Anda di halaman 1dari 16

MENCIPTA PULAU

ALTERNATIF PEMENUHAN
KEBUTUHAN LAHAN PERKOTAAN

Ir. Moh Faiqun Niam, MT., Ph.D

Hotel Semesta Semarang, 19 Mei 2017


Pendahuluan
 Dinamika pembangunan, Arah Vertikal
 Kemampuan IPTEK, Pemekaran Kota
 Keterbatasan lahan. Reklamasi

 Reklamasi akan menjadi trend pengembangan wilayah kota di masa depan.

 Reklamasi “Artificial Island” relatif minimal dampak terhadap “Mainland”


REKLAMASI
 to reclaim memperbarui atau membangun kembali.
 Reclaim menjadikan tanah (from the sea).
 Reclamation pekerjaan memperoleh tanah.

 Reklamasi menurut UU Nomor 27 Tahun 2007: kegiatan yang dilakukan oleh orang
dalam rangka meningkatkan sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan
sosial ekonomi dengan cara pengurugan , pengeringan atau drainase.

 Apakah reklamasi itu selalu identik dengan pengurugan?


Semua pekerjaan pengurugan tidak termasuk dalam kategori reklamasi, dan
reklamasi tidak selalu berupa pengurugan.
JENIS/TIPE REKLAMASI
JENIS/TIPE ............
PERLUKAH REKLAMASI ?
 Reklamasi telah dilaksanakan oleh manusia sejak beberapa abad yang lalu.
 Pulau Macau direklamasi mulai abad 17.
 Pertimbangan kebutuhan lahan yang dilakukan melalui reklamasi pantai:
 Lahan “harus dekat pantai”, misal: pelabuhan, wisata bahari, atau pemukiman
berorientasi ke laut (pemukiman nelayan).
 Lahan “ingin dekat dengan pantai”, misal: perumahan eksklusif/waterfront city,
kawasan wisata eksklusif, atau pusat perniagaan/perindustrian
 Lahan “lebih tertata / baik kondisinya”, misal: penataan kawasan kumuh atau
terabrasi.
 Lahan “lebih ekonomis/murah” pematangan lahan bisa lebih mahal.
 Beberapa negara maju melakukan reklamasi:

Singapore RRC Malaysia


Hongkong, Macau

LAHAN
Jepang Korsel
TERBATAS

Irlandia Denmark Belanda

Kota Washington DC  dibangun diatas rawa-rawa.


Dubai  tujuan wisata.
 Beberapa negara maju melakukan reklamasi:
UNTUNG – RUGI REKLAMASI
 Keuntungan:
membantu negara/kota dalam rangka penyediaan lahan untuk berbagai keperluan
(pemekaran kota), penataan daerah pantai, pengembangan wisata bahari, dll.
 Kerugian/Dampak  bentuk campur tangan (intervensi) manusia:
Mempengaruhi keseimbangan lingkungan alamiah, misal:
 perubahan ekosistem dan habitat,
 perubahan pola arus, erosi dan sedimentasi pantai,
 berpotensi meningkatkan bahaya banjir, dan
 berpotensi gangguan lingkungan di daerah lain (seperti pengeprasan bukit atau
pengeprasan pulau untuk material timbunan).
Bagaimana cara mengurangi dampak buruknya?
 Untuk mereduksi dampak semacam itu:
 diperlukan kajian mendalam dengan melibatkan banyak pihak,
 didukung dengan upaya teknologi.
 kajian cermat dan komprehensif  bisa menghasilkan area reklamasi yang aman
terhadap lingkungan di sekitarnya.
 prediksi dan simulasi perubahan hidrodinamika saat pra, masa pelaksanaan
proyek dan pasca reklamasi serta sistem drainasenya juga harus diperhitungkan.
 perlu dipikirkan sumber material urugan  pengeprasan bukit atau dredging dasar
laut di tengah laut dalam.
 PENTING: adanya perubahan hidrodinamika dan buruknya sistem drainase dan
pengelolaan air limbah ini yang biasanya berdampak negatif langsung terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar.
Apakah kawasan reklamasi itu mahal?

L . . . . .
A H A
M
 Lebih-lebih bila negara atau kota pelaku reklamasi tidak punya quarry sendiri.
 Dengan membeli material urugan secara selundupan saja perlu biaya yang mahal,
apalagi bila dilakukan secara legal.
PERLU KEPEDULIAN BERSAMA
 Di satu sisi reklamasi mempunyai dampak positif sebagai daerah pemekaran kota.
 Di sisi lain, jika tidak diperhitungkan dengan cermat & matang dapat berdampak
negatif terhadap lingkungan.
 Diperlukan kepedulian dan kerja sama sinergis dari semua komponen masyarakat dan
para pengambil keputusan.
 Reklamasi di Indonesia ditinjau dari sudut pengelolaan daerah pantai dan pemekaran
kota:
 harus diarahkan pada tujuan utama pemenuhan kebutuhan lahan baru karena
kurangnya ketersediaan lahan darat.
 janganlah semata-mata ditujukan untuk mendapatkan lahan dengan tujuan
komersial belaka.
 Reklamasi di sekitar kawasan pantai dan di lepas pantai dapat dilaksanakan dengan
terlebih dahulu diperhitungkan kelayakannya secara transparan dan ilmiah terhadap
seberapa besar kerusakan lingkungan yang diakibatkannya.
 kerja sama yang sinergis antara Pemerintah melalui Kementrian/Dinas terkait dan
jajarannya, DPR/DPRD, Perguruan Tinggi, LSM, serta masyarakat
 Aspek sosial harus didahulukan karena masalah reklamasi menyangkut hajat hidup
banyak orang terutama penduduk setempat, hingga sebaiknya terlebih dulu diadakan
public expose.
 Aspek hukum yang perlu mendapat perhatian dan harus sesegera mungkin dilengkapi
antara lain menyangkut soal ijin reklamasi (termasuk alasan pengajuan reklamasi),
instalasi bawah air, sumber material, pelaksanaannya, tata guna lahan, sampai pada
soal kelestarian lingkungan sekitar pantai.
 Reklamasi juga harus tercantum dalam RUTR, RTRW atau RDTRK.
SIMPULAN:
 Perlu belajar dengan negara lain yang SUKSES Reklamasi  JEPANG & BELANDA.
 Jepang dengan reklamasi lepas pantainya, Belanda dengan penanganan
drainasenya
 Reklamasi lepas pantai dapat menjadi alternatif karena tidak mengganggu sistem
drainase kota/kawasan darat.
 Simulasi prediksi perubahan pola arus hidrodinamika laut secara teknis dapat
dilakukan dengan model fisik (laboratorium) atau model matematik.
 Dari pemodelan ini dapat diperkirakan dampak negatif yang terjadi dan cara
penanggulangannya.
 Sedangkan untuk ekosistem dan habitat yang terganggu, dapat dibuatkan habitat
buatan (artificial habitat).
 Jika memang berdampak positif maka reklamasi dapat dilaksanakan, namun
sebaliknya jika negatif tidak perlu direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai