Anda di halaman 1dari 90

NORMA PENGAWASAN

PENANGGULANGAN
KEBAKARAN
Materi Belajar
A. Latar Belakang
B. Dasar hukum pengawasan K3 penanggulangan kebakaran
C. Beberapa definisi terkait penanggulangan kebakaran
D. Ruang lingkup pengawasan penanggulangan kebakaran
E. Teori Api & Fenomena Kebakaran
F. Sistem Proteksi Kebakaran
G. Manejemen Penanggulangan Kebakaran
H. Sistem Tanggap Darurat Kebakaran
I. Tehnik Pemeriksaan dan Pengujian sistem proteksi
kebakaran
A. LATAR BELAKANG
Kasus Kebakaran
- Tempat Kerja : 76 % - 80%
- Bukan Tempat Kerja : 20% - 24%

20 %
Terbakar
Habis
Faktor Penyebab Kebakaran
- Api Terbuka : 37 %
- Listrik : 27%
- Pembakaran :7%
- Peralatan Panas : 3%
- Mekanik : 2%
- Kimia : 1%
- Proses Biologi : 0,5%
- Alam : 0,2%
- Tdk Dpt Ditentukan : 20%
Api terbuka
Biasanya dilaksanakan pada pekerjaan
yang bersifat sementara yang
pengendaliannya bisa dilakukan dengan
menggunakan WORK PERMIT .
Contoh : Memotong besi, Menggerinda, Las

Listrik
Faktor yang mempengaruhi :
-Jenis Kabel Tidak Sesuai
-Ukuran Kabel Tidak Sesuai
-Beban Terlalu Berlebihan
-Sambungan yang Tidak Benar
B. RUANG LINGKUP
Amanat UU 1/1970 :
Menjalankan tugas pengawasan langsung,
mulai dari pra kondisi sampai operasional
(terutama dalam bidang penanggulangan
kebakaran).

Aspek-2 Pengawasan :
-Normatif : Per-UU-an
-Administratif : Prosedur & kelengkapan
dokumen.
-Teknis : Konsep design sistem
proteksi kebakaran
C. DASAR HUKUM
PERATURAN DAN STANDAR TEKNIS
K3 PENANGGULANGAN KEBAKARAN
•KEPMENAKER 75/2002 K3 LISTRIK
Pengendalian •PERMENAKER 02/89 Proteksi penyalur Petir
ENERGI •KEP. MENAKER KEP. 187/MEN/1999 (B3)
•PER. KHUSUS “EE” (Bhn. MUDAH TERBAKAR)
•PER. KHUSUS “K” (Bhn. MUDAH MELEDAK)

SARANA •PERMENAKER 04/80 APAR


PROTEKSI •PERMENAKER 02/83 ALARM
KEBAKARAN •UU no. 28/2002 ttg Bangunan Gedung

• PERMENAKER 04/87 P2K3


• PP no. 50/2012 SMK3
MANAJEMEN • KEP. MENAKER KEP. 186/MEN/1999
K3
UNIT PENANGG. KEB. DI TEMPAT KERJA
• UU no 24/2007 Penanggulangan Bencana
Undang-undang no. 1 thn 1970

Pasal 3 ayat (1).


Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat syarat
keselamatan kerja untuk :
• Mencegah, mengurangi, dan memadamkan
kebakaran,

• Mencegah, mengurangi peledakan


• Memberikan kesempatan jalan
menyelamatkan diri dalam bahaya
kebakaran
• Pengendalian penyebaran asap, gas dan suhu
Pasal 9 ayat (3).
Pengurus wajib membina K3 penanggulangan
kebakaran
11
Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
REKOMENDASI
Melaksanakan syarat-syarat K3 untuk mencegah,
mengurangi dan memadamkan kebakaran:
No Kep 186/Men/1999

a) Pengendalian setiap bentuk energi


KEPMENAKER

b) Penyediaan sarana deteksi, alarm, pemadam kebakaran


dan sarana evakuasi
Tentang

c) Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas


Kerja

d) Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat


kerja
e) Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan
kebakaran secara berkala
f) Memiliki buku rencana penanggulangan keadaan
darurat kebakaran.
g) Mengembangkan Sistem Manajemen K3 secara
berkelanjutan

06/22/22
UU 28 thn 2002
TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERSYARATAN KESELAMATAN
BANGUNAN GEDUNG

• Kemampuan mendukung beban maksimum


(muatan hidup/mati maupun fenomena alam)
• Pengendalian bahaya kebakaran
• Proteksi Pasif
• Proteksi Aktif dan sarana evakuasi
• Perlindungan ancaman bahaya petir
• Kesehatan meliputi penghawaan, pencahayaan,
sanitasi dan bahan bangunan
D. DEFINISI
ISTILAH PADA KEBAKARAN
DAERAH BISA TERBAKAR (Flammable Range)
Suatu batas konsentrasi campuran antara Uap Bahan Bakar dengan udara
yang dapat terbakar/ menyala bila dikenai/diberi sumber panas.

TITIK NYALA (Flash Point)


Suhu terendah dimana suatu zat/ bahan bakar cukup mengeluarkan uap
dan menyala (terbakar sekejap) bila diberi sumber panas yang cukup..

TITIK BAKAR (Fire Point)


Suhu terendah dimana suatu zat/ bahan bakar cukup mengeluarkan uap
yang dapat terbakar (menyala terus menerus) bila diberi sumber panas
yang cukup.
ISTILAH PADA KEBAKARAN

SUHU BAKAR (Ignition Temperatur)


Temperatur terendah dari suatu bahan dimana proses pembakaran tetap
berlangsung walaupun sumber api telah disingkirkan.

SUHU PENYALAAN SENDIRI (Auto Ignition Temperatur)


Suhu/ temperatur dimana suatu zat dapat menyala dengan sendirinya tanpa
adanya sumber panas dari luar.
ISTILAH PADA KEBAKARAN

FLASH OVER

Suatu tahap pengembangan api pada


ruangan tertutup dimana pada saat itu
kecepatan penjalaran api meningkat
sedemikian rupa hingga seluruh
ruangan menyala hebat dengan
serentak yang melibatkan semua
benda yang berada didalam ruangan
terbakar.
ISTILAH PADA KEBAKARAN

BACKDRAFT
Masuknya oksigen secara tiba-tiba pada suatu ruangan
tertutup pada tahap kebakaran mulai surut dengan
kondisi gas CO yang belum terbakar cukup banyak dan
oksigen berkurang. Sehingga mengakibatkan
kebakaran dan ledakan dari arah sumber masuknya
oksigen tersebut.

Tanda-Tanda Backdraft
-Panas pintu dan pegangannya
-Asap dari celah/ bukaan
-Asap masuk Kembali melalui bukaan
-Suara mendesis atau raungan
Resiko Kebakaran :
Perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi
kebakaran.
3 Faktor yang mempengaruhi tingkat kebakaran :

1.Flammability : tingkat kemudahan terbakarnya


bahan.
2.Jumlah & Kondisi Bahan
3.Tingkat Paparan Matrial dan orang.

Means of Escape :
Sarana berbentuk kontruksi permanen pada
gedung / tempat kerja yg dirancang aman sebagai
jalan penyelamatan saat terjadi kondisi darurat
kebakaran.
E. TEORI API & FENOMENA
KEBAKARAN
Curva Fenomena kebakaran
Nyala api akan membara yang disebut periode
kebakaran mantap (Steady/full development fire)
temperatur dapat mencapai 600- 1000 C .
Intesitas
nyala api
Temperatur mencapai 300 C,
INTENSITAS

akan
Terjadi penyalaan serentak (Flashover)
berkurang/
surut atau
3 - 10 menit padam
Intesitas nyala api meningkat (Decay)
secara konduksi, konveksi dan
radiasi (Growth)
th STEDY
ow

DE
s/d 3 menit Fully development fires

CA
Gr

t ia tio n (600-1000 o C)

Y
I ni
Kontak dengan zat yang dapat terbakar TIME
Sumber
Terjadi penyalaan awal (Initiation)
Energi Nyala relatip kecil

Adanya potensi energi yang tidak terkendali


Fenomena kebakaran
 Awal pencetusnya (source energy) adanya potensi energi
yang tidak terkendali (0-3 menit)
 Apabila energi tak terkendali kontak dengan zat yang
dapat terbakar, akan terjadi penyalaan tahap awal
(Initiation) sumber api/nyala relatip kecil
 Intesitas nyala api meningkat (Growth) secara konduksi,
konveksi dan radiasi hingga 3 s/d 10 menit atau temperatur
mencapai 300 C, terjadi penyalaan serentak (Flashover)
 Setelah flashover , nyala api akan membara yang disebut
periode kebakaran mantap (Steady/full development fire)
temperatur dapat mencapai 600- 1000 C .
 Setelah puncak pembakaran, intesitas nyala api akan
berkurang/surut atau padam (Decay)
PERPINDAHAN PANAS

KONDUKSI KONVEKSI RADIASI

Menjalar Mengalir Memancar melalui


melalui benda melalui / pada ke semua arah
(logam) ke udara atau
semua arah cairan
PERPINDAHAN SECARA RADIASI :
Perpindahan panas dengan paparan langsung kearah tegak
lurus dan horizontal mengingkuti glombang elektro magnetik

PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI :


Perpindahan panas memalui gerakan udara seperti
cerobong, melewati lobang atau celah celah

PERPINDAHAN SECARA KONDUKSI :


Perpindahan panas melalui media, seperti dibalik ruangan
yang terbakar membakar material diruangan sebelahnya
melalui tembok
PERPINDAHAN PANAS
PERPINDAHAN PANAS
KONDUKSI
KONVEKSI

RADIASI
KONDUKSI

KONDUKSI
Dampak potensial kebakaran pada manusia dan property

Smoke
Temperature

Carbon
Monoxide

Carbon
Dioxide Pe
ril
P a ak
ni u
k
Oxygen
1. TEORI API
2. TEORI SEGITIGA API
(TRIANGGLE FIRE)
3. TEORI PIRAMIDA BIDANG EMPAT
(TETRAHEDRON OF FIRE)
Suatu reaksi kimia yang sangat cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu Bahan Bakar, Oksigen dan Panas yang
seimbang, di ikuti oleh pancaran sinar dan panas.
Ok
as

sig
n
Pa

n e
Bahan Bakar
TEORI PIRAMIDA BIDANG EMPAT
5. Temperatur Nyala Sendiri
Temperatur terendah yang bisa
menyebabkan bahan padat, cair dan gas
terbakar dengan sendirinya tanpa ada suatu
penyalaan sumber api
HEAT 4. Reaksi berantai ?
OUT PUT Dalam siklus nyala api adalah reaksi kimia
oksidasi eksotermal secara berantai (Gejala kimia)

3. Fire Point ?
EN

Reaksi nyala akan kontinyu apabila ada siklus


HE
YG

panas yang sanggup menghasilkan uap terus


AT

FEEDBACK

?
OX

VAPOR
FIRE menerus.
? ? 2. Flammable range. ?
FUEL Kadar uap bahan bakar di udara harus dalam
campuran yang seimbang.

1. Vaporization. ?
SOURCE Diperlukan energi awal untuk merubah bahan
ENERGY bakar kedalam bentuk uap. Suhu yang
dibutuhkan disebut flash point
JENIS KEBAKARAN
PERMENAKER No. 04/MEN/1980
JENIS BAHAN /
KLASIFIKASI CIRI KHUSUS
KEBAKARAN MATERIAL
Bahan padat Kayu, kertas, kain, Hasilkan abu, arang
kecuali logam plastik dll jika terbakar

Bahan cair, Bensin, solar, Mengalir, biasanya


grease, gas methane, butane dll tidak bisa campur air

Listrik Peralatan yang dialiri Timbulkan sengatan


listrik listrik, konsleting

Logam Kalium, litium, Bertemperatur Tinggi


magnesium

Di Inggris : Kebakaran gas masuk Klas C dan Listrik masuk Klas E


Kerja APAR
Kecocokan dan Metode Kerjanya
Kerja APAR
Kecocokan dan Metode Kerjanya
Kerja APAR
Kecocokan dan Metode Kerjanya
CARA MEMADAMKAN KEBAKARAN
 Prinsip COOLING
Mengurangi panas (mendinginkan)
 Prinsip STARVATION
Mengurangi bahan yang terbakar
 Prinsip SMOOTHERING
Menutupi bahan yang terbakar sehingga tidak kontak
dengan Oksigen
 Prinsip DILUSION
Mengurangi oksigen
 Prinsip BREAKING CHAIN REACTION
Memutus rantai reaksi api
Mengambil bahan bakar
(Starvation)
 Efektif, praktis dan berhasil
 Metode mengambil bahan bakar meliputi;
 menutup kerangan supply minyak,

 memompa keluar minyak yang terbakar dalam suatu


tanki,
 atau memindahkan benda yang belum terbakar

 Dapat juga diselesaikan dengan pengenceran bahan cair,


seperti ethyl alkohol yang larut dalam air
Memisahkan oksigen (Smoothering)

 Smothering memadamkan kebakaran dengan pemisahan


oksigen dari unsur lain yang menyebabkan kebakaran
 Contoh umum adalah pemadaman kebakaran kompor
dengan menutupkan karung goni yang dibasahi
 Beberapa jenis kebakaran tak dapat dengan mudah
dipadamkan dengan smothering. Contohnya; beberapa
kebakaran plastik (cellulose nitrate), logam (titanium) dan
bahan bakar tertentu yang terbakarnya tidak tergantung
pada adanya oksigen dari luar
Pengurangan panas (Cooling)

 Pengendalian suhu kebakaran dengan maksud agar bahan


bakar tidak cukup panas untuk mengeluarkan gas/uap
yang diperlukan dalam pembakaran
 Pendinginan merupakan bentuk nyata perpindahan panas,
panas diserap oleh sarana pendingin (biasanya air)
 Dari semua media pemadam, air menyerap panas per
volumenya lebih banyak dari media pemadam lainnya
 Banyak tersedia dan mudah didapat
F. SISTEM PROTEKSI
PROTEKSI KEBAKARAN
 PROTEKSI PASIF
Suatu tehnik design tempat kerja untuk membatasi atau menghambat
penyebaran, panas, asap dan gas baik secara vertikal atau horizontal

 Mengatur jarak antar bangunan


 Sistem Kompartemensi
 Memasang dinding tahan api  Treatment atau Clotting
fire retardant
 Sarana pengendalian asap
 Menutup setiap bukaan dengan dan api(Smoke Control
media tahan api atau dengan system)
mekanisasi tertentu  Sarana Evakuasi
 Alat bantu evakuasi dan
rescue
 Asembly Point
SARANA JALAN KELUAR
Sistem kebakaran aktif merupakan sistem

PROTEK
kebakaran yang dapat digunakan untuk
AKTIF memadamkan api secara langsung.

Alat atau instalasi yang dipersiapkan untuk


mendeteksi dan memadamkan kebakaran.

SI
APAR HYDRANT

SPRINGKLER FIRE TRUCK DETECTOR

PROTEKSI AKTIF
Instalasi Deteksi & Alarm Tanda
Bahaya Kebakaran

TUJUAN :
Untuk mendeteksi kebakaran sedini mungkin,
sehingga tindakan pengamanan yang diperlukan dapat
segera dilakukan guna mencegah kebakaran yg lebih
besar.
Tindakan pengamanan / pemadaman harus sudah
berhasil diatasi sebelum waktu 10 menit sejak
penyalaan.
Jenis/tipe Alat Deteksi Kebakaran
Jenis/tipe Alat Deteksi Kebakaran

Infra Red Smoke Ionization Smoke Fixed Heat


Detector Detector Detector

Ultra Violet Optical Smoke Rate of Rise Heat


Smoke Detector Detector Detector
Jenis Alat Pemadam Kebakaran
 Sprinkler :
Alat pemadam api yang secara otomatis
memancarkan air setelah alat pendeteksinya
pecah.
Jenis/tipe Sprinkler
Berdasarkan bentuk kepala sprinkler :
1.Type Pendent
Biasa digunakan pada instalasi sprinkler dalam-
ruangan dengan atau tanpa plafond.
2.Type Upright
Biasa digunakan pada instalasi di basement atau di
atas plafond.

3.Type Sidewall
Biasa digunakan pada instalasi di ruangan hotel.
4.Type Concealed
Digunakan pada ruangan yg memerlukan nilai
estika.
Jenis/tipe Sprinkler Pendent
Jenis/tipe Sprinkler Upright
Jenis/tipe Sprinkler Sidewall
Jenis/tipe Sprinkler Concealed
RATING Sprinkler
Hydrant :
Instalasi pemadam kebakaran yg didesign untuk
memadamkan api dalam skala besar.
Terdiri dari ; unit penampung air, pompa air
bertekanan , instalasi perpipaan, selang dan nozzle
hydrant.
Dibutuhkan tim terlatih untuk mengoperasikannya.
Hydran
t

Pompa Utama

Perlengkapan Hydrant
Jockey Pump
Warna Pipa dan Arah Panah
Cara Kerja Alat Detektor (Alarm) &
Sprinkler
Detektor
Fire
Nyala Sprinkler
ANN Audible
Panas Alarm

AC
Gas/Asap off
HYDRANT
Lift
off

Press
MCFA
Fan
ON
Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam api skala kecil yg mudah
dibawa dan dioperasikan oleh satu orang.

• Mudah dibawa dan digunakan oleh satu orang

• Beratnya berkisar antara 1 sampai 15 kg

• Untuk memadamkan kebakaran tingkat awal

• Lama kerjanya berkisar antara 8 sampai 30 detik


JENIS MEDIA PEMADAM
JENIS BASAH JENIS KERING
- AIR - DRY POWDER
- BUSA - CO2
- CLEANT AGENT

APAR gas CO
KRITERIA PEMILIHAN APAR
• Sifat barang yang terbakar
• Potensi keparahan (ukuran, intensitas dan kecepatan menyebarnya) dari akibat
kebakaran
• Keefektifan alat pemadam pada bahaya tersebut
• Kemudahan penggunaan alat pemadam
• Adanya orang untuk menggunakannya dan kemampuan fisik dan reaksinya
• Kondisi suhu dan kondisi lingkungan
• Antisipasi terhadap reaksi kimia antara bahan yang terbakar dan media pemadam
• Kesehatan dan keselamatan operasional yang terkait
• Pemeliharaan alat pemadam
PEMILIHAN MENURUT
BAHAYANYA
• APAR untuk perlindungan bahaya klas A harus dipilih dari salah satu diantara : jenis
air, busa dan tepung kering multipurpose
• APAR untuk perlindungan bahaya klas B harus dipilih dari salah satu diantara : Carbon
Dioxide (CO2), busa dan tepung kering
• APAR untuk perlindungan bahaya klas C harus dipilih dari salah satu diantara : Carbon
Dioxide (CO2) dan tepung kering
• APAR untuk perlindungan bahaya klas D harus dari jenis yang telah disetujui untuk
digunakan pada bahaya metal khusus yang dapat terbakar
PENEMPATAN APAR
• Memberikan distribusi yang merata
• Mudah dicapai
• Bebas dari halangan karena penumpukan barang
• Dekat dengan jalan orang
• Dekat pintu keluar masuk
• Bebas dari potensi kerusakan fisik
• Mudah dilihat
Tabel Penempatan APAR
JENIS BERAT LUAS JARAK

BANGUNAN MINIMUM JANGKAUAN MAKSIMUM

Industri 2 kg 150 m2 15 m
Umum 2 kg 100 m2 20 m
Perumahan 2 kg 250 m2 25 m
Campuran
2 kg 100 m2 20 m
Parkir
2 kg 135 m2 25 m
Bangunan > 14
2 kg 100 m2 20 m
meter

(Sumber ; Kep. Men. PU. No. 02/KPTS/85)


Penempatan APAR
Klasifikasi Hunian
Ringan Sedang Berat
Rating Jarak Luas (s ft) Luas (s ft) Luas (s ft)
(ft)
1A 75 3000 X X
2A 75 6000 3000 X
3A 75 11250 4500 3000
4A 75 11250 6000 4500
6A 75 11250 9000 6000
10A 75 11250 11250 9000
20A 75 11250 11250 11250
40A 75 11250 11250 11250
TANDA PENEMPATAN APAR
Kegagalan APAR
 Jenis APAR tidak sesuai dengan peruntukannya
 Ukuran tidak sesuai dengan volume kebakaran
 Macet/tidak berfungsi
 Tidak Bertekanan/bocor
 Menggumpal/kadaluarsa/menunda refill
 Salah penempatan
 SDM/Petugas
 Belum ditunjuk
 Tidak trampil
Refilling dan Testing
Ref : Permenaker no. Per04/Men/1980

Jenis Refilling Testing


Water 5 th 5 th
Mechanical Foam 3 th 5 th

Chemical Foam 2 th 5 th
Dry Powder 5 th 5 th
Halogen 5 th 5 th
CO2 5-10th 10-5-5 th
Jika ada kebakaran dan cara memadamkannya
G. MANAJEMEN
PENAGGULANGAN
KEBAKARAN
Definisi :
Manajemen Penanggulangan Kebakaran (MPK) atau
Fire Safety Management (FSM) adalah segala upaya :
• Memobilisasi personil,

• Pemanfaatan biaya,

• Penggunaan bahan,

• Peralatan dan metoda termasuk informasi

Untuk pencegahan dan penanggulangan terhadap


kebakaran dan bahaya terkait lainnya yang sewaktu-
waktu terjadi pada bangunan / unit industri
Kebakaran besar disebabkan :
FIRE SAFETY MANAGEMENT

PRE FIRE IN CASE FIRE POST FIRE


CONTROL CONTROL CONTROL
Sebelum Selama Sesudah
(SEBELUM) (SELAMA)
(SESUDAH)
PENGENDALIAN
ENERGI INVESTIGASI
SISTEM PROTEKSI DETEKSI ALARM
ANALISIS
• PASSIVE PEMADAMAN
KOMPARTEMENISASI REKOMENDASI
SARANA EVAKUASI LOKALISIR
• ACTIVE REHABILITASI
FIRE SAFETY EVAKUASI &
EQUIPMENT RESCUE

• FIRE EMERGENECY PENGAMANAN


RESPONS PLAN
• PEMBINAAN &
LATIHAN
Ref. Kepmennaker No 186/1999

PRE FIRE CONTROL

Identifikasi potensi bahaya kebakaran


Identifikasi tingkat ancaman bahaya kebakaran
Identifikasi skenario kebakaran
Perencanaan system proteksi kebakaran (Aktif/Pasif)
Perencanaan tanggap darurat (FEP)
Pembentukan organisasi ERT
Inspeksi Fire-safety
Organisasi, Personel, Pelatihan/Sertifikasi Psl. 2 (1) (2) & (3)
Penanggung Jawab Umum Jumlah Petugas
(Pengurus)
Penanggulangan
Kebakaran
Departemen K3

Penanggung Jawab
Unit Penanggulangan Kebakaran

Koordinator Petugas Regu


Penanggulangan
Sub Unit Penanggulangan Kebakaran
Kebakaran

Petugas Peran Kebakaran

Ref : Kepmennaker no 186/1999


1. Sarana evakuasi
Bagian dari konstruksi bangunan yang dirancang aman
untuk digunakan pada waktu keadaan darurat

2. Evakuasi
Tindakan menyelamatkan diri sendiri masing masing
tanpa dibantu orang lain

TEMPAT TEMPAT
JALUR AMAN AMAN
BERBAHAYA
Syarat sarana Evakuasi
 Aman sementara, terjamin kedap asap dan
panas;
 Mudah dijangkau (pajang jarak tempuh
sependek mungkin)
 Lebar Unit Exit sesuai standar
 Tidak dikunci;
 Tidak terhalang oleh benda apapun;
 Memiliki lampu darurat;
 Bukaan pintu kearah pelarian;
 Ada petunjuk arah yang dapat dilihat dalam
keadaan gelap.
IN CASE FIRE CONTROL
Lapis II
Fire Men
Lapis IV
Fire Departement
Lapis III Bantuan
dari lingkungan
Lapis I
Pet. Peran
Kebakaran

POSKO
IN CASE FIRE CONTROL

Prosedur bila terjadi kebakaran


• TETAP TENANG !!! (hidari kata JANGAN PANIK). Beritahukan
pimpinan dan pihak-pihak terkait. Menghubungi MINTA BANTUAN
Pasukan pemadam kebakaran yang paling dekat,
• Berupaya memadamkan dengan sarana pemadam yang ada. Terutama
mereka yang telah ditunjuk dan telah terlatih dengan memperhitungkan
keselamatan dirinya.
• Jika api tidak terkendalikan, dengan segera mengintruksikan untuk
mengungsikan melalui jalan keluar, tangga atau pintu yang paling dekat dan
aman menuju area aman yang ditentukan.
• Menjamin rute penyelamatan tidak terhalang /tidak dikunci.
• Tidak meniinggalkan area yang aman tanpa memberitahu Pemimpin sampai
api dikendalikan dan dinyatakan aman.
• Sedapat mungkin membantu apa saja sebatas dalam kelompoknya.

SEMUA KARYAWAN HARUS DIPASTIKAN


MENGETAHUI PROSEDUR INI
POST FIRE CONTROL

•INVESTIGASI

• ANALISIS
• REKOMENDASI
• REHABILITASI
Investigasi, Analisis, Rekomendasi, Rehabilitasi
 Kumpulkan berbagai informasi, keterangan, data, dokumen, fakta
dan dianalisa
 Susun kronologi kejadian dengan beberapa skenario dan dianalisa
 Lakukan analisa kegagalan-kegagalan,
 Bandingkan dengan fakta dan data dianalisis untuk menemukan :
 Faktor pemicu terjadinya kebakaran dan

 Kendala-kendala dalam operasi tanggap darurat

 Upaya perbaikan yang direkomendasikan

 Buat jadwal untuk merehabilitasi kerusakan gedung, peralatan


dan melakukan reschedule aktifitas organisasi.
H. SISTEM TANGGAP
DARURAT KEBAKARAN
FIRE EMERGENCY PLAN
Lapis II
Fire Men
Lapis IV
Fire Departement
Lapis III Bantuan
dari lingkungan
Lapis I
Pet. Peran
Kebakaran

POSKO
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

(Lini I)
Petugas Peran Kebakaran (Klas D)
Tugas pokok sesuai jabatan utamanya

Tugas tambahan selain tugas pokoknya pada waktu jam


kerja
• Melaporkan kondisi bahaya dan keadaan sarana prot. kebakaran
• Melakukan tindakan pemadaman awal bila terjadi kebakaran dan
memandu evakuasi
• Bertanggung jawab di unit kerja tertentu.
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN
(Lini II)
Angg. Regu Pen. Kebakaran (Klas C)

TUGAS POKOK :
Tanggung jawab di seluruh tempat kerja
(Diatur sistem shift)

Tugas tambahan :
1. Melakukan patroli rutin ke seluruh area kerja memantau semua aspek
pencegahan kebakaran.
2. Memelihara, memeriksa dan menguji semua sarana proteksi kebakaran agar
selalu dalam keadaan siap pakai.
3. Siap siaga melakukan tindakan menghadapi keadaan darurat kebakaran
untuk pemadaman dan penyelamatan
Ref. Kepmennaker No 186/1999
URAIAN TUGAS
ORGANISASI TANGGAP DARURAT KEBAKARAN

Klas B :
Koordinator Sub Unit Pen. Kebakaran
Bertanggung jawab di unit/zona kerja tertentu

Tugas tambahan :
 Mengkoordinasikan program penanggulangan
kebakaran (inspeksi & latihan)
• Memimpin operasi penanggulangan kebakaran
I. TEKNIK PEMERIKSAAN &
PENGUJIAN SISTEM
PROTEKSI KEBAKARAN
Sesuai dengan Instruksi
Kepmenaker no. Inst
11/M/BW/1997, Uji riksa
sistem proteksi oleh pegawai
pengawas spesialis

Anda mungkin juga menyukai