Anda di halaman 1dari 11

Dilema antara Kepentingan Individu dan 

Mayarakat.

Setiap yang disebut manusia selalu terdiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu
yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat
yang termasuk kepentingan rakyat . Dalam diri manusia, kedua kepentingan itu satu sama
lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia,
akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan, jika
kepentingan individu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan
masyarakat yang dihilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan
contohnya korupsi. Inilah yang menyebabkan kebingungan atau dilema manusia jika mereka
tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Dilema anatara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat adalah pada
pertanyaan mana yang harus diutamakan, kepentingan manusia selaku individu atau
kepentingan masyarakat tempat saya hidup Bersama.

1.         Pandangan Individualisme

Individualisme berpangkal dari konsep bahwa manusia pada hakikatnya adalah


makhluk individu yang bebas. Paham ini memandang manusia sebagai makhluk
pribadi yang utuh dan lengkap terlepas dari manusia yang lain. Pandangan
individualisme berpendapat bahwa kepentingan individulah yang harus diutamakan.
 pada abad ke 18-19. Yang dipelopori oleh Jeremy Betham, John Stuart Mill, Thomas Hobben, John Locke,

Rousseau, dan Montesquieu. Beberapa prinsip yang dikembangkan ideologi liberalisme adalah sebagai berikut.

• Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini , pemilikan sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak

berlaku hak milik berfungsi sosial,

• Mementingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.

• Pemberian kebebasan penuh pada individu

• Persaingan bebas untuk mencapai kepentingannya masing-masing.

• Kebebasan dalam rangka pemenuhan kebutuhan diri bisa menimbulkan persaingan dan dinamika kebebasan

antar individu. Menurut paham liberalisme, kebebasan antar individu tersebut bisa diatur melalui penerapan

hukum. Jadi, negara yang menjamin keadilan dan kepastian hukum mutlak diperlukan dalam rangka

mengelola kebebasan agar tetap menciptakan tertibnya penyelenggaraan hidup bersama.


 2.        Pandangan Sosialisme

Paham sosialisme ditokohi oleh Robert Owen dari Inggris (1771-1858), Lousi Blanc, dan
Proudhon. Pandangan ini menyatakan bahwa kepentingan masyarakatlah yang diutamakan.
Kedudukan individu hanyalah objek dari masyarakat. Menurut pandangan sosialis, hak-hak
individu sebagai hak dasar hilang. Hak-hak individu timbul karena keanggotaannya dalam suatu
komunitas atau kelompok.

Sosialisme adalah paham yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas,
dan sejahtera bebas dari penguasaan individu atas hak milik dan alat-alat produksi. Sosialisme
muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan terutama yang tersisih oleh
system liberalisme, mendapat keadilan, kebebasan, dan kesejahteraan. Untuk meraih hal
tersebut, sosialisme berpandangan bahwa hak-hak individu harus diletakkan dalam kerangka
kepentingan masyarakat yang lebih luas. 
Paham individualisme liberal dan sosialisme saling bertolak belakang dalam
memandang hakikat manusia. Dalam Declaration of Independent Amerika Serikat
1776, orientasinya lebih ditekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
individu yang bebas merdeka, manusia adalah pribadi yang memiliki harkat dan
martabat yang luhur. Sedangkan dalam Manifesto Komunisme Karl Marx dan
Engels, orientasinya sangat menekankan pada hakikat manusia sebagai makhluk
sosial semata. Menurut paham ini manusia sebagai makhluk pribadi yang tidak
dihargai. Pribadi dikorbankan untuk kepentingan negara.
Dari kedua paham tersebut terdapat kelemahannya masing-masing. Individualisme
liberal dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai bentuk tindakan tidak manusiawi,
imperialisme, dan kolonialisme, liberalisme mungkin membawa manfaat bagi
kehidupan politik, tetapi tidak dalam lapangan ekonomi dan sosial. 
3.        Kehidupan di Indonesia

Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan  Pancasila, hakikat manusia dipandang


memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Manusia bukanlah makhluk
individu dan sosial, tetapi manusia adalah makhluk  individu sekaligus makhluk
sosial. Frans Magnis Suseno, (2001) menyatakan bahwa manusia adalah individu
yang secara hakiki bersifat sosial dan sebagai individu manusia bermasyarakat.
Bung Karno menerangkan tentang seimbangnya dua sifat tersebut dengan ungkapan
“Internasianalisme tidak dapat hidup subur kalau tidak berakar dalam buminya
nasionalisme. Nasionalisme tidak hidup subur  kalau tidak hidup dalam taman sarinya
internasionalisme” (Risalah Sidang BPUPKI-PPKI, 1998). Paduan harmoni antara
individu dan sosial dalam diri bangsa Indonesia diungkap dalam sila kedua dan ketiga
Pancasila. Bangsa Indonesia memiliki prinsip menempatkan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan. Namun demi kepentingan bersama tidak dengan
mengorbankan hak-hak dasar setiap warga negara.

Akan tetapi pada masyarakat Indonesia sekarang lebih condong ke arah liberalisme
bagaimana tidak ? seorang pejabat pemerintah bisa mengkorupsi uang pajak untuk rakyat
sampai bermiliyar – miliyar rupiah itu yang torbongkar, belum lagi yang tidak terbongkar. 
Semua itu tidak dipungkiri masalah ekonomi Indonesia yang kurang baik, banyak
suap dimana – mana , dari jalan raya sampai gedung bertingkat, ada juga nipotisme
yang masih banyak terjadi banyak orang yang tidak berkompeten menjadi ketua
organisasi karena saudaranya seorang pejabat publik, akan tetapi jika sesorang itu
ahli dibidangnya dan mendaptkan pekerjaaan di bidangnya karena saudaranya
malah dianjurkan.

Banyak juga orang yang mementingkan masyarakat dari pada diri sendiri seperti
pekerja sosial yang lupa pada keluarganya sehingga terlantar. Hal inilah yang harus
dibenahi kita harus kembali menengok kepada pancasila yang benar – benar
memandang  sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang.
Fenomena social seperti itu banyak terjadi di kota-kota besar. dikota-kota besar,
masyarakat lebih dominan hidup mementingkan diri sendiri. Mereka lebih
mementingkan karir dan pekerjaan. Mereka merasa telah bias memenuhi kebutuhan
mereka sendiri tanpa membutuhkan bantuan orang-orang yang ada di sekitar
mereka.Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Dilema Antara
Kepentingan Individu dan Kepentingan Masyarakat dilema-antara-kepentingan-
individu-dan-kepentingan-masyarakat.

Masyarakat pedesaan juga lebih sering melakukan kegiatan-kegiatan social bersama


tetangga-tetangga mereka, seperti kerja bakti, gotong-royong dalam membersihkan desa,
dan kegiatan-kegiatan social lainnya yang dapat menjalin kebersamaan antara tetangga.
Dari uraian diatas. Kita dapat menyimpulkan bahwasanya kehidupan masyarakat
pedesaan, cenderung lebih tinggi nilai sosialnya dibandingkan dengan masyarakat
perkotaan.Dan sikap masyarakat yang tinggal di perkotaan tersebut, merupakan
salah satu sikap yang menyimpang dari nilai-nilai kehidupan dalam hal
bersosialisasi terhadap sesama manusia sebagai mahluk hidup.Menanggapi
fenomena kehidupan masyarakat yang sedang terjadi sekarang ini. Kita sebagai
mahluk social hendaknya menanamkan nilai-nilai social pada diri kita masing-
masing, karena karena nilai social dalam kehidupan sehari-hari sangatlah kita
butuhkan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai