Anda di halaman 1dari 39

CSS

Preseptor
dr. Oky Haribudiman, SpOG

Presentan
Afwa latifa 12100120662
Fatmaningrum 12100120556
ABORTUS
Definisi
Abortus merupakan berakhirnya atau pengeluaran hasil konsepsi oleh hal tertentu pada atau
sebelum kehamilan berusia 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram atau buah
kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
Epidemiologi

 Kebanyakan abortus terjadi ketika usia kehamilan <12 minggu;


 Hanya sekitar 4% abortus yang terjadi pada trimester kedua dan hanya sekitar 5%
abortus yang terjadi setelah bunyi jantung janin dapat diidentifikasi.
Klasifikasi
Menurut waktu
 Abortus dini - bila terjadi pada trimester pertama (kurang dari 12 minggu) kehamilan
 Abortus lanjut - bila terjadi antara 12-24 minggu kehamilan

Menurut kejadiannya
 Abortus spontan (spontaneous abortion, miscarriage, pregnancy loss)
 Keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis
Abortus buatan (abortus provocatus, aborsi disengaja, digugurkan):
a. Abortus therapeutics
Abortus sesuai indikasi untuk kepentingan ibu (penyakit jantung, hipertensi maligna, atau
karsinoma serviks.)

b. Abortus provocatus criminalis


Pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah, dilarang oleh hukum atau dilakukan oleh
pihak yang tidak berwenang.
ABORTUS SPONTAN TRIMESTER PERTAMA
Patogenesis
 Pada abortus trimester pertama, kematian embrio atau janin hampir selalu mendahului
pengeluaran janin spontan.
 Ini diikuti dengan pendarahan desidua basalis, kemudian terjadi nekrosis jaringan pada
sekitar tempat implantasi, terjadi respon sel radang, terjadi perdarahan pervaginam
sehingga merangsang kontraksi dan pengeluaran janin dari uterus.
 Kantung kehamilan yang utuh biasanya diisi dengan cairan dan mungkin atau mungkin
tidak mengandung embrio atau janin.
 Hasil konsepsi diinterpretasi sebagai benda asing dalam rongga rahim, sehingga
uterus mulai berkontraksi
 Selanjutnya mendorong benda asing keluar rongga rahim (ekspulsi).
 Sebelum minggu ke-10, seluruh hasil konsepsi biasanya dapat keluar dengan
lengkap. Hal ini disebabkan vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke
dalam desidua.
Terdapat beberapa bentuk abortus, yakni :
Mola kruenta
Telur yang dibungkus oleh darah kental, terbentuk bila abortus berjalan lambat sehingga
darah sempat membeku di antara desidua dan korion.

Blighted ovum
 Hanya terbentuk kantong amnion berisi air ketuban tanpa embrio/janin, kantung
kuning telur (yolk sac) dapat ada atau tidak ada.
 Bila darah beku ini sudah mengeras, konsistensinya seperti daging, disebut mola
karnosa
 Mola tuberosa – telur dengan adanya hematoma di antara amnion dan korion
 Foetus compressus; bila janin sudah agak besar, cairan amnion akan diabsorpsi
hingga janin tertekan (foetus compressus)
 Terkadang janin menjadi kering dan mengalami mumifikasi, sehingga menyerupai
perkamen (foetus papyraceus)
Faktor Risiko

 Paling sering dijumpai karena gangguan pertumbuhan zigot,


embrio, janin atau plasenta
 Kelainan kromosom, kerusakan embrio, abnormalitas
pembentukan plasenta
Faktor Janin
a. kelainan telur
b. Trauma embrio
Kelainan pembentukan plasenta

Faktor Maternal
a. Infeksi
Resiko janin pada trimester pertama. Patogen yang sering seperti infeksi Toxoplasma
gondii, plasmodium, rubella, polio
b. Kelainan endokrin seperti defisiensi insulin, disfungsi tiroid
c. Kelainan vaskular seperti hipertensi vascular
d. Faktor imunologis seperti inkompabilitas HLA
e. Nutrisi : Defisiensi nutrisi ekstrem dan obesitas
f. Faktor sosialdan kebiasaan : Alkohol, kafein berlebih
f. Faktor Pekerjaan : Arsenik, timbal, formaldehida, benzena, dan etilena oksida, DDT
(dichlorodiphenyltrichloroethane)
g. Defek Uterus : Anomali kongenital yang mengubah atau mengurangi ukuran rongga
rahim, seperti unicornuate, bicornuate, atau septate uterus.

Faktor Eksternal
 Radiasi
 Obat-obatan seperti antikoagulan
 Bahan-bahan kimia yang mengandung benzene dan arsen
Manifestasi Klinis
Abortus Iminens (Threatened Abortion)
 Perdarahan muncul melalui os serviks tertutup selama 20 minggu pertama kehamilan.
 Nyeri perut bawah terjadi beberapa jam hingga beberapa hari kemudian.
 Nyeri punggung ringan persisten; atau nyeri suprapubik.
Diagnosis Klinis:
 Anamnesis: Perdarahan dari jalan lahir (biasanya sedikit) dan nyeri perut tidak ada
atau ringan;
 Pemeriksaan dalam: terdapat fluksus, ostium uteri tertutup, dan ukuran uterus sesuai
usia kehamilan;
 Pemeriksaan penunjang: USG dapat menunjukkan bahwa hasil konsepsi:
a. Masih utuh dan terdapat tanda kehidupan janin/embrio
b. Meragukan
c. Tidak baik dan janin/embrio sudah mati atau tidak ada
Pengelolaan:
 Bila hasil konsepsi masih utuh dan terdapat tanda kehidupan janin:
 Ibu tirah baring dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai gejala perdarahan
hilang selama 3 x 24 jam
 Pemberian preparat progesterone
 Bila hasil USG meragukan, diulang kembali 1-2 minggu kemudian
 Bila hasil USG tidak baik, segera lakukan evakuasi
Abortus Insipiens (Invetible Abortion)
Terjadi perdarahan banyak disertai nyeri karena kontraksi pada Rahim yang kuat dan ditemukan
adanya dilatasi serviks. Jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba.

Diagnosis Klinis:
 Anamnesis: perdarhaan dari jalan lahir disertai nyeri/kontraksi Rahim
 Pemeriksaan dalam: ostium uteri terbuka, hasil konsepsi masih terdapat di dalam rahim,
dan ketuban teraba utuh mungkin menonjol.

Pengelolaan:
 Evaluasi hasil konsepsi
 Pemberian uterotonika pasca evaluasi
 Pemberian antibiotic selama 3 hari
Abortus Inkomplit
 Pendarahan yang terjadi karena adanya hasil konsepsi yang tertinggal (plasenta) dan
sebagian telah keluar.
 Janin dan plasenta dapat tetap berada sepenuhnya di dalam rahim atau sebagian keluar
melalui os yang melebar.
 Ostium uteri terbuka, dan jaringan dapat teraba.

Diagnosis Klinis:
 Anamnesis: perdarahan dari jalan lahir,biasanya banyak, disertai nyeri kontraksi rahim
 Pemeriksaan dalam: ostium uteri terbuka dan sisa jaringan hasil konsepsi dapat teraba
Pengelolaan:
 Stabilisasi keadaan umum; segera atasi syok bila muncul; bila Hb < 8 gr% transfuse
darah segera diberikan
 Evakuasi hasil konsepsi dengan cara kuretasi
 Pemberian uterotonika
 Pemberian antibiotik selama 3 hari.
Abortus Septik/Abortus Febrilis
 Merupakan abortus inkompletus atau abortus insipiens yang disertai infeksi.
 Gejala berupa demam, lokia yang berbau busuk, nyeri diatas simfisis atau di perut bawah,
dan distensi abdomen (tanda peritonitis).
 Abortus ini dapat menimbulkan syok endotoksin
Abortus Septik/Abortus Febrilis

Diagnosis Klinis:
 Anamnesis: riwayat perdarahan, demam, upaya pengguguran,
infeksi jalan lahir, dapat disertai terjadinya syok
 Pemeriksaan dalam: ostium uteri umumnya terbuka dan sisa
jaringan teraba, perabaan uterus dan adneksa nyeri, fluksus
berbau.
Pengelolaan:
 Atasi keadaan umum (infus, transfuse bila perlu serta syok)
 Lakukan pasien dengan posisi Fowler
 Pemberian antibiotik yang efektif
 Pemberian obat uterotonika
 Pemebrian antibiotika IV selama 24 jam, dilanjutkan dengan evakuasi janin, aspirasi vakum
manual, atau kuretasi.
Abortus Komplit
 Jaringan atau janin keluar dengan lengkap, sehingga tidak perlu kuretase
 Os serviks tertutup. Lapisan endometrium dalam bentuk rongga rahim yang ketika dikupas
dapat muncul sebagai kantung yang tidak utuh.
 Perdarahan berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan berhenti total selambat-lambatnya
setelah 10 hari. Serviks juga menutup kembali.
Abortus Tertunda (Missed Abortion)
Janin telah mati sebelum minggu ke-20 tetapi tertahan di dalam rahim selama beberapa
minggu setelah janin mati. Janin telah mati tertahan dalam rahim selama 8 minggu atau
lebih.

Diagnosa Klinis:
 Anamnesis: Perdarahan dapat terjadi atau tidak
 Pemeriksaan obstetrik: fundus uteri lebih kecil dari usia kehamilan, tidak terdapat
bunyi jantung janin
 Pemerikaan penunjang: USG tampak janin tidak utuh dan membentuk gambaran
kompleks. Serta lab (Hb, trombosit, waktu pembekuan)
Pengelolaan:
 Perbaikan keadaan umum
 Transfusi darah
 Pemberian fibrinogen
 Pemberian misoprostol per oral atau per vaginam dosis 200 microgram/6 jam. Bila
dalam 2 x 24 jam hasil konsepsi tidak keluar, lakukan kuretasi
 Evakuasi dengan teknik kuretasi apabila usia kehamilan > 12 minggu, kuretasi
dengan pemasangan dilator (laminaria stift) atau pemberian misoprotosol 200
microgram/6 jam.
Komplikasi
 Komplikasi abortus yang tidak aman menyebabkan 70.000 kematian ibu dan 5 juta cacat
ibu permanen atau sementara per tahun.
 Pendarahan hebat atau persisten selama atau setelah abortus spontan dapat
mengancam jiwa.
 Secara global diperkirakan 42 juta abortus terjadi setiap tahun dan 20 juta di antaranya
tidak aman.
 Infeksi, adhesi intrauterin (sindrom Asherman), dan infertilitas adalah komplikasi lain dari
abortus.
ABORTUS BERULANG
Definisi
● Abortus berulang adalah abortus spontan berulang sebanyak tiga kali atau lebih berturut-
turut pada ≤ 20 minggu atau dengan berat janin <500 gram.
● Tiga atau lebih kehilangan kehamilan berturut-turut sebelum usia kehamilan 24 minggu
dan terjadi pada 1-3% wanita usia reproduksi.
Etiologi
 Kelainan genetic (kromosomal)
 Kelainan hormonal atau imunologik (Sindrom antibodi antifosfolipid), dan
 Kelainan antomis uterus
 Penyebab lain yang dicurigai tetapi tidak terbukti adalah alloimunitas, endokrinopati,
toksin lingkungan, dan berbagai infeksi
Tatalaksana
Prognosis
● Prognosis abortus berulang adalah baik, dan sekitar 60% kemungkinan kehamilan normal
dapat terjadi
ABORTUS MIDTRIMESTER
Definisi
● Abortus midtrimester adalah abortus janin midtrimester dari akhir trimester pertama
hingga berat janin ≥ 500 g atau abortus pada usia kehamilan 12 sampai 20 minggu.
● Abortus medis trimester kedua adalah penghentian kehamilan antara 12 dan 28 minggu
usia kehamilan.
Insidensi
● Abortus spontan pada trimester kedua diperkirakan 1,5 hingga 3 persen, dan setelah 16
minggu, hanya 1 persen. Perdarahan trimester pertama menggandakan insiden abortus
trimester kedua.
● Meskipun sebagian besar aborsi dilakukan pada trimester pertama, masih 10–15%
penghentian kehamilan telah terjadi pada periode trimester kedua secara global.
Etiologi
Tatalaksana

Abortus midtrimester diklasifikasikan sama dengan aborsi trimester


pertama. Manajemen juga serupa, tetapi sering janin mati atau
abortus midtrimester inkomplit. Oksitosin dalam dosis terkonsentrasi
sangat efektif untuk induksi persalinan atau augmentasi.
Pembedahan abortus midtrimester untuk kematian janin secara
teknis lebih sulit.

Anda mungkin juga menyukai