Anda di halaman 1dari 6

Periodesasi

Perkembangan Fikih
Nama : Ahmad Hefril Aryawardhana
Kelas : X|IPA 1
1. PERIODE NABI MUHAMMAD SAW (610-632)
Pada masa Rasulullah adalah masa fikih Islam mulai tumbuh dan membentuk dirinya ke
alam perwujudan. Sumber asasi yang ada pada masa ini ialah Al-quran. Tentang Sunnah
Rasul adalah berdasarkan wahyu Ilahi yang diturunkan kepadanya. Demikian juga segala
tindak-tanduk Rasulullah Saw. Selalu dibimbing oleh wahyu Ilahi, dan semua hukum dan
keputusan hukum didasarkan kepada wahyu juga. Pada periode ini, walaupun usianya tidak
panjang, namun telah meninggalkan dampak kuat dan kesan-kesan serta pengaruh yang
signifikan bagi perkembangan hukum islam dan masa yang kulli yang bersifat keseluruhan
dan dasar-dasar yang umum yang universal untuk dasar penetapan hukum bagi masalah dan
peristiwa yang tidak ada nash (dalil) nya. Periode Rasulullah Saw. ini terbagi kepada dua
periode yang masing-masing mempunyai corak tersendiri. Yaitu periode Makkah dan
Periode Madinah.
2. PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN (632-662)
Di periode sahabat ini, kaum muslimin telah memiliki rujukan hukum syari’at yang
sempurna berupa Al-Qur’an, Hadis, ijma’ dan qiyas. Adat istiadat dan peraturan-
peraturan berbagai daerah yang bernaungan di bawah Islam tak luput ikut
memperkaya aturan-aturan yang berlaku. Dapat ditegaskan bahwa zaman
khulafaurrasyidin lengkaplah dalil-dalil tasyri’ Islam. Sahabat-sahabat besar dalam
periode ini menafsirkan nash-nash hukum dari al-Qur’am maupun hadis, yang
kemudian menjadi pegangan untuk menafsirkan dan menjelaskan nash-nash. Selain
itu, para sahabat memberi fatwa-fatwa dalam berbagai masalah terhadap kejadian-
kejadian yang tidak ada nash yang jelas mengenai masalah itu, yang kemudian
menjadi dasar ijtihad. Dalam Hal ini, tidaklah menyalahi jika apa yang dilakukan oleh
para sahabat juga bisa dijadikan pegangan oleh para tabi‘in. Tatkala Rasulullah Saw.
Bersabda, maka para sahabat secara langsung mengambil ilmu dari Beliau. Ketika ada
suatu permasalahan, maka sahabat tak sungkan untuk bertanya kepada sumbernya
langsung, sehingga segala sesuatunya menjadi jelas. Hanya saja, pada periode ini,
belum ada pembukuan fikih, maksudnya adalah bahwa fikih hanya dikaji tanpa adanya
suatu catatan-catatan yang bisa dibaca oleh generasi setelahnya.
3. PERIODE TADWIN (ABAD VI M – X M)
Pemerintah Islam pasca keruntuhan Daulah Umayyah segera digantikan
oleh Daulah Abbasiyyah. Masa Abbasiah ini disebut juga masa Mujahidin
dan masa pembukuan fikih, karena pada masa ini terjadi pembekuan dan
penyempurnaan fikih. Pada masa Abbasiyyah, yang dimulai dari
pertengahan adab ke-2 H sampai peretngahan abad ke-4 ini, muncul usaha-
usaha pembukuan al-Hadis, Atsar Sahabat dan fatwa-fatwa tabi’in dalam
bidang fikih, tafsir, ushul al-fikih dan sebagainya. Pada masa ini pada lahir
para tokoh dalam istinbat dan perundangan-undangan Islam. Masa ini
disebut masa keemasan Islam yang ditandai dengan berkembangannya ilmu
pengetahuan yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga sekarang. Pada
masa ini muncul pula mazhab-mazhab fikih yang banyak mempengaruhi
perkembangan hukum Islam. Diantaranya yang terkenal yakni, Imam Abu
Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafi’I, dan Imam Ahmad Bin Hambal.
4. PERIODE TAQLID (ABAD X M – XIX M)
Sejak akhir pemerintahan Abbasiyyah, tampaknya kemunduran berijtihad sehingga
sikap taqlid berangsur-angsur tumbuh merata di kalangan umat Islam. Yang di maksud
dengan masa taqlid adalah masa ketika semangat (himmah) para ulama untuk
melakukan ijtihad mutlak mulai melemah dan mereka kembali kepada dasar tasyri’
yang asasi dalam peng-istinbath-an hukum dari nash al-Qur’an dan al-Sunnah. Masa
taqlid disebut juga masa para fuqaha mempropagandakan mazhab dan aliran mereka
masing-masing. Mereka menulis kitab-kitab yang menjelaskan keistimewaan imam
mereka masing-masing dan memberi fatwa pula bahwa orang yang bertaqlid
(muqallid) tidak boleh menggabungkan mazhab satu dengan mazhab lainnya. Pada
masa ini kitab-kitab para ulama mazhab dapat dikategorikan kepada tiga kelompok,
yaitu matan, syarh dan hasyiyah. Matan adalah kumpulan masalah-masalah pokok
yang disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah. Syarh merupakan
komentar dari kitab matan agar lebih terperinci. Sedangkan hasyiyah adalah komentar
dari syarh yang dirasa masih perlu dijabarkan atau diperinci kembali.
5. PERIODE KEBANGKITAN KEMBALI (ABAD XIX M – SAAT INI)

Setelah mengalami kelesuhan, kemunduran beberapa abad lamanya, pemikiran Islam bangkit
kembali. Ini terjadi pada abad ke-19. Kebangkitan kembali pemikiran Islam timbul sebagai reaksi
terhadap sikap taklid tersebut yang telah membawa kemunduran hukum Islam. muncullah gerakan-
gerakan baru diantara gerakan para ahli hukum yang menyarankan kembali kepada al-qur’an dan
sunnah. Gerakan ini sering disebut gerakan modernis atau gerakan salaf (salafiyah) yang ingin
kembali kepada kemurnian ajaran islam di zaman salaf (permulaan), generasi awal dahulu. Sikap
keberagaman umat Islam di Dunia yang cenderung fatalistik, semaraknya gerakan modernisme di
Timur Tengah dan interaksi dengan peradaban Barat yang dibawah penjajahan belanda akhirnya
melahirkan gerakan pembaharuan Islam di Indonesia.mereka tampil membawa pembaharuan-
pembaharuan seperti pembukaan pintu ijtihad, pemanfaatan potensi akal secara maksimal,
kebebasan berbuat dan pemurnian ajaran islam dari praktik-praktik taqlid, bid’ah, dan churafat
(TBC). Gerakan modernis Islam dapat dipahami sebagai gerakan yang muncul pada periode sejarah
Islam modern. Gerakan ini merupakan aliran dalam Islam yang pola pikir sesuai dengan
perkembangan modern. Modernisme Islam adalah gerakan untuk mengadaptasi ajaran Islam kepada
pemikiran dan kelembagaan modern. Modernis dalam bahasa Arab sering diasosiasikan dengan
istilah tajdid, yang diartikan pembaharuan. Tokohnya disebut mujaddid, berarti pembaharu

Anda mungkin juga menyukai