Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

IUFD
Disusun Oleh :
Jurean Triabdi

Pembimbing : dr. Nenny Yoanitha D, Sp. OG

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU


KESEHATAN PEREMPUAN
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2022
BAB 1
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

● Intrauterine Fetal Death (IUFD) adalah kematian yang terjadi saat usia kehamilan > 20 minggu dan janin
sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih.

Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO) di seluruh dunia, terdapat kematian bayi sebesar
10.000.000 jiwa per tahun. Diantara negara ASEAN lainnya, Indonesia merupakan negara dengan angka
kematian perinatal tertinggi
BAB 2
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. S
Umur pasien : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 07/05/1981
Masuk Rumah Sakit : 05/03/2022
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat :Jl. Veteran IV
Berat Badan/Tinggi Badan : 67 kg/160 cm
Suku : Banjar
Jumlah kehamilan sebelumnya : 4
Agama : Islam
Nama suami : Tn. S
Keluhan Utama -> Keluar lendir darah 1 hari yang lalu dan
perut terasa mules

Riwayat Penyakit Sekarang :


pasien rujukan datang ke RSUD Doris Sylvanus dengan Diagnosis G5P3A1 + Kala 2 datang
pada pukul 03:05 WIB tanggal 05/03/2022, mengeluh 1 hari yang lalu ada keluar lendir
darah dari jalan lahir kemudian perut terasa mules, pembukaan lengkap pada pukul 24:00,
ketuban pecah pada pukul 02:00 WIB, saat ketuban pecah keluar tangan dan tali pusat
menumbung , DJJ tidak di temukan , USG terakhir UK 8 bln dengan dokter Sp.OG posisi
bayi bagus saja
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Menstruasi

- Hipertensi (-) - Menarche : 13 tahun


- Siklus : Teratur (28 hari)
- diabetes melitus (-) - Lamanya : 4-5 hari
- penyakit jantung (-) - Banyaknya : ± 3-4 ganti pembalut/hari
- penyakit paru (-) -Dysmenorrhea : Nyeri saat haid
- HPHT : 27-5-2021
- Riwayat mual muntah
- HPL : 03-3-2022
pada kehamilan sebelum - Tanda-tanda kehamilan : Amenorea, mual
dan sekarang (-) muntah, lelah, pemeriksaan USG (+)
Keluhan Yang Dirasakan Saat
Status Perkawinan
Kehamilan

-Status perkawinan : Menikah -Mual muntah : Jarang


-Jumlah pernikahan : 2 kali -Rasa lelah : Ketika beraktivitas
-Usia saat menikah : 17 tahun -Nyeri perut : (-)
-Lama menikah : 23 tahun -Sakit kepala berat/terus menerus : (-)
-Jumlah anak hidup : 3 -Penglihatan kabur : (-)
-Jumlah anak meninggal : 0 -Perasaan nyeri/ panas saat BAK : (-)
-Abortus : 1x -Rasa gatal pada vulva dan vagina : (-)
- Pengeluaran pervaginam : Keputihan
biasa
Diet Makan Kebiasaan dan Gaya Hidup

-Pola makan dalam sehari : 1-2x -Pola istirahat dan tidur : Setiap tidur
sehari kadang gelisah sehingga tidak bisa tidur
-Jenis makanan : Nasi, buah, -Seksualitas : Aktif, tapi jarang selama
jarang makan sayur, minum susu kehamilan
ibu hamil -Aktivitas : Sedang, selama kehamilan
-Perubahan pola makan : Sejak pasien sering beraktivitas
hamil nafsu makan berkurang -Penggunaan Alkohol : (-)
-Obat/jamu yang dikonsumsi : (-)
-Merokok (-)
Riwayat Sosial Keterangan Lain

-Kehamilan : Tidak direncanakan -Pasien rutin meminum tablet penambah


-Status perkawinan, jumlah dan darah dan vitamin kehamilan yang diberikan
lamanya: Menikah. 2 kali, 23 tahun dokter.
-Pasien jarang melakukan pemeriksaan ANC
-Susunan keluarga yang tinggal (Antenatal Care) ke dokter spesialis
serumah: Tinggal dengan suami kandungan.
dan anak
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum : Tampak lemas
• Kesadaran : compos mentis
• Tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 105x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Suhu : 36,5 derajat celcius
Respirasi : 20 x/menit
Spo2 : 99% free air
• Antropometri :
Tinggi badan : 160cm
Berat badan : 67kg
BB Pranatal : lupa
Pemeriksaan generalis
Kepala : Normocepal, rambut hitam, lebat, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikteri (-/-), pupil isiokor
Hidung : Simetris, sekret (-), perdarahan (-)
Telinga : Simetris, kemerahan (-), sekret (-)
Mulut : Labium oris pucat (-), lidah pucat (-), karies dentis (-)
Leher : Pembesaran tiroid (-), pembesaran KGB (-)
Thorax : Mamae : Kesan normal
Areola : peningkatan pigmentasi
Hiperpigmentasi : +
Kolostrum : -
Paru-paru
Inspeksi : simetris, tidak ada retraksi ICS
Palpasi : Massa(-), fremitus vokal simetris
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler pada kedua lapang paru
Wheezing (-/-), stridor (-/-)
Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak
Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS 4
Perkusi : Batas jantung kanan ICS IV linea
parasternalis dextra, Batas jantung kiri
ICS V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : S1 S2 tunggal, reguler, murmur
(-), galop(-)
Abdomen
Inspeksi : Perut membesar, striae
gravidarum (+)
Auskultasi : Bising normal

Ekstermitas
Atas : Akral hangat, edema (-), sianosis
(-), crt<2 detik
Bawah : Akral hangat, edema (-), sianosis
(-)
Status Obstetri

Status pemeriksaan obstetrik Pemeriksaan dalam


Tinggi fundus uteri : 3 jari di bawah processus Portio : tidak teraba
xiphoideus, 28 cm Pembukaan : 10 cm
Tafsiran berat janin : (28-12)x155 = 2480 gram ketuban : tidak ada
Pemeriksaan Leopold I : TFU 3 jr di bawah Px, 28 cm Bagian terbawah : tangan
Pemeriksaan Leopold II : Punggung kanan Lain-lain : tali pusat didepan vulva
Pemeriksaan Leopold III : Kosong Air Ketuban : Hijau
Pemeriksaan Leopold IV : Convergen
DJJ : - x/menit
His : 2x /10 mnt lama 15 detik
Pemeriksaan Penunjang
Indikator Nilai Rujukan Tanggal Pemeriksaan

5/03/2022
Hb 11,5 - 18.00g/dL 12,5 g/dL

Leukosit 4.500 - 11.000/μL 21,10 /μL

Hematokrit 37 – 48% 35,0%

Trombosit 150x103-400x103/ 222.000/μL


μL

MCV 86 - 102 fL 86,8 Fl

MCH 25,6 – 30,7 pg 31,0 pg

MCHC 28,2 – 31,5 g/dL 35,7 g/dL


Indikator Tanggal pemeriksaan Nilai rujukan

05/03/2022

Glukosa sewaktu 97 mg/dl <200

Ureum 13 mg/dl 21-53

Creatinin 0,69 mg/dl 0,7-1,5

HbsAg Negatif Negatif


Diagnosa Klinis

G5P3A1 hamil aterm inpartu kala 2 + IUFD + partus macet


+ letak lintang + tali pusat menumbung
Planning
a. Inf. RL 20 tpm
b. Inj. Ceftriaxone 2x1gr
d. Inf. Metronidazole 3x500 mg
e. Pro cari darah PRC 1 kolf
f. SC + Tubektomi
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
IUFD
• Definisi :
Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and
Gynecologist kematian janin (Intrauterine Fetal Death) adalah janin yang
mati dalam rahim dengan berat badan 350 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

Epidemiologi :Sekitar 2,6 juta per tahun, terutama di negara-negara berkembang.


Di Indonesia, diperkirakan angka bayi lahir mati sekitar 13 per 1,000 total kelahiran
• Etiologi : • Faktor Risiko :
● 50% idiopatik ● Faktor maternal
● Kondisi medis ibu ● Faktor fetal
● Komplikasi plasenta ● Faktor plasenta
● Abnormalitas kromosom
Patofisiologi

Kematian janin dalam pada kehamilan yang telah lanjut, maka akan mengalami
perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati) berlangsung 2,5 jam setelah mati kemudian lemas
kembali.
2. Stadium maserasi I : timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula terisi
cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat.
3. Stadium maserasi II : timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.
4. Stadium maserasi III : terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar edema di bawah kulit.
Diagnosis kematian janin dalam rahim meliputi :
1. Pada awal kehamilan: berhentinya gejala-gejala kehamilan yang
biasa dialami (mual, sering berkemih, kepekaan pada payudara).
Di usia kehamilan selanjutnya, kematian janin harus dicurigai jika
janin tidak bergerak dalam jangka waktu yang cukup lama.
2. Tanda-tanda ketidak mampuan mengidentifikasi denyut jantung
janin pada kunjungan ANC (antenatal care) setelah usia gestasi

Diagnosis 12 minggu atau tidak adanya pertumbuhan uterus dapat menjadi


dasar diagnosis
3. Pada pemeriksaan laboratorium terjadi penurunan kadar
gonadotropin korionik manusia (Human Chorionic Gonadotropin
atau HCH) mungkin dapat membantu diagnosis dini selama
kehamilan.
4. Pada pemeriksaan USG :tidak adanya aktifitas jantung janin
setelah usia gestasi 6 minggu
1. Lahir spontan: 75% akan lahir spontan dalam
2 minggu.

Penatalaksanaan 2. Persalinan anjuran :

a) Dilatasi serviks dengan batang laminaria.


Setelah dipasang 12-24 jam kemudian
dilepas dan dilanjutkan dengan infus oksitosin
sampai terjadi pengeluaran janin dan
plasenta.

b) Dilatasi serviks dengan kateter folley.

c) Infus oksitosin

d) Induksi prostaglandin
BAB 4
PEMBAHASAN
IUFD
Anamnesis

Teori : \Kasus :
- berhentinya gejala-gejala - Terdapat tanda ketidak
kehamilan yang biasa dialami mampuan mengidentifikasi
- Tanda-tanda ketidak denyut jantung janin
mampuan mengidentifikasi
denyut jantung janin

Kesan : Diagnosis sesuai


secara anamnesis
IUFD
Pemeriksaan Fisik

\Kasus :
Teori : • Gerakan janin tidak di
• Gerakan janin (-) temukan
• DJJ (-) • DJJ tidak ada

Kesan : Diagnosis IUFD sesuai


secara pemeriksaan fisik
IUFD
Pemeriksaan Penunjang

\Kasus : tidak dilakukan


Teori : pemeriksaan gonadotropin,
- Pada pemeriksaan dan pada pemeriksaan USG
laboratorium terjadi terakhir janin masih dalam
penurunan kadar keadaan baik
gonadotropin korionik
manusia
- Pada pemeriksaan Kesan : Diagnosis belum
USG :tidak adanya sesuai secara pemeriksaan lab
aktifitas jantung janin
setelah usia gestasi 6
minggu
Secara teori diagnosis \Kasus : Pada kasus ini penyebab
kematian janin atau IUFD di karenakan
IUFD baik secara dimana ditemukan janin dalam keadaan
anamnesis, dan letak lintang dan tali pusat yang
pemeriksaan penunjang menumbung yang mempersulit
ditemukan saat ANC atau dilakukannya persalinan normal
sehingga di rujuk ke rumah sakit
sebelum persalinan rujukan, kemudian akibat dari
persalinan kala 2 yang berlangsung
lama DJJ tidak lagi ditemukan saat
berada di RS rujukan, yang mana bahwa
salah satu penegakkan diagnosis IUFD
adalah tidak ditemukannya DJJ
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
• Kematian bayi dapat terjadi setelah dilahirkan maupun saat
masih di dalam kandungan atau disebut dengan intra uterine
fetal death (IUFD). Menurut WHO dan The American College of
Obstetricians and Gynecologists yang disebut IUFD adalah
janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram
atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20
minggu atau lebih. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
terjadinya IUFD yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor tali
pusat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Putri AC., Puspitasari RD, Prabowo AY. Kematian Janin Intrauterin dan Hubungannya
dengan Preeklampsia. Med Prof J LAMPUNGula [Internet]. 2017;7(5):62–5. Available
from: http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1835
2. Luqyana SD, Prabowo AY. Intrauterine Fetal Death : Usia Maternal sebagai Salah Satu
Faktor Risiko Intrauterine Fetal Death : Maternal Age as One of The Risk Factors. Medula.
2017;7:25–9.
3. Semian S. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian IUFD di Kabupaten Manggarai
Barat Nusa Tenggara Timur. J Info Kesehat. 2018;11(2):389–99.
4. Apriyunita D. Intra Uterine Fetal Death DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH
PALEMBANG PERIODE 1 JANUARI 2011-. 2015;
5. Xie L, Liu Y, Wang D, Liu C, Zhou H, Lin Z, et al. Application of a ‘baseball’ suture
technique in uterine myomectomy following laparoscopic enucleation of uterine leiomyoma
(fibroid). Med Sci Monit. 2018;24:3042–9.
6. Lee RA. Te Linde’s Operative Gynecology. Mayo Clin Proc. 1986;61(4):307–8.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai