan icterus pada sklera, kuku, atau kulit dan membrane mukosa.

Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hyperbilirubinemia apabila tampak tanda-tanda
sebagai berikut:
a. Sklera, selaput lender, kulit atau organ lain tampak kuning akibat penumpukan bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg/dL pada neonatus
kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lebih kurang dari 2000 gram masa gestasi kurang dari 36 minggu,
hipoksia, sindrom gangguan pernapasan, infeksi lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia .
KOMPLIKASI

Hyperbilirubinemia pada bayi baru lahir apabila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan bilirubin encephalopathy
(komplikasi serius). Pada keadaan lebih fatal, hyperbilirubinemia pada neonatus dapat menyebabkan kern icterus, yaitu
kerusakan neurologis, celebral palsy, dan dapat menyebabkan retardasi mental, hiperaktivitas, bicara lambat, tidak
dapat menggordinasikan otot dengan baik, serta tangisan yang melengking (Suriadi dan Yuliana, 2010).

Bilirubin ensefalopati akut menurut American Academy of Pediatrics (2004) terdiri dari tiga fase, yaitu:

a. Fase inisial, ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi, dan reflek hidap yang buruk.

b. Fase intermediate, ditandai dengan moderate stupor, iritabilitas, dan peningkatan tonus (retrocollis dan
opisthonus) yang disertai demam.

c. Fase lanjut, ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan tonus, tidak mampu makan, high-pitch
cry, dan kadang kejang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboraturium.

a. Test comb pada tali pusat BBL

b. Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompatibilitas ABO.

c. Bilirubin total.

d. Protein serum total

e. Hitung darah lengkap

f. Glukosa

g. Daya ikat karbondioksida

h. Meter ikterik transkutan


PEMERIKSAAN PENUNJANG
i. Pemeriksaan bilirubin serum

j. Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dL antara 5-7 hari setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14
mg/dL tidak fisiologis.

k. Semar darah perifer

Test betke-kleihauer

1. Pemeriksaan radiologi

▪ Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau
hepatoma.

2. Ultrasonografi

▪ Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra hepatic.

3.Biopsy hati

▪ Digunakan untuk memastikan diagnose terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan
intra hepatic selain itu juga memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.
PENATALAKSANAAN
1) Tindakan Umum

a. Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil
atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan icterus, infeksi dan dehidrasi.

b. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir.

c. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi di rawat.

▪ Berdasarkan pada penyebabnya, maka manajemen bayi dengan hyperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah
anemia dan membatasi efek dari hyperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan:
- Menghilangkan anemia
- Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit tersensitisasi
- Meningkatkan badan serum albumin
- Menurunkan serum bilirubin

d. Metode terapi pada hyperbilirubinemia meliputi: fototerapi, transfuse pengganti, infus albumin dan terapi obat.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

a. Pemeriksaan fisik

▪Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir dengan hiperbilirubinemia menurut Widagdo, 2012 meliputi :

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan umum : tingkat keparahan penyakit, kesadaran, status nutrisi, postur/aktivitas anak, dan temuan
fisis sekilas yang prominen dari organ/sistem, seperti ikterus, sianosis, anemi, dispneu, dehidrasi, dan lain-
lain.

b) Tanda vital : suhu tubuh, laju nadi, tekanan darah, dan laju nafas.

c) Data antropometri : berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, tebal lapisan lemak bawah kulit, serta
lingkar lengan atas.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2) Pemeriksaan Organ

a) Kulit : warna, ruam kulit, lesi, petekie, pigmentasi, hiper/hipohidrolisis, dan angiektasis.

b) Kepala : bentuk, ubun-ubun besar, sutura, keadaan rambut, dan bentuk wajah apakah simestris kanan atau kiri.

c) Mata : ketajaman dan lapangan penglihatan, hipertelorisme, supersilia, silia, esksoptalmus, strabismus, nitagmus,
miosis, midriasis, konjungtiva palpebra, sclera kuning, reflek cahaya direk/indirek, dan pemeriksaan retina dngan
funduskopi.

d) Hidung : bentuk, nafas cuping hidung, sianosis, dan sekresi.

e) Mulut dan tenggorokan : warna mukosa pipi/lidah, ulkus, lidah kotor berpeta, tonsil membesar dan hyperemia,
pembengkakan dan perdarahan pada gingival, trismus, pertumbuhan/ jumlah/ morfologi/ kerapatan gigi.

f) Telinga : posisi telinga, sekresi, tanda otitis media, dan nyeri tekan.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
g) Leher : tiroid, kelenjar getah bening, skrofuloderma, retraksi, murmur,bendungan vena, refluks hepatojugular, dan
kaku kuduk.

h) Thorax : bentuk, simetrisisitas, pembengkakan, dan nyeri tekan.

i) Jantung : tonjolan prekordial, pulsasi, iktus kordis, batas jantung/kardiomegali. Getaran, bunyi jantung, murmur, irama
gallop, bising gesek perikard (pericard friction rub)

j) Paru-paru : Simetrsitas static dan dinamik, pekak, hipersonor, fremitus, batas paru-hati, suara nafas, dan bising gesek
pleura (pleural friction rub)

k) Abdomen : bentuk, kolteral, dan arah alirannya, smiling umbilicus, distensi, caput medusa, gerakan peristaltic,
rigiditas, nyeri tekan, masa abdomen, pembesaran hati dan limpa, bising/suara peristaltik usus, dan tanda-tanda asites.

l) Anogenetalia : atresia anus, vesikel, eritema, ulkus, papula, edema skrotum.

m) Ekstremitas : tonus/trofi otot, jari tabuh, sianosis, bengkak dan nyeri otot/tulang/sendi, edema pretibial, akral dingin,
capillary revill time, cacat bawaan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
b. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan Bilirubin Serum

Pada bayi cukup bulan, kadar bilirubin mencapai puncak kira-kira 6 mg/dL, antara 2 dan 4 hari kehidupan. Apabila
nilainya diatas 10 mmg/dL maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau patologis. Pada bayi dengan kurang
bulan, kadar bilirubin mencapai puncaknya pada nilai 10 – 12 mg/dL, antara lima dan tujuh hari kehidupan. Apabila
nilainya diatas 14 mg/dL maka dikatakan hiperbilirubinemia non fisiologis atau patologis(Suriadi & Yuliani,2010)

2) Ultrasonograf (USG)

Pemeriksaan USG digunakan untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu (Suriadi & Yulliani, 2010).

3) Radioscope Scan

Pemeriksaan radioscope scan dapat digunakan untuk membantu membedakan hepatitis atau atresia biliary (Suriadi &
Yulliani, 2010).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
B. Rencana Asuhan Keperawatan

a) Diagnosa

1) Resiko infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi di buktikan dengan Kerusakan integritas kulit

2) Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang di buktikan dengan Faktor ekonomi

3) ketidakberdayaan berhubungan dengan kecemasan dibuktikan dengan peristiwa traumatis

4) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekresi bilirubin, efek fototherapi di buktikan dengan pernyataan
pasien

5) Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas (Fototerapi) Di buktikan dengan suhu tubuh diatas nilai
normal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

b) Luaran Keperawatan

1) Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka tingkat infeksi menurun dengan kriteria hasil

- Demam cukup menurun

- Penode menggigil menurun

- Nyeri menurun

- Bengkak menurun

2) Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka status nutrisi membaik dengan kriteria hasil

- Verbalisasi keinginan untuk meingkatkan nutrisi cukup meningkat

- Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat sedang

- Penyiapanan dan penyimpanan makanan dan minuman yang aman cukup meningkat

-
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3) Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka keberdayaan meningkat dengan kriteria hasil:

- Pernyataan mampu melaksanakan aktivitas meningkat

- Pernyataan keyakinan tentang kinerja peran cukup meningkat

- Berpartisipasi dalam perawatan cukup meningkat

- Perasaan di asingkan menurun


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
4) Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka integritas kulit dan jaringan meningkat dengan kriteria hasil:

- Nyeri sedang

- Kemerahan cukup meningkat

- Pigmentasi abnormal cukup meningkat

- Nekrosis sedang

- Suhu kulit sedang

5) Setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam maka termoregulasi membaik dengan kriteria hasil

- kejang menurun - Hipoksia cukup menurun

- Akrosianosis sedang

- pucat vukup menurun

- bradikardi sedang
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa ke-1 : Resiko infeksi berhubungan dengan kerentanan bayi di buktikan dengan Kerusakan integritas kulit

Intervensi keperawatan :

 Pencegahan Infeksi

Observasi :

1) Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik

Teraupetik :

2) Batasi jumlah pengunjung

3) Berikan perawatan kulit pada area edema

4) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien

5) Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Edukasi :

1) Jelaskan tanda dan gejala infeksi

2) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar

3) Ajarkan etika batuk

4) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi

5) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

6) Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi

7) Kolaborasi pemberian imunisasi


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa ke-2 : Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang di buktikan dengan faktor ekonomi.

Intervensi keperawatan :

 Menejemen nyeri

Observasi :

1) Identifikasi status nutrisi 8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

2) Identifikasi alergi dan intoteransi makanan

3) Identifikasi makanan disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutriuen

5) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

6) Monitor asupan makanan

7) Monitor berat badan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Teraupetik :

1) Lakukan oral hygine sebelum makan

2) Fasilitasi menentukan pedoman diet

3) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

4) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

5) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein

6) Berikan suplemen makanan

7) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogatrik jika asupan oral dapat ditolerasi

Edukasi :

8) Anjurkan posisi duduk

9) Anjurkan diet yang diprogramkan


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Kolaborasi :

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

2) Kolaborasi dengan ahli gizi


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa ke-3 : ketidakberdayaan berhubungan dengan kecemasan dibuktikan dengan peristiwa traumatis

Intervensi keperawatan :

 Promosi Harapan

Observasi :

1) Identifikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup

▪ Teraupetik :

1) Sadarkan bahwa kondisi yang di alami memiliki nilai penting

2) Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan

3) Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan

4) Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan kompleks
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
5) Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan kelompok

6) Ciptakan lingkungan yang memudahkan memprakikan kebutuhan spiritual

Edukasi :

1) Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi dengan realistis

2) Anjurkan mempertahankan hubungan

3) Anjurkan mempertahankan hubungan teraupetik dengan orang lain

4) Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan

5) Latih cara mengembangkan spiritual dan

6) Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa ke-4 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekresi bilirubin, efek fototherapi di buktikan
dengan pernyataan pasien

Intervensi keperawatan :

 Perawatan integritas kulit

Observasi :

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Teraupetik :

2) Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring

3) Lakukan pemijatan pada area penonjoaln tulang

4) Bersihkan perineal dengan air hangat

5) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak padakulit kering


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa ke-4 : Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan ekresi bilirubin, efek fototherapi di buktikan
dengan pernyataan pasien

Intervensi keperawatan :

 Perawatan integritas kulit

Observasi :

1) Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit

Teraupetik :

2) Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring 5) Gunakan produk berbahan ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitive

3) Lakukan pemijatan pada area penonjoaln tulang 6) Hindari produk berbahan dasar alcohol pada kulit kering

4) Bersihkan perineal dengan air hangat

5) Gunakan produk berbahan petroleum atau minyak padakulit kering


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Edukasi :

1) Anjurkan menggunakan pelembab

2) Anjurkkan minum air yang cukup

3) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

4) Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur

5) Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrim

6) Anjurkan menggunakan sunscreen SPF minimal 30 saat berada diluar rumah

7) Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa ke- 5 : Hipertermia berhubungan dengan terpapar lingkungan panas (Fototerapi) Di buktikan dengan suhu
tubuh diatas nilai normal

Intervensi keperawatan :

 Manajemen hipertermia

Observasi :

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh

3) Monitor kader elektrolit

4) Monitor haluaran urine

5) Monitor komplikasi akibat hipertermia


KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Teraupetik :

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan atau lepaskan pakaian

3) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

4) Berikan cairan oral

5) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis

6) Lakukan pendinginan eksternal

7) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

8) Berikan oksigen
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Edukasi :

1) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi :

2) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena


KESIMPULAN

Hyperbilirubinemia adalah istilah yang dipakai untuk icterus neonatotum setelah ada hasil laboraturium yang
menunjukkan kadar serum bilirubin. Hyperbilirubinemia fisiologis yang memerlukan terapi sinar, tetap tergolong non
patologis sehingga disebut (excessive physiological jaundice). Digolongkan sebagai hyperbilirubinemia patologis (non
physiological jaundice) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia naonatus >95% menurut Normogram Bhutami.

Hyperbilirubinemia merupakan peningkatan bilirubin yang terjadi pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin serum
total lebih dari 10 mg/dL pada minggu pertama yang ditandai dengan adanya penimbunan kadar bilirubin berlebih
dalam darah. Indikasi yang dilakukan dalam penatalaksanaan hyperbilirubinemia adalah dengan cara fototerapi indikasi
dari fototerapi dengan sinar intensitas tinggi mengakibatkan bayi mengalami masalah risiko kekurangan nutrisi ditandai
dengan bayi tidak dapat mempertahankan menyusu, refleks hisapnya lemah, dan pada bayi terpasang OGT (orogastric
tube). Keadaan ini dapat membahayakan apabila tidak diatasi dengan cepat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai