Anda di halaman 1dari 56

Asuhan Keperawatan pada Tn.

D dengan Prioritas
Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi : TB Paru Di
RSUD H.Amir Tambunan Medan

DISUSUN OLEH

NAMA KELOMPOK :
• Aprilia Habeahan
• Dedi Setiawan Halawa
• Fawanis Maswah
• Indri Fahriza
• Lisa Yunita Hutagalung
• Putri Krsitina Silaban
• Ropita Purba
• Stevani Gabriela
• Tiara Siagian
• Yuli Evelina
Konsep Dasar Tb Paru
A. Defenisi
Tuberkolusis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkanoleh basil
Mikrobacterium tuberkolusis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian
bawah yang sebagian besar basil tuberkolusismasuk ke dalam jaringan paru melalui
airbone infection.
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi menular yang dapat menyerang
parenkim paru-paru, disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2012).
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis dapat ditularkan melalui udara, ketika seseorang yang sudah terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis batuk dan mengeluarkan percikan ludah dihirup oleh orang lain
saat bernapas (Widoyono, 2011).
B. Etiologi
Bakteri Myobakterium tuberculosis, dengan ukuran panjang 1-4 µm dan tebal 1,3-0,6 µm, termasuk
golongan bakteri aerob gram positif sertatahan asam atau basil tahan asam.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan olehMycobacterium tuberculosis.
Mycobacterium tuberculosis ditemukan oleh RobetKoch pada tahun 1882. Basil tuberculosis dapat hidup dan
tetap virulen beberapaminggu dalam keadaan kering, tetapi dalam cairan mati dalam suhu 600C dalam 15-20
menit. Fraksi protein basil tuberkulosis menyebabkan nekrosis jaringan,sedangkan lemaknya menyebabkan
sifat tahan asam dan merupakan faktor terjadinyafibrosis dan terbentuknya sel epiteloid dan tuberkel.
(FKUI,2007).

C. Tanda & Gejala


Menurut Wong (2008) tanda dan gejala tuberkulosis adalah:
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu – minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi
i. Demam persisten
j. Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan
D. Patofisiologi
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis TB Paru  menurut Depkes (2006):
1.      Diagnosis TB paru
 Semua suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari, yaitu sewaktu - pagi - sewaktu
(SPS).
 Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya kuman TB (BTA). Pada
program TB nasional, penemuan BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis
utama. Pemeriksaan lain seperti foto toraks, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan sebagai
penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya.
 Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto toraks saja. Foto toraks tidak
selalu memberikan gambaran yang khas pada TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis.
 Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan aktifitas penyakit.
 Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek TB paru.
2. Diagnosis TB ekstra paru.

 Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada
TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan lainlainnya.
 Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis
TB yang kuat (presumtif) dengan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis tergantung
pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi,
patologi anatomi, serologi, foto toraks dan lain-lain.

Diagnosis TB Paru  menurut Asril Bahar (2001):


1. Pemeriksaan Radiologis
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi
tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau
segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian inferior) atau di daerah
hilus menyerupai tumor paru.
2.      Pemeriksaan Laboratorium
§  Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif
dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sedikit meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke
kiri. Jumlah limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai meningkat. Bila penyakit mulai sembuh,
jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah
normal lagi.
§  Sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah
dapat dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
yang sudah diberikan.

§  Tes Tuberkulin
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi M.
Tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya.
1. Penatalaksananaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
• Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan jangka waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750
mg. Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.
Isoniazid 400 mg.
• Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18
bulan, tetapi setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru dapat dilakukan dengan minum obat
saja, obat yang diberikan dengan jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan menjadi 6-9 bulan.
• Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan
kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat dilakukan dengan melakukan :
1. Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
2. Pemberian oksigen yang adekuat
3. Latihan batuk efektif
4. Fisioterapi dada
5. Pemberian nutrisi yang adekuat
6. Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid, streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan
lain-lain)
7. Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan perkembangan anak yang tenderita tuberculosis
dengan membantu memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan, yaitu (Suriadi dan
Yuliani, 2001) :
a. Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
b. Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang bervariasi bagi anak
c. Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas yang diinginkan
d. Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan
dengan teman melalui telepon jika memungkinkan
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Teoritis
1.Pengkajian

a) Identitas klien: selain nama klien, asal kota dan daerah, jumlahkeluarga.
b) Keluhan: penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
c) Riwayat penyakit sekarang
d) Tanda dan gejala klinis TB serta terdapat benjolan/bisul pada tempat- tempatkelenjar seperti: leher,
inguinal, axilla dan sub mandibula.
e) Riwayat penyakit dahulu
f) Riwayat sosial ekonomi dan lingkungan.
 Riwayat keluarga.
Biasanya keluarga ada yang mempunyai penyakit yang sama.
 Aspek psikososial.
Merasa dikucilkan dan tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri.
 Biasanya pada keluarga yang kurang mampu.
Masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk sembuh perluwaktu yang lama dan biaya yang
banyak.Tidak bersemangat dan putusharapan.
 Lingkungan
Lingkungan kurang sehat (polusi, limbah), pemukiman yang padat, ventilasirumah yang kurang sehingga
pertukaran udara kurang, daerah di dalam rumahlembab, tidak cukup sinar matahari, jumlah anggota
keluarga yang banyak
Pengkajian menurut 11 pola fungsi Gordon yaitu :
a. Pola pemeliharaan kesehatan
1) Adanya riwayat keluarga yang mengidap penyakit tuberculosis paru
2) Kebiasaan merokok atau minum alkohol
3) Lingkungan yang kurang sehat, pemukiman padat, ventilasi rumah yang kurang.
b. Pola nutrisi metabolic
4) Nafsu atau selera makan menurun
5) Mual
6) Penurunan berat badan
7) Turgor kulit buruk,kering, kulit bersisik 
c. Pola eliminasi
8) Adanya gangguan pada BAB seperti konstipasi
9) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obattuberculosis paru
d. Pola aktivitas dan latihan
10) Kelemahan umum/ anggota gerak 
11) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terganggu.
e. Pola tidur dan istirahat
1) Kesulitan tidur pada malam hari
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri dada meningkat karena batuk
g. Pola persepsi dan konsep diri
1) Perasaan isolasi/ penolakan karena panyakit menular
2) Perasaan tidak berdaya
h. Pola peran hubungan dengan sesama
1) Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
2) Frekuensi ineraksi antara sesame jadi kurang.
i. Pola reproduksi seksualitas
Gangguan pemenuhan kkebutuhan biologis dengan pasangan
j. Pola meknisme koping dan toleransi terhadap stress
1) Menyangkal (khususnya selama hidup ini)
2) Ansietas
3) Perasaan tidak berdaya
k. Pola sistem kepercayaan
Kegiatan beribadah terganggu
i. Pemeriksaan fisik
I)Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integument
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar danyang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kardiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 yang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem musculoskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi


b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuanuntuk
mengeluarkan sekresi pada jalan napas.
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia
e. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritise.
3. Intervensi Keperawatan

a. Hipertemia berhubungan proses inflamasi


Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah hipertermi teratasi
Kriteria hasil :
1) Suhu 360-370C
2) Tidak ada keluhan demam
3) Turgor kulit kembali > 2 detik
4) Tanda-tanda vital dalam rentang normal

Intervensi:

5) Monitor tanda-tanda vital terutama suhu


6) Monitor intake dan output setiap 8 jam
7) Berikan kompres hangat
8) Anjurkan banyak minum
9) Anjurkan memakai pakaian tipis
10) Kolaborasi pemberian cairan intravena dan antipiretik
 
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi pada jalan
napas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bersihan jalan napas kembali normal.
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu bernapas denganmudah, tidak ada pursed lips).
2) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama danfrekuensi nafas dalam rentang normal,
tidak ada suara napas abnormal).
3) Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas.

Intervensi :

1) Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw trust bila perlu

2) Identifikasi perlunya pemasangan alat jalan napas buatan

3) Lakukan fisioterapi dada jika perlu

4) Keluarkan secret dengan batuk efektif atau suction

5) Auskultasi suara napas, catat adanya suara tambahan


c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal, penurunan perifer yang
mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan gangguan pertukaran gas teratasi
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2
2) Bebas dari gejala dan distress pernapasan

Intervensi :

3) Kaji tipe pernapasan pasien


4) Evaluasi tingkat kesadaran, adanya sianosis, dan perubahan warna kulit
5) Tingkatkan istirahat dan batasi aktivitas
6) Kolaborasi medis dalam pemberian oksigene.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
Tujuan:
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkanketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
 
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan
2) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
3) Tidak ada tanda malnutrisi
4) Tidak ada penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

5) Kaji adanya alergi makanan


6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yangdibutuhkan pasien
7) Anjurkan untuk meningkatkan intake zat besi
8) Anjurkan pasien untuk meningkatan protein dan vitamin C
9) Berikan substansi gula
DAFTAR PUSTAKA
● Chandra. B., 2012, Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas, EGC, Jakarta.
 
● Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011, Pedoman Penanggulangan Nasional TBC,
Depkes RI, Jakarta.

● PDPI, 2006, Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia, Perhimpunan


Dokter Paru Indonesia

● Putra, A.K. 2010. Kejadian Tuberkulosis Pada Anggota Keluarga Yang Tinggal Serumah dengan
Penderita TB Paru BTA Positif. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.

● Somantri, I., 2008, Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan
Sistem Pernafasan, Salemba Medika, Jakarta.

● Ulfa, N.M., 2012, Asuhan Keperawatan Pada Tn. J Dengan Gangguan Sistem Pernapasan : TB
Paru Di Ruang Cempaka III RSUD Pandan Arang Boyolali, Tugas Akhir, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

● Werdhani, R.A., 2015, Patofisiologi, Diagnosis, Dan Klafisikasi Tuberkulosis, Departemen Ilmu
Kedokteran Universitas Indonesia
Laporan Kasus
1. Pengkajian
I. BIODATA
A. Identitas Klien B. Penanggung Jawab
NAMA : An.D
JENIS KELAMIN : Laki-Laki NAMA : Ny.S
UMUR : 19 Tahun HUBUNGAN DENGAN KLIEN : Ibu
STATUS KAWIN : Lajang PEKERJAAN : Ibu Rumah Tangga
AGAMA : Islam ALAMAT : Pondok Sengon
PENDIDIKAN : SMU/SMK GG.Kemuning Dsn
PEKERJAAN : Karyawan IV Mdl-1 ,Patumbak
ALAMAT : Pondok Sengon GG.Kemuning
Dsn IV Mdl-1
TGL MASUK RS : 15-5-2022
NO.REG : 0522A2743
RUANGAN : Melur 6
GOL.DARAH :O
TGL.PENGKAJIAN : 15 Mei 2022
TGL.OPERASI : -
DIAGNOSA MEDIS : TB Paru
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh sesak nafas.

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


1. Provocative/palliative
a.Apa penyebabnya
Klien mengatakan merokok 1 bungkus sehari dan merokok sejak SMA,terinfeksi
Mycobacterium tuberculosis,pasien mengeluh terkena polusi udara di tempat kerja.
b.Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Hal yang dapat memperbaiki keadaannya yaitu meminum obat nebule ventoline
dan pulmicort dan istirahat yang cukup.
2. Quantity/quality
a.Bagaimana dirasakan
Klien merasa nyeri dada ketika batuk
b.Bagaimana dilihat
Klien terlihat meringis saat merasa nyeri.
3.Region
a.Dimana lokasinya
Di bagian tubuh dada kanan.
b.Apakah menyebar
Tidak menyebar,hanya dibagian dada.
4.Severity (mengganggu aktifitas)
Klien merasa nyeri dan terganggu akibat terpasangnya alat ETT pada bagian mulut sehingga
klien tidak dapat membuang sputum secara efektif,sehingga dilakukan sunction,terkendala
melakukan aktivitas.
5.Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya)
Hal ini terjadi 3 minggu yang lalu sebelum masuk ke RS sebelum masuk RS awalnya pasien
mengeluarkan sputum yang banyak,nyeri di dada,susah bernafas
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

a. Penyakit yang pernah dialami


Klien mengatakan pernah mengalami asma bronkitis.
b. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ketika sakit klien dibawa berobat ke klinik.
c. Pernah dirawat/dioperasi
Pernah di rawat di RS Sembiring.
d. Lamanya dirawat
1 Minggu.
e. Alergi
Tidak ada alergi.
f. Imunisasi
Imunisasi Lengkap.
Riwayat Keluarga

Nenek Kakek Nenek


Kakek dari dari dari
dari ayah ayah ibu ibu

Ayah dari klien


Ibu dari klien
Anak Anak Anak
Anak Anak
perta Pertam keempa
ketiga ketiga
ma a t

Serumah klien
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
a. Bahasa yang digunakan
Bahasa Indonesia
b. Persepsi klien tentang penyakitnya
Klien sangat opitimis dan berharap penyakitnya segera sembuh dan ia dapat beraktivitas
secara normal lagi.
c. Konsep Diri
Body Image
Klien mengatakan penyakitnya sedikit mempengaruhi kondisi tubuhnya
Ideal Diri
Kien mengatakan ingin cepat segra sembuh dan segera pulang
Harga Diri
Klien mengatakan tidak merasa rendah diri bila berinteraksi dengan masyarakat sekitar
Identitas Diri
Klien adalah anak ke 1
d. Keadaan emosi
Wajah klien tampak tidak tegang ketika berhdapan dengan perawat, klien mempu
menjawab pertanyaan perawat walaupun kurang jelas
e. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara
Ayah dan Ibu
f. Hubungan dengan keluarga
Sangat Baik
g. Hubungan dengan orang lain
Cukup Baik
h. Hubungan dengan orang lain
Cukup Baik
i. Kegemaran
Bermain Sepak bola
j. Daya adaptasi
Bergaul sama teman
k. Mekanisme pertahanan diri : berdoa biar cepat sembuh
VII. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum
Klien tampak lemas
b. Tanda-tanda Vital
Suhu : 38,5 c
Tekanan darah : 111/73 mmHg
TB/BB : 56 Kg /161 cm
Nadi : 140 x/menit
RR : 30 x/menit
1. Kepala dan rambut
a. Kepala
Bentuk : Mesosepal
Kebersihan : bersih.
b.Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : Rambut berwarna hitam
Kebersihan : Sedikit ada ketombe
Jenis dan struktur rambut
c. Wajah
Warna kulit : Sawo matang
Struktur wajah : Simetris
2. Mata
a. Bentuk : Simetris
b. Palpebra : dapat membuka dan menutup
c. Pupil : Mengecil saat diberi rangsangan
d. Konjungtiva : Pucat (anemis)
e. Kornea : Tidak ada katarak
f. Visus : Normal (6/6)

3. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum : Tulang hidung tepat pada garis bawah dan simetris
b. Lubang hidung : Bersih
c. Cuping hidung : Bernafas dengan cuping hidung

4. Telinga
a. Bentuk telinga : Simetris
b. Ukuran telinga : Sedang
c. Lubang telinga : Keadaan Bersih
d. Ketajaman Pendengaran : Tajam
5. Mulut dan faring
a. Keadaan bibir : membran mukosa sianosis
b. Keadaan gusi dan gigi : Baik,tidak ada perdarahan
c. Keadaan lidah : Baik
d. Orofaring : Normal
6. Leher
a. Posisi trachea : tepat pada garis sumbu tubuh
b. Thyroid : tidak ada pembesaran thyroid
c. Suara : pengucapan suara jelas dan keras
d. Kelenjar Limfe : tidak ada pembesaran
e. Vena jugularis : tidak ada pembesaran
f. Denyut nadi Karotis : Teraba

7. Pemeriksaan Integumen
a. Kebersihan : tidak mampu membersihkan secara mandiri
b. Kehangatan : tidak
c. Warna : Sawo matang
d. Turgor : <2 detik
e. Kelembaban : Kering
f. Kelainan pada Kulit : Tidak ada
8. Pemeriksaan thorak dada
1. Inspeksi thorak
a. Bentuk thoraks : simetris
b. Pernapasan
Frekuensi : 40 x/menit
Irama : Normal
c. Tanda Kesulitan : Klien kesulitan bernafas ditandai dengan sesak
Nafas.
2. Pernapasan paru
a. Palpasi getaran suara : Vokal fremitus kiri kuat dan fremitus kanan redup.
b. Perkusi : Paru kiri resonan dan paru kanan redup’
c. Auskultasi : Terdapat suara tambahan ronchi.

3. Pemeriksaan jantung
a. Inspeksi : terlihat pulpasi jantung kuat.
b. Palpasi : pulpasi lebih terdengar di sebelah kiri.
c. Perkusi : sonor/resonan,tidak ada pembesaran jantung.

4. Auskultasi
a. Bunyi jantung I : lub
b. Bunyi jantung II : dub
c. Bunyi jantung tambahan : Murmur
d. Murmur : turbulensi
e. Frekuensi : 40 x/menit

9.Pemeriksaan neurologi
a.Tingkar kesadaran (GCS) : 15 (Compomestitis)
b.Status mental
1. Kondisi emosi : stabil
Pemeriksaan Nervus Kranial
N. Olfactorius :
Klien mempu membedkan bau minyak kayu putih dan alkohol
N. Okulomotorius
Pandangan klien jelas dapat membaca papan nama perawat pada jara 30 cm
N. Trigeminus
Simetris kanan kiri, reflek terhadap cahaya positif, klein dapat menggerakkan bola mata kedalam dan
keluar, dapat menggerakkan bola mata ke kanan dan ke kiri
N. Facialis
Fungsi sensorik dapat mengedip, reflek kornea, ada pada saat kapas disentuh ke pinggir kornea
N. Vestibulo cochlearis :
Fungsi sensorik : Klien dapat membedakan rasa asin dan manis
Fungsi motorik : Klien mampu tersenyum, mengerutkan dahi dan menutup kuat-kuat
N. Glosofaringeus :
Klien mampu mendengar bisikan dan merespon pertanyaan
N. Vagus :
Reflek menelan positif
N. Asesorius :
Angkat bahu kanan kiri positif
N. Hipoglosus
Gerakan lidah bisa ke segala arah
Pemeriksaan Reflek
Reflek Bisep Positif Reflek Trisep Positif
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
a. Pola Tidur
1. Waktu tidur : Malam 01.00 WIB (Sebelum Sakit)
Malam 22.00 WIB (Sesudah Sakit)
2. Waktu Bangun : Malam 08.00 WIB (Sebelum Sakit)
Malam 02.00 WIB (Sesudah sakit)
3. Masalah Tidur : Sesak nafas dan tidak nyaman dalam tidur
4. Hal-hal yang mempermudah tidur : Memberi Oksigen,memberi semi folwer
5. Hal-hal yang mempermudah bangun: Keadaan ruangan berisik

b. Pola eliminasi
1. BAB
Pola BAB : Sebelum masuk RS 1 kali/hari
Setelah masuk RS 1 kali/hari
Karakter Feces : Normal
Riwayat perdarahan : Tidak ada
Penggunaan obat : Tidak ada
Keluhan BAB : Tidak ada
Masalah eliminasi BAB : Tidak ada
2. BAK
Pola BAK : Sebelum masuk RS 5 kali/hari
Setelah masuk RS 3 kali/hari
Karakter Urin : Kuning
Nyeri : Nyeri/rasa terbakar/kesulitan
Inkontinensia : Tidak ada
Penggunaan Obat : Tidak ada
Keluhan BAK : Tidak ada
Masalah eliminasi BAK : Tidak ada

c. Pola makan
Diet :-
Pola Diet :-
BB Sebelum MRS : 56 Kg
BB Sesudah MRS : 53 Kg
Jumlah dan jenis Diet :-
Kesulitan mengunyah : Tidak ada
Masalah pola makan : Tidak ada
Upaya mengatasinya :-
d. Pola minum
Jenis minuman : Air Putih
Pola Minum : Satu atau dua gelas di pagi har isetelah bangun tidur
Kesulitan minum : Tidak ada
Upaya mengatasinya :-

e.Kebersihan diri
Kebersihan tubuh : Klien tidak mampu mandi secara mandiri dan dibantu
oleh Keluarga.
Kebersihan gigi dan mulut : gigi dan mulut cukup bersih.
Kebersihan kuku kaki dan tangan : Kuku terlihat panjang dan sedikit kotor.

f. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas pasien untuk mandi,ganti pakaian,makan,Eliminasi dibantu perawat dan keluarga.
2. Uraian aktivitas Ibadah pasien selama sakit/dirawat : Pasien beragama islam,sebelum sakit pasien rajin
beribadah ke mesjid,tetapi setelah sakit pasien tidak mampu beribadah sebagaimana mestinya.
IX. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOASTIK

1. Diagnosa medis
TB Paru
2. Pemeriksaan diagnostik/penunjang
a. Laboratium
DL,KGD ,Adr,RFT,Elektrolit
b. EKG
SR + LAD+Iskemih anteria
X. PENATALAKSAAN TERAPI MEDIS

NO NAMA OBAT DOSIS EFEK


1 Cefoperazone 1g Batuk,diare,sakit kepala.
2 Nebulizer pulmicort 2 ml Iritasi ringan pada
tenggorokan dan suara serak.
3 Ventolin 2,5 mg Merasa nyeri pada otot.
4 Dexamethason 5 ml Sakit kepala,sulit tidur.
5 Ranitidine 150 mg Sakit perut.
Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

1. Data Subjektif: Droplet terhirup di Bersihan jalan napas


- Keluarga mengatakan Tn.D masih sering bronkus tidak efektif
mengalami batuk disertai dahak dan sesak  
Data Objektif : Iritasi pada bronkus

- RR : 40 x/menit  
- ronchi saat batuk
Produksi Sputum
 

Batuk

Bersihan jalan napas


tidak efektif
Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

2. DS : klien mengatakan perut mual dan tidak Pergerakan makanan Defisit Nutrisi
nafsu makan menjadi lambat
DO : klien hanya makan setengah porsi, klien
tampak lemah, kurus dan pucat.  
Makanan tertahan di
lambung

Perasaan mual muntah

 
Anoreksia

 
Defisit Nutrisi
Analisa Data

No. DATA ETIOLOGI MASALAH

3. Data Subjektif : Suplai O2 menurun Intoleransi Aktivitas

Pasien mengatakan merasa pusing    

Pasien mengatakan merasa lemah  


Kelelahan
Data Objektif :
 
Pasien tampak terbaring lemah.
 
  Intoleransi Aktivitas

 
B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d. hipersekresi jalan napas d.d ronchi
saat batuk.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan mual
muntah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan ditandai dengan
pusing dan lemah.

 
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan Setelah dilakukan 1. Auskultasi bunyi nafas. 1) Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi
jalan nafas dan dapat dimanifestasikan dengan adanya bunyi
napas tidak tindakan Catat adanya bunyi nafas,
nafas adventisus
efektif b.d. keperawatan wising, krekel, ronkhi
2) Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat
hipersekresi dalam waktu 1 x
2. Kaji/pantau frekuensi ditemukan selama/adanya proses infeksi akut. Pernapasan
jalan napas d.d 24 jam bersihan
pernafasan, catat rasio melambat dan frekuensi pernafasan memanjang dibandingkan
ronchi saat jalan napas ekspirasi
inspirasi/ekspirasi.
batuk . efektif.
3) Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
Kriteria hasil: 3. Dorong/bantu latihan nafas
mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara.
Frekuensi dalam abdomen/ bibir
4) Kelembaban menurunkan kekentalan sekret sehingga
batas normal 4. Berikan humidifkasi mempermudah pengeluaran dan dapat membantu
tambahan mis nebulizer menurunkan/mencegah pembentukan mukosa tebal pada
bronkus
5. Kolaborasi pemberian
5) Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk
fisioterapi dada
membuang banyak sekresi dan memperbaiki ventilasi pada
segmen dasar paru
C. Intervensi
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional

2. Defisit nutrisi T : setelah 1. Catat intake makanan 1. Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi
berhubungan dilakukan tindakan selama 6 jam dan dukungan cairan

dengan keperawatan 1 x 24 2. Kaji adanya anoreksia, 2. Dapat mempengaruhi pilihan diet dan

anoreksia jam pasien mampu mual dan muntah mengidektifikasi masalah untuk meningkatkan
pemasukan atau penggunaan nutrisi
ditandai untuk merubah pola 3. Motivasi pasien untuk
dengan mual hidup untuk makan sedikit tapi sering 3. Meningkatkan intake makanan dan nutrisi
dengan makanan TKTP pasien terutama kadar protein tinggi dan proses
muntah meningkatkan
penyembuhan
status gizinya. 4. Monitor pemeriksaan
laboratorium mis: BUN, 4. Mengontrol tindakan terutama dengan kadar
KH : BB tidak serum, protein dan albumin. protein rendah.
mengalami
penurunan, porsi
makan habis.

 
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria Hasil Intervensi Rasional

3. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi respon pasien 1. Menetapkan kemampuan atau kebutuhan
aktivitas keperawatan selama 3x6 terhadap aktivitas. Catat pasien memudahkan pemilihan intervensi.
berhubungan jam pasien mampu laporan dispnea, peningkatan
2. Menurunkan stres dan rangsangan
dengan melakukan aktivitas dalam kelemahan atau kelelahan.
berlebihan, meningkatkan istirahat.
kelelahan batas yang ditoleransi
2. Berikan lingkungan yang
ditandai dengan kriteria hasil : 3. Tirah baring dipertahankan selama fase
tenang dan batasi pengunjung
dengan pusing Melaporkan/ menunjukan akut untuk menurunkan kebutuhan
selama fase akut sesuai
dan lemah. peningkatan toleransi metabolik, menghemat energi untuk
indikasi.
terhadap aktivitas yang penyembuhan
 
dapat diukur dengan 3. Jelaskan pentingnya
4. Pasien mungkin nnyaman dengan kepala
adanya dispnea, istirahat dalam rencana
tinggi, tidur dikursi atau menunduk kedepan
kelemahan berlebihan dan pengobatan dan perlunya
meja atau bantal.
tanda vital dalam rentang keseimbangan aktivitas dan

normal istirahat

4. Bantu pasien memilih posisi


nyaman untuk istirahat.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
1. 15 Mei 10:00 1 1.MengAuskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi S = klien mengatakan masih sesak
2022 nafas, wising, krekel, ronkhi O=
klien tampak rileks
2. MengKaji/pantau frekuensi pernafasan, catat
suara ronchi paru
rasio inspirasi/ekspirasi.
TD 110/70
3. MenDorong/bantu latihan nafas abdomen/ bibir S: 36,5°C
N: 80 x/menit
4. MemBerikan humidifkasi tambahan mis
RR: 30 x/menit
nebulizer
A = masalah belum teatasi
5. BerKolaborasi pemberian fisioterapi dada
P = lanjutkan intervensi

I = MengAuskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi


nafas, wising, krekel, ronkhi

E : Klien mengeluh Masih sesak,RR:30 x/menit

R : Observasi status pernafasan setiap 8 jam sekali


termasuk frekuensi nafas,kedalaman dan bunyi nafas.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
13:00 2 S: Klien mengatakan masih mual dan tidak napsu
1. MenCatat intake makanan selama 6 jam makan

2. MengKaji adanya anoreksia, mual dan O : Makan hanya setengah porsi, badan tampak lemas
muntah
A : Masalah belum teratasi
3. MeMotivasi pasien untuk makan sedikit tapi
sering dengan makanan TKTP P : Intervensi dilanjutkan

4. MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis: I : MeMotivasi pasien untuk makan sedikit tapi sering
BUN, serum, protein dan albumin. dengan makanan TKTP

E : Klien masih mual dan tidak nafsu makan

R : Atur pola makan dengan porsi kecil tapi sering atau


makanan yang disukai klien,roti,nasi,dan susu.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
14:30 3 1. MengEvaluasi respon pasien terhadap S : - Pasien mengatakan masih pusing
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
O : lelah
kelemahan atau kelelahan.
A : Masalah belum teratasi
2. MemBerikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut sesuai P : Intervensi dilanjutkan
indikasi.
I : MenJelaskan pentingnya istirahat dalam rencana
3. MenJelaskan pentingnya istirahat dalam pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan
rencana pengobatan dan perlunya istirahat
keseimbangan aktivitas dan istirahat
E : Pasien masih terasa pusing dan lelah.
4. MemBantu pasien memilih posisi nyaman
R ; Siapkan dan dekatkan peralatan untuk memenuhi
untuk istirahat.
kebutuhan ADL-nya.

 
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
2. 16 Mei 10:00 1 1.MengAuskultasi bunyi nafas. Catat adanya S = klien mengatakan masih sesak
2022 bunyi nafas, wising, krekel, ronkhi O=
klien tampak rileks
2. MengKaji/pantau frekuensi pernafasan, catat
suara ronchi paru
rasio inspirasi/ekspirasi.
TD 110/70
3. MenDorong/bantu latihan nafas abdomen/ bibir S: 36,5°C
N: 80 x/menit
4. MemBerikan humidifkasi tambahan mis
RR: 30 x/menit
nebulizer
A = masalah belum teratasi
5. BerKolaborasi pemberian fisioterapi dada
P = lanjutkan intervensi

I = MengKaji/pantau frekuensi pernafasan, catat


rasio inspirasi/ekspirasi

E= Klien masih merakan sesak

R =Atur dan pertahankan posisi tidur klien dalam


semi fowler.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
13:00 2   S: Klien mengatakan masih mual dan tidak napsu
makan
1. MenCatat intake makanan selama 6 jam

2. MengKaji adanya anoreksia, mual dan O : Makan hanya setengah porsi, badan tampak lemas
muntah A : Masalah belum teratasi

3. MeMotivasi pasien untuk makan sedikit tapi


P : Intervensi dilanjutkan
sering dengan makanan TKTP
I : MengKaji adanya anoreksia, mual dan muntah
4. MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis:
BUN, serum, protein dan albumin. E : Pasien belum nafsu makan.

R : Motivasi keluarga untuk memenuhi klien saat


makan
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
14:30 3 1. MengEvaluasi respon pasien terhadap S : - Pasien mengatakan masih pusing
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
O : lelah
kelemahan atau kelelahan.
A : Masalah belum teratasi
2. MemBerikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut sesuai P : Intervensi dilanjutkan
indikasi.
I : MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis: BUN,
3. MenJelaskan pentingnya istirahat dalam serum, protein dan albumin.
rencana pengobatan dan perlunya
E : Klien merasakan pusing,lemas
keseimbangan aktivitas dan istirahat

4. MemBantu pasien memilih posisi nyaman R : Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat.
untuk istirahat.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
3. 17 Mei 21:00 1 1.MengAuskultasi bunyi nafas. Catat adanya S = klien mengatakan masih sesak
2022 bunyi nafas, wising, krekel, ronkhi O=
klien tampak rileks
2. MengKaji/pantau frekuensi pernafasan,
suara ronchi paru
catat rasio inspirasi/ekspirasi.
TD 110/70
3. MenDorong/bantu latihan nafas abdomen/ S: 36,5°C
bibir N: 80 x/menit

4. MemBerikan humidifkasi tambahan mis RR: 30 x/menit

nebulizer A = masalah teratasi sebagian

5. BerKolaborasi pemberian fisioterapi dada P = lanjutkan intervensi


D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
22:00 2   S: Klien mengatakan mulai ada nafsu makan

1. MenCatat intake makanan selama 6 jam O : Makan hanya setengah porsi, badan mulai segar

2. MengKaji adanya anoreksia, mual dan A : Masalah teratasi sebagian


muntah
P : Intervensi dilanjutkan
3. MeMotivasi pasien untuk makan sedikit tapi
sering dengan makanan TKTP I : MenCatat intake makanan selama 6 jam

4. MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis: E :mulai ada nafsu makan


BUN, serum, protein dan albumin.
R : Tingkatkan pemahaman klien tentang pentingnya
nutrisi bagi tubuhnya serta diit yang dibutuhkan.
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
02:00 3 1. MengEvaluasi respon pasien terhadap S : - Pasien mengatakan sudah tidak pusing
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
O : lelah
kelemahan atau kelelahan.
A : Masalah teratasi
2. MemBerikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut sesuai P : Intervensi dilanjutkan
indikasi.
I : MengEvaluasi respon pasien terhadap aktivitas.
3. MenJelaskan pentingnya istirahat dalam Catat laporan dispnea, peningkatan kelemahan atau
rencana pengobatan dan perlunya kelelahan.
keseimbangan aktivitas dan istirahat
 
4. MemBantu pasien memilih posisi nyaman
E: klien sudah mulai tidak kelelahan
untuk istirahat.
R : Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat
D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
4. 20 Mei 17:00 1 1.MengAuskultasi bunyi nafas. Catat adanya S = klien mengatakan tidak sesak
2022 bunyi nafas, wising, krekel, ronkhi O=
klien tampak rileks
2. MengKaji/pantau frekuensi pernafasan,
suara ronchi paru
catat rasio inspirasi/ekspirasi.
TD 110/70
3. MenDorong/bantu latihan nafas abdomen/ S: 36,5°C
bibir N: 80 x/menit

4. MemBerikan humidifkasi tambahan mis RR: 22 x/menit

nebulizer A = masalah sudah teratasi

5. BerKolaborasi pemberian fisioterapi dada P = intervensi dihentikan

I = MemBerikan humidifkasi tambahan mis


nebulizer

E = Klien tidak sesak lagi

R = kolaborasi obat sesuai instruksi.


D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
18:00 2 1. MenCatat intake makanan selama 6 jam S: Klien mengatakan masih mual dan tidak napsu
makan
2. MengKaji adanya anoreksia, mual dan
muntah O : Makan hanya setengah porsi, badan tampak lemas

3. MeMotivasi pasien untuk makan sedikit tapi A : Masalah belum teratasi


sering dengan makanan TKTP
P : Intervensi dilanjutkan
4. MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis:
BUN, serum, protein dan albumin. I : MeMonitor pemeriksaan laboratorium mis: BUN,
serum, protein dan albumin.

E : klien masih mual,1/2 porsi makan.

R : Berikan inj ranitidine 3x1 tab sesuai intruksi.


D.Implementasi dan evaluasi
No. Tgl Jam Dx Implementasi Evaluasi
    19:45 3 1. MengEvaluasi respon pasien terhadap  
aktivitas. Catat laporan dispnea, peningkatan
S : - Pasien mengatakan tidak pusing
kelemahan atau kelelahan.
O : lelah
2. MemBerikan lingkungan yang tenang dan
batasi pengunjung selama fase akut sesuai A : Masalah teratasi
indikasi.
P : Intervensi dihentikan
3. MenJelaskan pentingnya istirahat dalam
I : MemBerikan lingkungan yang tenang dan batasi
rencana pengobatan dan perlunya
pengunjung selama fase akut sesuai indikasi.
keseimbangan aktivitas dan istirahat
E : Pasien sudah membaik,tidak pusing TD :120/80
4. MemBantu pasien memilih posisi nyaman
mmHg.
untuk istirahat.
R : Berikan waktu istirahat setelah klien melakukan
aktivitas.
Thank You 

Anda mungkin juga menyukai