Anda di halaman 1dari 60

Anggaran Pendapatan Belanja Negara

Disusun Oleh: Alamanda Linnasi Arga Abdillah Ari Wibowo Arifin Dheka Ari Dyas Yessica Efa Khafifa Endruw Ifen

Kelas 1G Anggaran

Pokok Bahasan
Pengertian kebijakan anggaran / kebijakan fiskal y Fungsi, asas-asas, prinsip-prinsip, dan klasifikasi anggaran y Penyusunan, perencanaan dan penetapan APBN ( Sispena, RKP, RKA-KL ) y Kebijakan APBN
y

Pengertian Kebijakan Anggaran & Kebijakan Fiskal

Pengertian Kebijakan Fiskal


Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada instrumen pengaturan pendapatan (pajak) dan belanja (pengeluaran) pemerintah.

Tujuan Kebijakan Fiskal


Tujuan kebijakan fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran komsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerntah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) dan tingkat kesempatan kerja (N).

Instrumen Kebijakan Fiskal


a. Pembiayaan fungsional Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional.

- Pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta,


bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah. - Pinjaman dipakai sebagai alat untuk menekan inflasi lewat pengurangan dana yang ada di masyarakat.

Instrumen Kebijakan Fiskal


b. Pengeluaran Anggaran
- Pengeluaran pemerintah, perpajakan dan pinjaman dipergunakan secara terpadu untuk mencapai kestabilan ekonomi. - Dalam jangka panjang diusahakan adanya anggaran belanja seimbang. Namun pada masa depresi digunakan anggaran defisit

Analisis Kebijakan Fiskal


Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama : a. Menciptakan stimulus fiskal Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang lebih tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturanperaturan administratif dan menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan.

Analisis Kebijakan Fiskal


b. Memperkuat Basis Penerimaan Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan administrasi dan struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti penjualan saham BUMN, penjualan asset BPPN. c. Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan dilakukan dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.

Analisis Kebijakan Fiskal


d. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit

- Pemerintah tetap mempertahankan prinsip untuk


tidak menggunakan pembiayaan defisit anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri. - Pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang diperboleh dari lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam kerangka CGI.

Contoh Kebijakan Fiskal


Contoh kebijakan fiskal adalah apabila perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah dapat mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran.

Pengertian Kebijakan Anggaran


Kebijakan anggaran adalah suatu kegiatan anggaran negara / daerah dimulai dari perencanaan anggaran, pelaksanaan anggaran, evaluasi anggaran, pembuatan laporan, dan pengawasan anggaran, dimana kebijakan tersebut dilaksanakan pada satu kurun tertentu, biasanya tiap tahun. y Tapi ada juga yang membuat kebijakan anggaran bersifat tahunan (multiyear) misalnya 3 th, 5 th untuk kegiatankegiatan tertentu yang penyelesaiannya tidak mungkin dilaksanakan hanya satu tahun, harus berlanjut
y
.

MacamMacam-macam Kebijakan Anggaran


1. Kebijakan Anggaran Seimbang (Balance Budget) ahli ekonomi klasik berpendapat untuk mencapai tingkat ekonomi yang dikehendaki, pemerintah harus melakukan kebijakan anggaran keseimbangan. Artinya, anggaran belanja negara harus sama dengan pendapatan negara. bila pemerintah ingin menaikan anggaran belanja maka pemerintah harus menaikan pendapatan negara sesuai kenaikan belanja tersebut. Sebaliknya, bila pendapatan negara turun maka anggaran belanja negara juga harus diturunkan agar APBN berlangsung seimbang.

MacamMacam-macam Kebijakan Anggaran


2. Kebijakan Anggaran Surplus (Kebijakan Fiskal Kontraktif) : Arti kebijakan anggaran surplus adalah anggaran pendapatan negara lebih besar dari anggaran belanja. Dengan demikian pemerintah memiliki tabungan. Semakin besar tabungan maka semakin tinggi kemampuan pemerintah dalam meningkatkan dan memperluas investasi. Selanjutnya, akan memperbanyak lapangan pekerjaan dan mendorong meningkatkan produksi. Jadi, anggran yang surplus ini akan mempermudah mengarahkan tingkat kegiatan ekonomi sesuai dengan yang dikehendaki pemerintah.

MacamMacam-macam Kebijakan Anggaran


3.

Kebijakan Anggaran Defisit (Kebijakan Fiskal Ekspansif) : Makna kebijakan anggaran defisit adalah anggaran pendapatan negara lebih kecil dari anggaran belanja. Jadi, terdapat kekurangan pendapatan. jika pemerintah memiliki banyak tabungan yang dapat ditimbun sebelumnya, tabungan tersebut dapat digunakan untuk menutup defisit. bila pemeritah belum pernah berhutang atau hutangnya relatif sedikit, defisit APBN dapat ditutup dengan pinjaman. Namun bila pemerintah tidak memiliki tabungan sedangkan utang luar negeri sudah terlalu banyak, pemerintah dapat menganbil tindakan dengan cara memberi sanksi hukum melalui pengadilan untuk memperoleh kembali aset-aset negara yang hilang. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain sebagai berikut; 1.Menyita kekayaan penunggak Bantuan Likuidasi Bank Indonesia (BLBI) yang telah melanggar kesepakatan dan menyelewengkan BLBI untuk memperkaya diri. 2.menyita kekayaan para koruptor yang telah merugian negara dan rakyat.

MacamMacam-macam Kebijakan Anggaran


4. Kebijakan Anggaran Seimbang dan Dinamis: Pengertian APBN seimbang, keadaan dimana pendapatan pemerinta dan pengeluaran pemerintah aalah sama. adapun arti dari dinamis bahwa keadaan dimana pendapatan dan belanja negara terus meningkat, sehingga mendorong laju pembangunan. Meningkatkan penerimaan dilaksanakan oleh pemirintah dengan meningkatkan semua unsur seperti pajak dan sektor penerimaan lainnya. Indonesia sangat sulit mencapai kebijakan APBN seimbang dan dinamis. Namun, bila ada kemauan polotik yang kuat dan kerja keras, tujuan tersebut bisa saja tercapai secara bertahap. Dengan meningatkan pendapatan negara, menutup kebocran pembelanjaan dan menghukum para koruptor dengan hukuman maksimal.

Fungsi, asas-asas, prinsipasasprinsipprinsip, dan klasifikasi anggaran

Fungsi Anggaran
Peranan anggaran pada suatu perusahaan merupakan alat untuk membantu manajemen dalam pelaksanaan, fungsi perencanaan, koordinasi, pengawasan dan juga sebagai pedoman kerja dalam menjalankan perusahaan untuk tujuan yang telah ditetapkan.

Fungsi Anggaran
a. Fungsi Perencanaan Perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan salah satu fungsi manajemen dan fungsi ini merupakan dasar pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen lainnya. b. Fungsi Pengawasan Anggaran merupakan salah satu cara mengadakan pengawasan dalam perusahaan. Pengawasan itu merupakan usaha-usaha yang ditempuh agarrencana yang telah disusun sebelurnnya dapat dicapai. c. Fungsi Koordinasi Fungsi koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam perusahaan untuk mencapai tujuan. d.Anggaran Sebagai Pedoman Kerja Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang disusun sistematis dan dinyatakan dalam unit moneter.

AsasAsas-asas Anggaran
a.

Asas Tahunan
memberikan persyaratan bahwa anggaran negara dibuat secara tahunan yang harus mendapat persetujuan dari badan legislatif (DPR).

b.

Asas Universalitas (kelengkapan)


memberikan batasan bahwa tidak diperkenankan terjadinya percampuran antara penerimaan negara dengan pengeluaran negara.

c.

Asas Kesatuan
mempertahankan hak budget dari dewan secara lengkap, berarti semua pengeluaran harus tercantum dalam anggaran.

AsasAsas-asas Anggaran
d.

Asas Spesialitas
mensyaratkan bahwa jenis pengeluaran dimuat dalam mata anggaran tertentu/tersendiri dan diselenggarakan secara konsisten baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

e.

Asas Akuntabilitas
berorientasi pada hasil, mengandung makna bahwa setiap pengguna anggaran wajib menjawab dan menerangkan kinerja organisasi atas keberhasilan atau kegagalan suatu program yang menjadi tanggung jawabnya.

f.

Asas Profesionalitas
mengharuskan pengelolaan keuangan negara ditangani oleh tenaga yang profesional.

AsasAsas-asas Anggaran
g.

Asas Proporsionalitas
pengalokasian anggaran dilaksanakan secara proporsional pada fungsi-fungsi kementerian/lembaga sesuai dengan tingkat prioritas dan tujuan yang ingin dicapai.

h.

Asas Keterbukaan
dalam pengelolaan keuangan negara, mewajibkan adanya keterbukaan dalam pembahasan, penetapan, dan perhitungan anggaran serta atas hasil pengawasan oleh lembaga audit yang independen.

i.

Asas Pemeriksaan Keuangan


oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri, memberi kewenangan lebih besar pada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara secara objektif dan independen.

Prinsip Anggaran
1. 2. 3. 4. 5.

Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran Disiplin Anggaran Keadilan Anggaran Efisiensi dan Efektivitas Anggaran Disusun Dengan Pendekatan Kinerja

Klasifikasi Anggaran
Klasifikasi Menurut Organisasi merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja sesuai dengan struktur organisasi Kementerian Negara/Lembaga (K/L). 2. Klasifikasi Menurut Fungsi merupakan pengelompokan alokasi anggaran belanja menurut fungsi dan sub fungsi yang mencerminkan tugas-tugas pemerintahan. 3. Klasifikasi Menurut Ekonomi merupakan pengelom-pokan alokasi anggaran belanja menurut jenis belanja sesuai dengan karakteristik transaksi dan peruntukannya.
1.

Penyusunan, Perencanaan, & Penetapan APBN


Terkait dengan Sispena, RKP, & RKA-KL

Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Sistem Perencanaan Anggaran (Sispena)


APBN direncanakan dan disusun secara teknis berpedoman pada Sistem Perencanaan Anggaran sebagai awal dari ditetapkannya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Sispena merupakan suatu sistem pengaturan tentang bagaimana suatu anggaran direncanakan.

Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)


Undang-undang no. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 4 ayat (3) menyebutkan bahwa : RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program Kementerian/ Lembaga, lintas Kementerian/ Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

TAHAPAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RKP PASAL 18


Tahapan Penyusunan dan Penetapan RKP :
1. 2. 3. 4. 5. 6.
 

Penyiapan Rancangan Awal RKP Penyiapan Rancangan Renja KL Penyusunan Rancangan Interim RKP Pelaksanaan Musrenbang Tahunan Penyusunan Rancangan Akhir RKP Penetapan RKP Rancangan Akhir RKP berdasarkan hasil Musrenbang Tahunan. RKP akan ditetapkan Presiden dengan Peraturan Presiden Paling Lambat Pertengahan Mei. RKP akan dibahas oleh DPR : Pedoman Penyusunan Rancangan UU tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara RKP : Pedoman Penyelesaian Renja KL Renja KL : Pedoman Penyusunan RKAKL

 

Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan RKP dapat dilihat dalam Siklus APBN berikut ini. Terlihat bahwa adanya RKP merupakan awal ini. dari sebuah perencanaan APBN, karena APBN pada dasarnya digunakan untuk Rencana Kerja Pemerintah di segala bidang Kementerian/Lembaga. Kementerian/Lembaga.
(2) (1)
RKP Pagu Indikatif (Maret)
Pokok-pokok Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro (Pertengahan Mei)

(3) Pagu Sementara (Pertengahan Juni)

(7)
DIPA K/L

(6)
Rincian Anggaran Belanja K/L (Akhir November)

(31 Desember)

(4)

(5)

RAPBN (Agustus)

Perpres

APBN (Akhir Oktober)

RUU & NK

UU

Sementara itu, masih dalam Undangundang no. 25 tahun 2004, pasal 25 ayat (1) menyebutkan bahwa : RKP menjadi pedoman penyusunan RAPBN

Perencanaan APBN dan Kaitannya dengan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Lembaga (RKA(RKA-KL)

BAPPENAS KEMENTERIAN/LEMBAGA BAPPENAS+DEPKEU KEMENTERIAN/LEMBAGA BAPPENAS

RPJM RENSTRA-KL PAGU INDIKATIF RENJA-KL RKP PAGU SEMENTARA RKA-KL HIMPUNAN RKA-KL NOTA KEU & RAPBN APBN RINCIAN APBN DIPA LKPP

PP

SEB

PERENCANAAN

PP SE-M

DEP.KEUANGAN
KEMENTERIAN/LEMBAGA DEP.KEUANGAN DEP.KEUANGAN PEMERINTAH+DPR DEP.KEUANGAN KEMENTRIAN/L+DEPKEU PEMERINTAH+DPR

PENGANGGARAN

UU Perpres

PENGESAHAN ANGGARAN PELA SANAAN

UU

PERTNGGJWBN

ALUR APBN
Kementerian Keuangan

PLAFON RAPBN

.Komisi-Komisi DPR

.Depkeu .Kementerian/Lembaga

Depkeu Bappenas Bank Indonesia BPS

Asumsi Makro

Pembahasan RKA-KL

Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Nilai Tukar Harga Minyak Produksi Minyak Tk. Suku Bunga

4. RKA-KL Dalam Penyusunan RAPBN .1)


1 2

RKA-KL yg telah dittdngi

dibahas

KOMISI Terkait (DPR) dg K/L

Hasil pembahasan

KEMKEU c.q. DJA

Pasal 5 pembahasan

ditelaah

Dalam hal RKA-KL hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) belum diterima, RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan dan Himpunan RKA-KL disusun berdasarkan RKA-KL yang disampaikan oleh Kementerian Negara/Lembaga. Pasal 8

DPR

disampaikan

a. Kesesuaian dg Pagu Sementara, Prakiraan Maju, dan Standar Biaya; b. Kesesuaian dg TOR, RAB dan Dok. Terkait; c. Relevansi pencantuman target kinerja dan komponen input; d. Kesesuaian dg Hasil Kesepakatan DPR. Pasal 7 Lampiran III
Sbg dasar

RAPBN, RUU APBN, Nota Keuangan, dan Himpunan RKA-KL

Dari siklus dan alur APBN di atas, terlihat bahwa RKA-KL disusun oleh setiap Kementerian/Lembaga dalam tahap penganggaran APBN, yang merujuk pada RKP yang telah direncanakan sebelumnya.

Penyusunan APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan dan pengeluaran Negara untuk suatu jangka waktu tertentu biasanya satu tahun. y Menurut UU No. 17 tahun 2003 pasal 1 ayat 7, APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
y

Penyusunan APBN
-

Keputusan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dalam UU meliputi : penegasan tujuan dan fungsi penganggaran pemerintah penegasan peran DPR dan pemerintah dalam proses penyusunan penetapan anggaran pengintegrasian sistem akuntabilitas dan penyatuan anggaran penggunaan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM) dalam penyusunan anggaran

Penyusunan dan Penetapan APBN


y

Tahap Pendahuluan Tahap ini diawali dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan budget exercise. Pada tahapan ini juga diadakan rapat komisi antara masing-masing komisi dengan mitra kerjanya (departemen/lembaga teknis). Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah

Penyusunan dan Penetapan APBN


y 1.

Tahap Pengajuan dan Pembahasan APBN Tahapan dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan. Pembahasan dilakukan baik antara menteri keuangan dan Panitia Anggaran DPR, maupun antara komisi-komisi dengan departemen/lembaga terkait. Hasil dari pembahasan ini adalah UU APBN, yang di dalamnya memuat satuan anggaran. Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/ lembaga mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Depkeu dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diversifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober hingga Desember.

2.

3.

Penyusunan dan Penetapan APBN


y

Tahap Penetapan APBN 1. Pengambilan keputusan oleh DPR mengenai RUU tentang APBN dilakukan selambatselambatnya 2 bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan 2. Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa keputusan presiden (kepres) sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pemimpin proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat Permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN)

Penyusunan dan Penetapan APBN


y

Tahap Pengawasan APBN Fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional baik eksternal maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran berakhir sekitar bulan November, pemerintah dalam hal iniMenkeu membuat laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN danmelaporkannya dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara(RUU PAN), yang paling lambat lima belas bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran yang bersangkutan. Laporan ini disusun atas dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Apabila hasil pemeriksaan perhitungan dan pertanggungjawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujuioleh BPK, maka RUU PAN tersebut diajukan ke DPR guna mendapatpengesahan oleh DPR menjadi UU Perhitungan Anggaran Negara (UUPAN) tahun anggaran berkenaan

Kebijakan dalam APBN


Terkait dengan KPJM dan Penganggaran Berbasis Kinerja

Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) dalam APBN APBN


Kerangka pengeluaran jangka menengah (KPJM) atau multi-term expenditure framework (MTEF) merupakan konsep terbaik dalam pengelolaan keuangan publik (public expenditure management/PEM) saat ini, khususnya di negara berkembang yang memiliki kelemahan dalam manajemen keuangan publiknya. MTEF mengintegrasikan kebijakan ekonomi makro dan fiskal dalam beberapa tahun anggaran, dan menghubungkan antara kebijakan (policy), perencanaan (planning), dan penganggaran (budgeting) secara komprehensif.

Tujuan KPJM/MTEF
Memperbaiki situasi fiskal secara makro, sehingga dapat menurunkan defisit anggaran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan lebih rasional dalam menjaga stabilitas ekonomi. y Meningkatkan dampak kebijakan pemerintah dengan cara mengaitkan prioritsa dan kebijakan pemerintah dengan program-program yang dilaksanakan y Meningkatkan kinerja dan dampak program, salah satunya dengan cara mengubah kultur birokrasi dari administratif ke manajerial y Menciptakan fleksibilitas manajerial dan inovasi sehingga tercapai rasio cost/output yang lebih rendah, peningkatan efektifitas program/kebijakan, dan meningkatkan prediktabilitas sumberdaya.
y

Menurut World Bank (1998) tujuan MTEF adalah: adalah:


y

y y y

Mengembangkan keseimbangan dalam kebijakan ekonomi makro dan penegakan disiplin fiskal; Mengalokasikan sumberdaya sektoral secara lebih baik; Prediktabilitas anggaran yang lebih baik untuk setiap urusan atau kewenangan; Akuntabilitas politik yang lebih baik untuk outcome pengeluaran publik dalam suatu proses pembuatan keputusan yang legitimate; Menghasilkan pengambilan keputusan penganggaran yang lebih kredibel.

World Bank (1998: 47-51) menyebutkan enam 47tahapan dalam MTEF, yakni: yakni:
y

y y y

Pembentukan kerangka ekonomi makro dan fiscal: Tahap ini dicirikan dengan pembentukan model ekonomi kamro yang dapat pemproyeksi pendapatan dan pengeluaran dalam jangka menengah (multi-year); Pengembangan program-program sektoral, yang dilaksanakan dengan melakukan: (a) kesepakatan atas objectives, outputs, dan activities setiap sektor, (b) mereviu dan mengembangkan program dan sub-program, dan (c) membuat estimasi kebutuhan biaya untuk masing-masing program. Pengembangan kerangka pengeluaran sektoral, yakni dengan menganalisis trade-off yang terjadi antar-sektor dan di dalam sektor sendiri dan membangun konsensus terkait dengan pengalokasian sumberdaya dalam jangka panjang (stratejik). Mendefinisikan alokasi-alokasi sumberdaya sektoral dengan cara menentukan budget ceilings sektor untuk jangka menengah (3-5 tahun). Penyiapan anggaran sektoral: program-program sektoral yang bersifat jangka menengah didasarkan pada budget ceilings. Pengesahan MTEF secara politik, yakni melalui pemaparan estimasi anggaran ke kabinet dan parlemen untuk disahkan.

KPJM/MTEF dalam Pengelolaan Keuangan Daerah di Indonesia


Pasal 1 angka 33 Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 2005 dan pasal 1 angka 35 Peraturan Menteri Dalam Negeri No13/2006 menyatakan: Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam prakiraan maju.

Prakiraan maju (forward estimate)


adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya. Konsep yang juga tidak dapat dipisahkan adalah anggaran terpadu (unified budgeting), yang didefinisikan sebagai penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

Berdasarkan kedua definisi di atas, dapat atas, ditemukan beberapa hal penting dalam KPJM, yakni: yakni: y Penggunaan pendekatan penganggaran berdasarkan kebijakan. y Implikasi biaya atau kebutuhan dana. y Pengambilan keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam perspektif lebih dari satu tahun anggaran. y Memastikan kesinambungan program dan kegiatan yang telah disetujui. y Menjadi dasar penyusunan anggaran tahun berikutnya. y Terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna melaksanakan kegiatan pemerintahan.

KPJM/MTEF dalam RKA-SKPD RKAFormat RKA-SKPD telah mengakomodasi konsep KPJM ini. Dalam format Formulir Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) 2.2.1, yakni dokumen yang memuat rencana kegiatan (dengan menggunakan anggaran belanja langsung), dapat ditemukan anggaran untuk tahun sebelumnya (n-1), tahun berjalan/yang akan dilaksanakan (n), dan tahun yang akan datang (n + 1).

Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budgeting ) Anggaran Berbasis Kinerja ( Performance Based Budgeting ) adalah penyusunan anggaran yang didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran ( budget entity ).

Dengan penyusunan anggaran berbasis kinerja diharapkan rencana dan program-program programpembangunan yang disusun dapat mengarah kepada :
y y

Terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan. Dicapainya hasil yang optimal dari setiap investasi yang dilakukan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik. Tercapainya efisiensi serta peningkatan produktifitas di dalam pengelolaan sumberdaya dan peningkatan kualitas produk serta jasa untuk mewujudkan kesinambungan pembangunan dan kemandirian nasional. Mendukung alokasi anggaran terhadap prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

Visi dalam Anggaran Kerja


Mencerminkan apa yang akan dicapai organisasi dalam jangka panjang y Memberi arah dan fokus yang jelas agar organisasi dapat eksis, antisipatif dan inovatif y Mudah diingat, ringkas dan sederhana y Sebaiknya hanya di tingkat Kabupaten/Kota
y

Misi dalam anggaran kinerja merupakan sedikit turunan dalam visi anggaran kinerja.dimana dalam hal ini lebih menfokuskan apa yang akan dilakukan.Menetapkan kerangka tujuan dan sasaran yang akan dicapai Visi akan dicapai melalui beberapa misi ,Mendukung pernyataan visi Menjelaskan tujuan organisasi idealnya tidak lebih dari 3 pernyataan Tujuan dalam anggaran kinerja diantaranya yaitu,Tujuan Mendukung Pencapaian Misi,Menggambarkan arah yang jelas ,Menantang serta Realistik ,Sasaran ,Bagaimana mencapai tujuan,Program ,Sekumpulan kegiatan untuk mencapai sasaran ,Kegiatan,Tindakan/langkahlangkah yang dilaksanakan untuk mencapai program

Indikator Penilaian Kinerja


A. B. C. D. E. F. G. H.

Indikator masukan (inputs) Indikator proses (process) Indikator keluaran (outputs) Indikator efisiensi (efficiency) Indikator kualitas (quality) Indikator hasil (outcomes) Indikator manfaat (benefits) Indikator dampak (impacts)

Persyaratan Indikator Kinerja


1. 2. 3. 4. 5.

Spesific (spesifik dan jelas) Measurable (dapat diukur dengan objektif) Attributable (bermakna) Relevant (sesuai) Timely (tepat waktu)

Perencanaan kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa mendatang. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrument kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.

Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja, kinerja, yaitu :

1) Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi. 2) Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus. 3) Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang, waktu dan orang). 4) Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas. 5) Keinginan yang kuat untuk berhasil.

Dalam menyusun ABK perlu diperhatikan prinsipprinsip penganggaran sebagai berikut :


1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu kegiatan atau proyek yang dianggarkan. 2) Disiplin anggaran Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja. 3) Keadilan anggaran 4) Efisiensi dan efektifitas anggaran 5) Disusun dengan pendekatan kinerja

Penyusunan anggaran Berbasis Kinerja

Anda mungkin juga menyukai