Anda di halaman 1dari 39

STRATEGI

PEMBERDAYAAN
INDIVIDU

Henrietta Imelda Tondong, MPH.


Strategi Pemberdayaan Individu

1. Bimbingan.
2. Konseling.
3. Krisis Intervensi.
4. Stress
Management.
Bimbingan

Prayitno dan Erman Amti


Proses pemberian bantuan yang
Djumhur dan Moh. Surya
dilakukan oleh orang yang ahli
kepada seorang atau beberapa orang Suatu proses pemberian bantuan
individu, baik anak-anak, remaja, yang terus menerus dan sistematis
Kesimpulan
maupun dewasa agar orang yang kepada individu dalam memecahkan Proses pemberian bantuan yang
dibimbing dapat mengembangkan masalah yang dihadapinya, agar dilakukan oleh orang yang ahli
kemampuan dirinya sendiri dan tercapai kemampuan untuk dapat kepada seorang atau beberapa orang
mandiri dengan memanfaatkan memahami dirinya (self individu dalam hal memahami diri
kekuatan individu dan sarana yang understanding), menerima dirinya sendiri,
ada dan dapat dikembangkan (self acceptance), mengarahkan menghubungkan pemahaman tentang
berdasarkan norma-norma yang dirinya (self direction) dan dirinya sendiri dengan lingkungan,
berlaku. merealisasikan dirinya (self memilih,
realization) sesuai dengan potensi menentukan dan menyusun rencana
atau kemampuannya dalam mencapai sesuai dengan konsep dirinya dan
penyesuaian diri dengan lingkungan, tuntutan lingkungan berdasarkan
baik keluarga, sekolah dan norma-norma yang berlaku.
masyarakat.
Tujuan Bimbingan
 Secara Umum;

 Membantu individu dalam mencapai kebahagiaan pribadi.


 Membantu individu dalam mencapai kehidupan yang efektif
dan produktif
dalam masyarakat.
 Membantu individu dalam mencapai hidup bersama dengan
individu yang lain.
 Membantu individu dalam mencapai harmoni antara cita-cita
Tujuan Bimbingan
 Secara Khusus;

 Memperkembangkan pengertian dan pemahaman diri dalam


kemajuan dirinya.
 Memperkembangkan pengetahuan tentang dunia kerja,
kesempatan kerja,
serta tanggung jawab dalam memilih suatu kesempatan kerja
tertentu.
 Memperkembangkan kemampuan untuk memilih,
Fungsi bimbingan
1. Menjadi pendorong (motivator)
bagi klien yang terbimbing timbul
semangat dalam menempuh
kehidupan.

2. Menjadi pemantap (stabilitator) dan


penggerak (dinamisator) untuk
mencapai
tujuan yang dikehendaki.
3. Menjadi pengarah (direktif) bagi
pelaksanaan program bimbingan agar
sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan klien serta melihat bakat
dan minat yang berhubungan dengan
cita-cita yang ingin dicapainya.
Metode
• Bimbingan
Peningkatan kemandirian dan keluarga dalam bidang
kesehatan sehingga masyarakat mampu meningkatkan
Umum derajat kesehatannya.
• Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang
kesehatan.
• Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan
dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri.
Khusus • Masyarakat mampu mengenal, memelihara, melindungi dan
meningkatkan kualitas kesehatannya, termasukmampu
memperoleh pelayanan Kesehatan saat sakit tanpa
mengalami kesulitan pembiayaan.
Konseling

Prayitno dan Erman Amti


Proses pemberian bantuan yang
dilakukan melalui wawancara
Winkel
konseling oleh seorang ahli Serangkaian kegiatan paling
Kesimpulan
(disebut konselor) kepada pokok dari bimbingan dalam
individu yang sedang mengalami usaha membantu konseli/klien Usaha membantu konseli/klien
sesuatu masalah (disebut klien) secara tatap muka dengan tujuan secara tatap muka dengan tujuan
yang bermuara pada teratasinya agar klien dapat mengambil agar klien
masalah yang dihadapi klien. tanggung jawab sendiri terhadap dapat mengambil tanggung
berbagai persoalan atau masalah jawab sendiri terhadap berbagai
khusus. persoalan atau masalah khusus.
Macam
nseli ng
1. Konseling sukarela Ko
Konseling sukarela artinya konseling yang hadir di ruang konseling atas
kesadaran
sendiri, berhubungan maksud dan tujuannya. Secara umum dapat kita
kenali cirri –
ciri konseling sukarela sebagai berikut :
 Hadir atas kehendak sendiri
 Segera dapat menyesuaikan diri dengan konselor
 Mudah terbuka, segera mengatakan persoalannya
 Bersungguh – sungguh mengikuti proses konseling
 Berusaha mengemukakan sesuatu yang jelas
 Sikap bersahabat, mengharapkan bantuan
 Bersedia mengungkapkan rahasia walaupun menyakitkan.
Macam
nseli ng
2. Konseling Terpaksa Ko
Konseling terpaksa adalah konseli yang kehadirannya di ruang
belajar karena
dorongan orang lain. Adapun karakteristiknya antara lain :
 Bersifat tertutup
 Enggan berbicara
 Curiga terhadap konselor
 Kurang bersahabat
 Menolak secara halus bantuan konselor
Untuk menghadapi konseli terpaksa, konselor tidak boleh
memaksa untuk memberi
bantuan. Salah satu strategi adalah menjelaskan secara bijak apa
yang dimaksud
konseling.
a c a m
M ing
el
Kons
3. Konseli enggan
Salah satu bentuk konseli yang enggan adalah banyak
bicara. Pada prinsipnya konseli seperti ini enggan untuk
dibantu. Upaya yang bisa dilakukan untuk menghadapi
konseli yang seperti ini antara lain adalah
menyadarkanakan kekeliruannya, memberi kesempatan
agar konseli dibimbing oleh orang lain saja, atau mencari
lawan bicara lain.
a c a m
M ing
el
Kons
4. Konseli bermusuhan atau menentang
Konseli terpaksa yang memiliki masalah cukup serius, bisa
menjelma menjadi konseli yang bermusuhan. Sifatnya
antara lain : tertutup, menentang, bermusuhan dan menolak
secara terbuka.
Tujuan
Konseling
Mengubah perilaku yang salah penyesuaian yaitu: perilaku yang tidak tepat, yang
secara psikologis dapat mengarah atau berupa perilaku yang patologis. Individu
yang salah penyesuaian perlu memperoleh bantuan agar berkembang
kepribadiannya berlangsung secara baik.
Belajar membuat keputusan adalah hal yang paling penting bagi klien. Tujuan
konseling bukan penyesuaian dengan tuntutan masyarakat, tapi klien harus
membuat keputusan yang lebih tepat untuk dirinya dan masa depannya.
Mencegah munculnya masalah yaitu: mencegah jangan sampai mengalami
masalah di kemudian hari, mencegah jangan sampai masalah yang dialami
bertambah berat atau berkepanjangan, dan mencegah jangan sampai masalah
yang dihadapi berakibat gangguan yang menetap.
Teknik
Konseling
1. Perilaku Attending;
Disebut juga sebagai perilaku menghampiri klien yang mencakup komponen
kontak mata, bahasa badan, dan bahasa lisan.perilaku attending yang baik
adalah merupakan tiga kombinasi komponen sehingga akan memudahkan konselor untuk
membuat klien
terlibat pembicaraan dan terbuka.
Attending yang baik dapat:
 Meningkatkan harga diri klien.
 Menciptakan suasana yang aman.
 Mempermudah ekspresi perasaan klien yang bebas.
Teknik
Konseling
2. Empati
Ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama
klien. Empati
dilakukan bersamaan dengan attending. Dengan kata lain, tanpa perilaku attending tidak aka nada
empati. Empati ada
dua macam yaitu:
• Empati primer
Yaitu suatu bentuk empati yang hanya memahami perasaan, pikiran, keinginan, dan pengalaman klien.
Tujuannya
adalah agar klien terlibat pembicaraan yang terbuka.
• Empati tingkat tinggi
Yaitu apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan serta pengalaman klien lebih
mendalam dan
menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut.
Teknik
Konseling
3. Refleksi
Yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan
pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya, refleksi ada tiga
jenis yaitu:
• Refleksi perasaan yaitu keterampilan konselor untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil
pengamatan
verbal dan non verbal klien.
• Refleksi pengalaman yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien
sebagai hasil
pengamatan prilaku verbal dan non verbal klien.
• Refleksi pikiran yaitu keterampilan konselor untuk memantulkan ide, pikiran, pendapat klien sebagai
hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
Teknik
Konseling
4. Eksplorasi
Yaitu suatu keterampilan konselor untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien. Hal ini
penting
karena kebanyakan klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu
mengungkapkan
pendapatnya dengan terus terang.
5. Menangkap pesan utama (parapharasing)
Yaitu untuk memudahkan klien memahami ide, perasaan, dan pengalamannya. Seorang konselor
perlu
Menangkap pesan utamanya, dan menyatakannya secara sederhana dan mudah difahami,
disampaikan dengan
bahasa konselor sendiri. Hal ini perlu karena sering klien mengemukakan perasaan, pikiran, dan
pengalamannya berbelit,berputar atau panjang.
Teknik
Konseling
6.Bertanya untuk membuka pertanyaan (open question)
Kebayakan calon konselor sulit untuk membuka percakapan dengan klien. Hal ini karena sulit
menduga apa
yang dipikirkan klien sehingga pertanyaan menjadi pas. Untuk memudahkan membuka
percakapan seorang
konselor dilatih keterampilannya bertanya dalam bentuk open-ended yang memungkinkan
munculnya
pernyataan- pernyataan baru dari klien.
7.Bertanya tertutup (Closed Questions)
Pertanyaan konselor tidak selalu terbuka (open questions), akan tetapi juga ada yang tertutup yaitu
bentuk-bentuk pernyataan yang sering dimulai dengan kata-kata apakah, adakah, dan harus
dijawab klien dengan kata ya atau tidak
atau dengan kata-kata singkat.
Teknik
Konseling
8. Dorongan minimal
Upaya utama seorang konselor agar kliennya selalu terlibat dalam pembicaraan dan dirinya terbuka (self-
disclosing).
Yang dimaksud dorongan minimal adalah suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang
dikatakan klien,
dan memberikan dorongan singkat seperti: oh.., ya…, terus.., lalu.., dan… Keterampilan ini bertujuan
untuk membuat
agar klien terus berbicara dan dapat mengarahkan agar pembicaraan mencapai tujuan.
9. Interprestasi
Yaitu upaya konselor utuk mengulas pemikiran, perasaan dan perilaku atau pengalaman klien dengan
merujuk pada
teori-teori yang dinamakan teori teknik interprestasi. Tujuannya untuk memberikan rujukan, pandangan
atau perilaku klien,
agar klien mengerti, dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
Teknik
Konseling
10. Mengarahkan (Directing)
Untuk mengajak klien berpartisipasi secara penuh di dalam proses konseling, perlu ada ajakan dan arahan dari konselor. Atau
dengan kata lain
mengarahkan untuk melakukan sesuatu.
11. Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Supaya pembicaraan maju secara bertahap dan arah pembicaraan makin jelas, maka setiap periode waktu tertentu bersama klien
perlu
menyimpulkan pembicaraan. Kebersamaan itu amat diperlukan agar klien mempunyai pemahaman bahwa keputusan mengenai
dirinya menjadi
tanggung jawab klien, sedangkan konselor hanyalah membantu. Mengenai kapan suatu pembicaraan akan disimpulkan banyak
tergantung kepada feeling
konselor. Tujuannya:
• Memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik (feed back) dari hal-hal yang telah dibicarakan.
• Untuk menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap.
• Untuk meningkatkan kualitas diskusi.
• Mempertajam atau memperjelas focus pada wawancara konseling.
Teknik
Konseling
12. Memimpin (leading)
Agar pembicaraan dalam wawancara konseling tidak melantur atau menyimpang,
seorang
konselor harus mampu memimpin arah pembicaraan sehingga nantinya mencapai
tujuan.
13. Fokus
Seorang konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya
yang terseleksi terhadap pembicaraan dengan klien.
Teknik
Konseling
14. Konfrontasi
Yaitu suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya diskrepansi atau
inkonsistensi
antara perkataan dengan bahasa badan (perbuatan), ide awal dengan ide berikutnya, senyum
dengan
kepedihan dan sebagainya.
Tujuan teknik ini adalah:
• Mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur.
• Meningkatkan potensi klien.
• Membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi, konflik, atau kontradiksi dalam
dirinya.
Teknik
Konseling
15.Menjernihkan (Clarifying)
Yaitu suatu keterampilan untuk menjenihkan ucapan–ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas, dan
agak
meragukan. Tujuannya adalah:
• Mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas,
dan dengan alasan-alasan
yang logis.
• Agar klien menjelaskan, mengulang, dan mengilustrasikan perasaannya.
16.Memudahkan (Facilitating)
Yaitu suatu keterampilan membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor
dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Sehingga komunikasi dan
partisipasi
meningkat dan proses konseling berjalan efektif.
Teknik
17.Konseling
Diam
Apakah diam itu teknik konseling?, sebenarnya diam amat penting dengan cara attending.
Diam bukan
berarti tidak ada komunikasi, akan tetapi tetap ada yaitu melalui perilaku nonverbal.
Yang paling ideal diam
itu paling tinggi 5-10 detik dan selebihnya dapat diganti dengan dorongan minimal.
Tujuan diam adalah:
• Menanti klien sedang berfikir.
• Sebagai proses jika klien ngomong berbelit-belit.
• Menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien bebas berbicara.
Teknik
Konseling
18. Mengambil Insiatif
Hal ini perlu dilakukan konselor manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara,
sering diam, sering
diam, dan kurang partisipasif. Konselor mengucapkan kata–kata yang mengajak klien untuk
berinisiatif
dalam menuntaskan diskusi.
Tujuannya adalah:
• Mengambil insiatif jika klien kurang semangat.
• Jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan.
• Jika klien kehilangan arah pembicaraan.
Teknik
Konseling
19. Memberi nasehat
Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintannya. Walaupun demikian,
konselor tetap harus mempertimbangkannya, apakah pantas untuk memberi nasehat atau
tidak. Sebab dalam memberi nasehat
tetap di jaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien, harus tetap tercapai.
20. Pemberian informasi
Dalam hal informasi yang diminta klien, sama halnya dengan pemberiannasehat. Jika
konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakana bahwa tidak
mengetahui hal itu.
Teknik
21.Konseling
Merencanakan
Menjelang akhir sesi konseling, konselor harus dapat membantu klien untuk dapat membuat
rencana
berupa suatu program untuk action, perbuatan nyata yang produktif bagi kemajuan
dirinya. Suatu rencana
yang baik adalah hasil kerjasama konselor dengan klien.
22. Menyimpulkan
Pada akhir sesi konseling, konselor membantu klien untuk menyimpulkan
hasil pembicaraan yang menyangkut:
• Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini terutama mengenai kecemasan
• Memantapkan rencana klien
Fase Proses Konseling
1. Fase pertama
Konselor mengembangkan pertemuan konseling, agar tercapai situasi yangmemungkinkan
perubahan-perubahan yang diharapkan pada klien. Pola hubungan yang diciptakan untuk setiap
klien berbeda, karena masing-masing klien mempunyai keunikan sebagai individu serta memiliki
kebutuhan yang bergantung kepada masalah yang harus dipecahkan.
2. Fase kedua
Konselor berusaha meyakinkan dan mengkondisikan klien untuk mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan sesuai dengan kondisi klien. Ada dua hal yang dilakukan konselor dalam fase ini,
yaitu :
• Membangkitkan motivasi klien, dalam hal ini klien diberi kesempatan untuk menyadari
ketidaksenangannya atau ketidakpuasannya.
• Makin tinggi kesadaran klien terhadap ketidakpuasannya semakin besar
motivasi untuk mencapai perubahan dirinya, sehingga makin tinggi pula
keinginannya untuk bekerja sama dengan konselor.
• Mebangkitkan dan mengembangkan otonomi klien dan menekankan
kepada klien bahwa klien boleh menolak saran-saran konselor asal
dapat mengemukakan alasan-alasannya secara bertanggung jawab.
Fase Proses Konseling
3. Fase ketiga
Konselor mendorong klien untuk mengatakan perasaan- perasaannya pada saat ini, klien diberi
kesempatan untuk mengalami kembali segala perasaan dan perbuatan pada masa lalu, dalam
situasi di sini dan saat ini. Kadang-kadang klien diperbolehkan memproyeksikan dirinya kepada
konselor. Melalui fase ini, konselor berusaha menemukan celah- celah kepribadian atau aspek-
aspek kepribadian yang hilang, dari sini dapat diidentifikasi apa yang harus dilakukan klien.
4. Fase keempat
Setelah klien memperoleh pemahaman dan penyadaran tentang pikiran, perasaan, dan tingkah
lakunya, konselor mengantarkan klien memasuki fase akhir konseling. Pada fase ini klien
menunjukkan gejala-gejala yang mengindikasikan integritas kepribadiannya sebagai individu
yang unik dan manusiawi. Klien telah memiliki
kepercayaan pada potensinya, menyadari keadaan dirinya pada saat sekarang,
sadar
dan bertanggung jawab atas sifat otonominya, perasaan-perasaannya,
pikiran-pikirannya
dan tingkah lakunya. Dalam situasi ini klien secara sadar dan
bertanggung jawab memutuskan untuk “melepaskan” diri dari
konselor, dan siap untuk mengembangan potensi dirinya.
Stress
Manajemen
Cotton
Istilah manajemen stress
Margiati
merujuk kepada identifikasi dan
analisis terhadap permasalah Membuat perubahan dalam cara
Kesimpulan
yang terkait dengan stress, dan anda berpikir dan merasa, dalam
aplikasi dari berbagai terapi cara anda berperilaku, dan Dalam proses manajemen ini
terapeutik untuk mengubah sangat mungkin dalam stress ini, baik terapi maupun
sumber stress atau pengalaman lingkungan anda. Manajemen klien harus memahami makna
stress. stres juga sebagai kecakapan stress bagi klien, bagaimana
menghadapi tantangan dengan hasil tersebut dialami, dan
cara mengendalikan tanggapan bagaimana hal itu diatasi secara
secara proporsional. adaptif.
Fase Proses Konseling

1. Terapi individual;
Salah satu keuntungan yang dimilki adalah dapat menangani kasus
dengan klien sulit atau dengan masalah yang cukup berat. Model ini juga
menfasilitasi terciptanya hubungan kerjasama yang baik dan dibutuhkan
antara terapis dan klien. Akan tetapi kelemahan yang yang dapat terjadi
adalah pemberian materi yang kerap mengubah proses terapi didominasi
oleh ceramah.
Fase Proses Konseling
2.Terapi kelompok;
Terapi kelompok umumnya digunakan dengan mempertimbangkan alasan praktis,
misalnya lebih murah untuk klien, tidak banyak menghabiskan waktu, dan
memungkinkan untuk menyediakan informasi dari klien lainnya. Terdapat dua
tipe kelompok terapeutik dalam manajemen stress, yaitu kelompok psikoedukasi
dan kelompok bantuan bersama (mutual aid group). Kelompok psikoedukasi
menekankan interaksi antara terapis dan klien. Sesi yang dilakukan umumnya
terbatas, akan tetapi terstruktur dengan dengan jelas dan memiliki materi yang
telah disusun sebelumnya. Kelompok bantuan bersama, indvidu-individuyang
memiliki permasalahan yang serupa (misalnya stress), dikumpulkan dalam
sebuah dan kelompok dengan tujuan akan membantu satu sama lain.
Fase Proses Konseling

3. Workshop
Workshop merupakan metode yang serupa dengan kelompok
psikoedukasi, akan tetapi jangka waktunya dipadatkan menjadi hanya
beberapa hari saja. Workshop merupakan cara yang tepat untuk
mengajarkan informasi kepada peserta, namun kelemahannya terkadang
terapis melakukan workshop dengan jumlah peserta yang terlalu banyak
sehingga proses terpeutik tidak dapat berjalan efektif.
Fase Proses Konseling
4. Bibliography
Bibliography merupakan salah satu cara untuk mengatasi stressdengan
membaca buku, meskipun hal ini belum dapat dibuktikan. Metode ini
berguna jika digunakan dalam terapi individual, dimana klien yang
memiliki kemampuan yang cukup baik dan motivasi tinggi akan diminta
untuk membaca buku-buku bantuan diri (self help). Dengan begini,
proses terapi akan menitiberatkan pada integritas dan analisis informasi,
bukan sekedar memberikan informasi pada klien saja.
Intervensi Krisis
Konsep
Krisis adalah reaksi berlebihan
terhadap situasi yang mengancam Intervensi krisis merupakan suatu
saat kemampuan meyelesaikan intervensi ringkas yang dirancangkan Sasaran akhir dari intervensi krisis
masalah dan respons coping tidak dan khususnya digunakan untuk itu adalah untuk
adekuat untuk mempertahankan membantu individu-individu, mendukung/menyokong metoda-
keseimbangan psikologis. Intervensi keluarga-keluarga dan/atau metoda pelanggan yang ada atau
krisis adalah metode pemberian komunitas-komunitas untuk menolong individu-individu
bantuan terhadap mereka yang mengatasi suatu krisis yang membangun kembali kemampuan-
tertimpa krisis, di mana masalah dirasakan dan memperbaiki tingkatan kemampuan penanggulangan dan
yang membutuhkan penanganan penanggulangannya. Suatu krisis pemecahan masalah seraya menolong
yang cepat dapat segera diselesaikan adalah suatu istilah subyektif, mereka untuk mengambil langkah-
dan keseimbangan psikis yang khususnya dimana krisis dari satu langkah konkret ke arah upaya
dipulihkan. orang akan merupakan tantangan dari mengelola perasaan-perasaan mereka
orang lain. dan mengembangkan suatu rencana
aksi.
Tujuan Intervensi Krisis
 Berfokus pada pemberian dukungan terhadap individu
sehingga individu mencapai tingkat fungsi seperti sebelum
krisis, atau bahkan pada tingkat fungsi yang lebih tinggi.
 Membantu individu memecahkan masalah dan
mendapatkan kembali
keseimbangan emosionalnya.
Prinsip Intervensi Krisis
Dalam intervensi krisis, pendekatan pemecahan masalah digunakan
secara sistematis yang meliputi :
 Mengkaji persepsi individu terhadap masalah, serta mengkaji
kekurangan dan kelebihan sistem pendukung individu dan
keluarga.
 Merencanakan hasil yang spesifik dan tujuan yang didasarkan
pada prioritas.
 Memberikan penanganan langsung.
Peran Petugas Intervensi Krisis
Peran petugas adalah membantu individu dalam :
 Menganalisa situasi yang penuh stress.
 Mengungkapkan perasaan tanpa penilaian.
 Mencari cara untuk beradaptasi dengan stress dan
kecemasan.
 Memecahkan masalah dan mengidentifikasi strategi dan
tindakan.
 Mencari dukungan (keluarga, teman, komunitas).
 Menghindari stress yang akan datang dengan

Anda mungkin juga menyukai