Anda di halaman 1dari 43

SIFAT OPTIS

PADATAN
Lalu Reza Rezki Muanggara 15/383296/PA/16956
Muhammad Ahan Kurniawan 15/383301/PA/16961
Nadyla Nur Fulantika 15/383304/PA/16964
Nurasri Yanuarisa 15/383307/PA/16967
Palupu Nur Fitriana 15/383309/PA/16969
7.1 PENDAHULUAN
Nurasri Yanuarisa
• Perangkat optik solid state memiliki contoh seperti laser, dan
meluasnya penggunaan CD dan DVD.
• Sinar laser banyak digunakan untuk mengirim informasi atau dalam
hal ini gelombang cahaya bergerak di sepanjang serat optik
menggantikan elektron yang bergerak keluar.
• Untuk mengirimkan gelombang cahaya secara jarak jauh, serat optik
harus memiliki daya serap dan refraksi tertentu.
• Contohnya adalah LED yang digunakan untuk display, seperti pada
jam tangan dan instrumen elektronik lainnya.
• Mekanisme bagaimana cahaya dihasilkan oleh LED mirip dengan laser
Gallium Arsenida
• Jenis padatan pemancar cahaya lainnya yang biasa dikenal yaitu fosfor
yang digunakan pada plasma layar televisi dan dalam fluoresensi
• Secara umum, ada dua situasi yang dipertimbangkan untuk
menjelaskan perangkat yang disebutkan di atas dimana cahaya
diserap atau di pancarkan
• Pada laser rubi dan dan fosfor untuk lampu fluoresens, cahaya
dipancarkan dalam kisi
• Serat optik dan “cloaks invisibility” bergantung pada sifat biasnya.
Oleh karena itu, seperti pertimbangan diatas bahwa perangkat
bergantung pada proses refraksi seperti penyerapan atau pancaran
cahayanya.
• Dalam 3 dekade terakhir, jenis material baru yaitu photonic crystal,
dapat membentuk PCB pada perangkat instrumen elektronik.
• Selain itu, pertimbangan sifat optik lainnya yang tidak biasa yaitu
metamaterial (rangkaian material dari photonic crystal menjadi
jaringan, yang skalanya lebih kecil dari panjang gelombang yang akan
dimanipulasi)
• Metamaterial menarik banyak perhatian karena hasil dari
penggunaannya pada perangkat untuk membuat objek menjadi tidak
terlihat.
• Photonic crystal dan metamaterial berbeda dari contoh lainnya
karena berfokus pada sifat khasnya yaitu pada hasil kontruksi yang
dirancang
7.2 INTERAKSI ANTARA
SINAR DENGAN ATOM
Palupi Nur Fitrianasari
• Saat atom menyerap foton dari suatu sinar dengan panjang
gelombang yangs sesuai, atom mengalami transisi ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Elektron hanya menyerap foton yang memiliki
energi sesuai dengan perbedaan energi antara tingkat energi
elektronik awal dan akhir, dan jika suatu peraturan, dikenal sebagai
selection rule, terpenuhi.
• Pada atom ringan, elektron tidak dapat mengubah spin nya dan
momentum orbital angular harus berubah 1; dalam konteks nomor
kuantum: ∆s = 0, dan ∆l = ±1; tidak ada larangan perubahan pada
bilangan kuantum utama.
• Contohnya pada atom natrium, elektron
3s dapat menyerap satu foton dan
berpindah ke tingkat 3p. Namun
elektron 3s tidak akan berpindah ke 3d
(∆l = +2) atau 4s (∆l = 0).
• Namun, spin dan momentum orbital
angular tidak sepenuhnya independen
dan coupling mengakibatkan terjadinya
forbidden transitions, meskipun
kemungkinan suatu elektron menyerap
foton dan tereksitasi ke forbidden level
lebih kecil dibanding kemungkinan
elektron tereksitasi ke allowed level.
• Elektron yang telah tereksitasi ke tingkat yang lebih tinggi akan kembali
ke ground state. Kembalinya elektron ke ground state dapat terjadi
melalui beberapa cara. Elektron dapat mengemisikan foton secara acak,
beberapa waktu setelah tereksitasi. Inilah yang disebut emisi spontan.
• Kemungkinan lain, bisa jadi datang foton kedua dan alih-alih diserap,
foton dapat menginduksi elektron dan terjadi emisi. Inilah yang disebut
emisi terinduksi atau terstimulasi dan memiliki peran penting dalam
laser. Foton yang teremisi pada keadaan ini berada satu fase dan
bergerak ke arah yang sama dengan foton yang menginduksi;
menghasilkan sorotan cahaya yang koheren. Atom bertabrakan dengan
atom lain, kehilangan energi dalam proses atau memberikan energi ke
sekitarnya dalam bentuk energi vibrasi. Inilah contoh transisi nonradiasi.
• Dalam kristal, sebagai suatu molekul, tingkat
energi atom dan selection rule diubah.
Contohnya ion Ti3+ memiliki satu elektron d
di luar kulit tertutup. Pada ion bebas, lima
orbital 3d memiliki energi sama. Dalam
kristal, tingkatan-tingkatan tersebut terbagi;
contohnya jika ion mengisi lubang oktahedral,
orbital 3d akan terbagi menjadi lower, t2g
level dan higher, eg level. Transisi elektronik
antara tingkat itu menjadi mungkin.
• Pada ion bebas, transisi dari satu tingkat d ke
yang lain tidak melibatkan perubahan energi,
maka tidak akan terlihat meskipun allowed.
Garis yang sesuai dengan transisi tersebut
dapat teramati, meski intensitasnya rendah
karena vibrasi pada kristal mencampur
berbagai tingkat energi yang berbeda,
sehingga tingkat 3d bisa jadi bercampur
dengan tingkat 4p, memberi sedikit bagian
“allowedness” transisi tersebut.
7.2.1 Ruby Laser
• Rubi adalah korundum (salah satu bentuk Al2O3) dengan impurity 0,04%-0,5% Cr3+ sebagai pengganti
ion aluminium. Ion aluminium, sekaligus ion kromium, mengisi tempat di oktahedral distorted. Sehingga
3d pada kromium akan mengalami split. Cr3+ memiliki 3 elektron 3d, dan pada ground state, elektron-
elektron tersebut mengisi orbital secara terpisah dengan spin paralel. Saat sinar diserap, salah satu
elektron dapat mengalami transisi ke tingkat energi yang lebih tinggi; karena ada 3 elektron yang
terlibat sehingga perlu mempertimbangkan terjadinya perubahan tolakan elektron dan juga perubahan
energi orbital. Saat perubahan tolakan elektron dipertimbangkan, ditemukan adanya dua transisi pada
energi yang berbeda, yang sesuai dengan perpindahan dari lower 3d ke higher 3d.
• Setelah menyerap sinar dan mengalami salah satu transisi, ion kromium dapat mengemisikan radiasi
pada panjang gelombang yang sama dan kembali ke ground state. Namun dalam rubi terdapat transisi
tanpa radiasi dimana elektron yang tereksitasi kehilangan sebagian energinya dan kristal mendapat
energi vibrasi. Hal ini membuat ion kromium berada pada keadaan yang hanya dapat kembali ke ground
state melalui transisi forbidden dimana elektron mengubah spinnya. Transisi seperti ini adalah forbidden
yang berlipat ganda, karena telah melanggar aturan yaitu transisi 3d <-> 3d, jadi semakin kecil
kemungkinan terjadi.
Light Amplification by Stimulated Emission
of Radiation
• Ion Cr3+ menyerap sinar dan
berpindah ke state 3 dan 4. Ion
mengalami transisi tanpa radiasi
dan berpindah ke state 2. Karena
kemungkinan terjadinya emisi
spontan untuk state 2 rendah, dan
tidak ada jalan nonradiasi yang
mudah untuk kembali ke ground
state, dapat terbentuk populasi
state 2 yang besar.
• Saat akhirnya (sekitar 5 msec kemudian) beberapa
ion di state 2 kembali ke ground state, beberapa
foton yang teremisi spontan di awal berinteraksi
dengan ion lain di state 2 dan menginduksi ion-ion
tersebut untuk mengalami emisi. Foton yang
dihasilkan akan memiliki fase dan bergerak ke
arah yang sama dengan foton hasil emisi spontan
dan akan terus menginduksi ion-ion lain selama
foton-foton tersebut bergerak di dalam rubi.
Dalam laser, rubi tertutup oleh rongga yang dapat
merefleksi foton kembali menuju kristal ketika
sudah mencapai ujung. Foton yang terrefleksi
menginduksi semakin banyak emisi sehingga
terbentuk sorotan sinar koheren yang cukup
besar. Cermin yang terdapat pada salah satu sisi
dapat dilepas dan berkas sinar terpancarkan.
• Rubi adalah material pertama
yang digunakan sebagai solid-
state laser, namun sekarang
digunakan juga kristal lainnya.
7.2 FOSFOR DI DALAM CAHAYA
FLUORESEN
Nadyla Nur Fulantika
Fosfor adalah padatan yang menyerap energi dan memancarkannya
kembali sebagai cahaya
Contoh aplikasi fosfor yaitu warna layar televisi plasma yang dihasilkan
oleh fosfor yang ditembak dengan elektron dari balok.
Contoh yang lain yaitu bola lampu flouresence
• Cara kerja lampu fluoresen
Lampu fluoresen mencarkan radiasi UV (254 nm) dengan melewatkan listrik debit
melalui tekanan uap merkuri yang rendah. Di dalam tabung dilapisi dengan bubuk putih
yang menyerap sinar UV dan memancarkan radiasi yang terlihat.
Kebanyakan lampu fluoresen didasarkan pada halofosfat alkali tanah seperti
3Ca3(PO4)2.Caf2
• Seperti halnya dengan laser, yang berasal dari logam transisi atau lantanoid, namun
memiliki ion pengotor lebih dari satu yang diperlukan untuk melihat spektrum yang
terlihat. Tidak semua ion pengotor mampu menyerap radiasi sinar, karena kisi induk
dapat menyerap energi dari situs ke situs yang lain.
Contoh fosfor yang di doping Mn2+ dan Sb3+, radiasi UV yang dipancarkan merkuri
hanya ditangkap oleh Sb3+ (ion antimon) yang kemudian tereksitasi dan memiliki
serapan pita yang lebar pada spektrum berwarna biru, energi yang telah terserap oleh
antimon melalui kisi induksi kemudian diserap oleh mangan. Ion Mn2+ memancarkan
spektrum berwarna kuning dan kembali ke keadaan dasar.
• Lampu fluoresen juga dapat memancarkan radiasi dekat dengan sinar
IR, dalam hal ini cahaya insiden lebih rendah dari cahaya yang
dipancarkan, proses ini disebut upconversion
• Bagaimana cara kerjanya?
Penyerapan terjadi dalam dua tahap. Ion menyerap foton radiasi
insiden dan menuju keadaan tereksitasi, kemudian mentransfer
sebagian besar energi baik ke keadaan lain dari ion itu atau keadaan
tereksitasi dari ion lain.
Jika keadaan keduanya metastable, maka akan memiliki waktu untuk
menyerap foton lain sebelum secara spontan memancarkan radiasi dan
kembali ke keadaan yang lebih rendah.
Contoh:
Ho3+ berkonsentrasi rendah pada Y2O3 menyerap radiasi sinar IR dan
memancarkan cahaya kuning-hijau. Ho3+ berada di keadaan dasar (5I8)
menyerap foton dan tertarik ke keadaan tereksitasi (5F5) dan turun ke
keadaan yang lebih rendah dan berakhir pada keadaan (5I7). Dalam 5I7
ion menyerap foton dari cahaya merah dan bergerak ke 5F3 dimana
mengemisikan cahaya kuning-hijau, dan kemudian terakhir kembali ke
keadaan dasar.
7.3 ADSORPSI DAN EMISI RADIASI
DALAM PADATAN CONTINUOUS
Lalu Reza Rezki Muanggara
Adsorpsi adalah suatu proses penyerapan partikel oleh suatu padatan
hingga terbentuk suatu lapisan pada permukaan adsorben.
Emisi adalah sutu proses pelepasan kembali suatu energi atau
komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk atau
dimasukan dalam suatu zat.
Radiasi adalah suatu energi yang dipancarkan dalam bentuk partikel
atau gelombang.
Ditinjau dari konduktivitas listrik, zat padat dapat dikelompokan
menjadi :
Isolator
Semikonduktor
Konduktor
Superkonduktor
Untuk continuous solid, penyerapan dan emisi radiasi lebih melibatkan
transisi antara band energi. Radiasi yang jatuh diserap oleh elektron
dalam band-band terdelokalisasi, khususnya yang dekat bagian atas
pita valensi, menyebabkan elektron-elektron ini dipromosikan ke pita
konduksi.
Celah energi
Celah energi merupakan(Eg) merupakan selisih antara energi terendah
[ada pita konduksi (Ek) dengan energi tertinggi pada pada pita valensi
(Ev)
Sifat konduktivitas dan konsentrasi ditentukan oleh faktor
perbandingan celah energi dengan temperatur -> Eg/KbT
Ketika perbandingan ini besar, konsentrasi sifat intrinsik akan rendah
dan konduktivitas juga rendah.
semikonduktor
Ada dua cara penyerapan :
• Penyerapan langsung (direct band gap)
Level terendah pita konduksi berada pada momentum yang sama
dengan level teratas pita valensi
• Penyerapan tidak langsung (indirect band gap)
Level terendah pita konduksi berada pada momentum yang berbeda
dengan level teratas pita valensi
Gambar 7.8 sketsa band energi untuk (a) padatan dengan celah pita langsung
dan (b) padatan dengan celah pita tidak langsung
Transisi yang melintasi celah pita juga bertanggung jawab atas penampilan
dari padatan. Karena padatan sangat terkonsentrasi, kemungkinan foton
dengan energi yang sesuai transisi yang diizinkan akan diserap sangat tinggi.
Oleh karena foton tersebut akan diserap di atau dekat permukaan padatan.
Foton ini kemudian akan dipancarkan kembali secara acak sehingga
beberapa akan dipantulkan kembali ke sumber radiasi dan beberapa akan
bergerak lebih jauh ke dalam padatan. Jika permukaannya cukup teratur,
maka zat padat yang memantulkan radiasi tampak akan terlihat mengkilap.
Banyak logam memiliki transisi yang kuat antara pita konduksi dan pita
energi yang lebih tinggi, yang mengarah ke karakteristik kecerahan logam
tersebut. Beberapa logam, seperti tungsten dan seng, memiliki celah pita di
wilayah inframerah, dan transisi di wilayah visible tidak terlalu kuat. Logam-
logam ini tampak relatif kusam.
7.3.1 PEMANCARAN SINAR DIODA
Muhammad Ahan Kurniawan
LED banyak digunakan untuk display. Seperti transistor,
mereka didasarkan pada p-n junction, tetapi tegangan yang
diterapkan di persimpangan p-n dalam hal ini mengarah pada
emisi cahaya. Gambar 7.11 menunjukkan sambungan p-n dalam
semikonduktor seperti GaAs. Struktur band yang ditunjukkan
pada Gambar 7.11 adalah untuk persimpangan dalam gelap dan
tanpa medan listrik yang diterapkan. medan listrik diterapkan
sehingga semikonduktor tipe-n dibuat muatan negatif relatif
terhadap tipe-p (yaitu, dalam arah mundur ke tegangan yang
diberikan dalam transistor, Bab 4). Elektron kemudian akan
mengalir dari tipe-n ke tipe-p. Sebuah elektron pada pita
konduksi yang bergerak ke sisi tipe-p dapat jatuh ke salah satu
kekosongan dalam pita valensi pada sisi tipe-p, memancarkan
foton dalam prosesnya. Ini lebih mungkin terjadi jika transisi
diperbolehkan, sehingga semikonduktor dengan celah pita
langsung biasanya digunakan dalam perangkat tersebut.
Untuk menggunakan LED sebagai
tampilan (display) misalnya, ia kemudian
dihubungkan ke sirkuit sehingga medan
listrik diterapkan di seluruh bagian yang
membentuk huruf atau angka yang
diperlukan. Warna yang berbeda dapat
diproduksi dengan menggunakan
semikonduktor perbedaan pita yang
berbeda. GaP menghasilkan cahaya merah,
tetapi dengan mencampur berbagai proporsi
aluminium untuk membentuk Ga1 – xAlxP,
cahaya hijau atau oranye dapat dihasilkan.
Cahaya biru dihasilkan menggunakan InGaN
yang diapit di antara lapisan GaN.
Ketika medan listrik menyebabkan konduksi elektron untuk bergerak
melintasi p-n junction, situasi yang dihasilkan adalah satu di mana
populasi dalam pita konduksi lebih besar dari populasi ekuilibrium
termal. Kelebihan elektron dalam keadaan tereksitasi adalah fitur
penting dari laser, dan ada beberapa laser semikonduktor berdasarkan
pada sambungan p-n. Yang paling terkenal dari ini adalah laser galium
arsenide.
7.3.2 LASER GALIUM ARSENIDE
Muhammad Ahan Kurniawan
Laser gallium arsenide sebenarnya mengandung
lapisan GaAs yang diapit oleh lapisan-lapisan tipe-p
dan tipe-n aluminiumium galium (Ga1-xAlxAs).
Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7.12, celah
pita galium aluminium arsenide lebih besar
daripada galium arsenide.
Medan listrik yang diaplikasikan di p-n junction seperti
pada LED menghasilkan kelebihan elektron dalam pita
konduksi dari galium arsenide. Elektron-elektron ini tidak
melayang ke lapisan aluminium galium arsenide karena
bagian bawah pita konduksi di lapisan ini lebih tinggi
dalam energi, dan elektron karenanya perlu mendapatkan
energi untuk bergerak menyeberang. Elektron pita
konduksi berlebih karena itu dibatasi untuk tetap berada
dalam lapisan Gaas. Akhirnya, salah satu elektron ini turun
ke dalam band valensi, memancarkan foton saat
melakukannya. Foton ini menginduksi elektron pita
konduksi lainnya untuk kembali ke pita valensi dan dengan
demikian sinar koheren cahaya mulai terbentuk. Seperti
pada laser ruby, semburan awal foton dipantulkan kembali
oleh cermin yang ditempatkan di ujungnya, sehingga
memicu lebih banyak emisi. Akhirnya, seberkas radiasi
inframerah dipancarkan. Laser semikonduktor inframerah
digunakan untuk membaca compact disc.
7.3.3 Quantum Wells: Blue Lasers
Muhammad Ahan Kurniawan
Laser biru paling awal didasarkan pada ZnSe, tetapi
umur mereka terbukti terlalu pendek untuk aplikasi
komersial. Laser berdasarkan galium nitrida (GaN),
pertama kali ditunjukkan pada tahun 1995, telah terbukti
memiliki daya tahan lebih besar.
Wilayah aktif laser GaN terdiri dari GaN yang
mengandung beberapa lapisan tipis (tebal 3-4mm) GaN
indium-doped, InxGa1-xN. Penambahan indium
mengurangi celah pita di dalam lapisan tipis, sehingga
bagian bawah pita konduksi berada pada energi yang
lebih rendah dibandingkan dengan bulk GaN. Elektron
dalam pita konduksi ini secara efektif terperangkap
karena mereka perlu mendapatkan energi dari sumber
eksternal untuk masuk ke pita konduksi GaN massal.
Gambar 7.13 secara skematis menunjukkan pita konduksi
untuk serangkaian lapisan tipis InxGa1-xN dalam GaN.
Elektron yang terperangkap berperilaku
seperti partikel dalam kotak (Bab 4), tetapi
dengan dinding energi hingga ke kotak. Kotak
semacam itu adalah sumur kuantum. Di
dalam sumur, energi elektron dikuantifikasi
dan jarak tingkat energi tergantung pada
kedalaman (energi) dan (spasial) lebar
sumur. Kedalaman sumur dikontrol oleh
sejauh mana doping, yaitu nilai x. Meskipun
elektron dalam sumur tidak memiliki cukup
energi untuk mengatasi penghalang energi
untuk mencapai sumur berikutnya, ada
kemungkinan bahwa mereka akan pindah ke
tingkat energi yang sama di sumur
berikutnya melalui terowongan mekanika
kuantum (lihat Bab 2).
Elektron yang melakukan perjalanan dari bulk GaN memasuki level yang tinggi pada sumur
pertama. Dari tingkat ini, elektron dapat memancarkan foton dan pergi ke tingkat yang lebih
rendah atau dapat menembus ke sumur berikutnya.
Disk Blu-ray, diperkenalkan pada tahun 2006, adalah perangkat seperti DVD yang menggunakan
laser biru untuk membaca disk.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai