Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI PERPAJAKAN

Pengertian dan Fungsi Akuntansi Perpajakan

• Akuntansi Perpajakan adalah suatu proses pencatatan,


penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan
dan diakhiri dengan  pembuatan laporan keuangan fiskal yang
sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan sesuai
dengan ketentuan perpajakan.

• Akuntansi perpajakan berfungsi untuk mengolah data


kuantitatif untuk menyajikan laporan keuangan yang memuat
perhitungan perpajakan.
Pengertian dan Tujuan digunakan PSAK 46
• Biaya penelitian dan pengembangan yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto adalah hanya
biaya penelitian dan pengembangan yang dilakukan
di Indonesia.
• Tujuan digunakan PSAK 46 agar pengguna tidak
menilai terlalu rendah/terlalu tinggi terhadap
laporan keuangan akibat penyajian PPh yang selama
ini hanya mnyajikan jumlah terutang menurut SPT
PPh.
Perbedaan Pajak dan Akuntansi

PSAK Undang-Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer

Pajak Tangguhan:
 Aktiva/utang
 Beban/Pendapatan

4
Koreksi Fiskal
• Koreksi fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib
pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan
wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung
penghasilan kena pajak).

• Koreksi fiskal positif

Yaitu koreksi fiskal yang menyebabkan penambahan penghasilan kena pajak dan PPh
terutang karena;

1. Beban yang tidak diakui oleh pajak (non deductible expense)

2. Penyusutan komersial lebih besar dari penyusutan fiskal

3. Amortisasi komersial lebih besar dari amortisasi fiskal

4. Penyesuaian fiskal positif lainnya.


Contoh : Biaya PPh
Koreksi fiskal Negatif

• Yaitu koreksi yang menyebabkan pengurangan penghasilan kena pajak dan

PPh terutang karena;

1. Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak.

2. Penghasilan yang digunakan PPh Final.

3. Penyusutan komersial lebih kecil dari pada penyusutan fiskal.

4. Amortisasi komersial lebih kecil dari pada amortisasi fiskal.

5. Penghasilan yang ditangguhkan pengakuannya.

6. Penyesuaian fiskal negatif lainnya.

Contoh : Penghasilan bunga deposito.


Contoh:
Contoh: Dividen yang diterima oleh Perseroan Terbatas sebagai wajib pajak dalam
Contoh:
1. Penghasilan
negeri dari
dari
Beda Tetap
transaksi penjualan
penyertaan modal saham
sebesardi25%
bursaatau
efeklebih pada badan usaha
1. Biaya Perjalanan
2. Penghasilan (Biaya
dari hadiah perjalanan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
undian
adalahyang didirikan
biaya (Permanent Difference)
dan
perjalanan berkedudukan
pegawai di Indonesia.
perusahaan
3. Penghasilan bunga tabungan, deposito, jasa giro untuk
dankepentingan
diskonto BI perusahaan yang
dilengkapi dengan
4. Penghasilan bukti-buktiobligasi
bunga/diskonto sah) yang dijual di bursa efek
2. Biaya Promosi (Biaya promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
•biaya
Menurut
5. Penghasilan
promosi
atas akuntansi
persewaan
yang
tanah dan bangunankomersial merupakan
6. Penghasilan dari jasadidukung bukti
konstruksi pemasangan/pemuatan
(Pengusaha Konstruksi Kecil)iklan, pembuatan barang-
penghasilan
barang promosi
7. Penghasilan WP dll.)
perusahaansedangkan
pelayaran dalammenurut
negeri ketentuan PPh
3. Biaya Entertainment (Biaya entertainment yang dapat dikurangkan dari penghasilan
bukan
bruto penghasilan.
adalah biaya entertainment yang dibuatkan daftar nominatif (dilampirkan di SPT
•Tahunan
4. Biaya
PPh))
Menurut
Penelitian (Biayaakuntansi komersial
penelitian dan pengembangan merupakan
yang dapat dikurangkan dari
penghasilan,
penghasilan bruto adalah sedangkan menurut
hanya biaya penelitian ketentuan
dan pengembangan PPhdi
yang dilakukan
Indonesia.)
telah dikenakan PPh yang bersifat final.
• Menurut akuntansi komersial merupakan beban
(biaya) sedangkan menurut ketentuan PPh tidak
dapat dibebankan (Pasal 9 Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2000)
Beda Waktu
(Temporary Difference)
• Merupakan perbedaan pembebanan biaya tiap-tiap tahun buku/tahun
pajak karena perbedaan mtode yang digunakan, tetapi secara keseluruhan
jumlah yang dibebankan sbagai biaya adalah sama.
• Contoh :
• Penyusutan/Amortisasi
• Penilaian Persediaan
• Penyisihan Kerugian Piutang, kecuali untuk Bank dan Sewa Guna Usaha
dengan Hak Opsi, Cadangan Untuk Usaha Asuransi, Cadangan
pembangunan sarana/prasarana untuk yayasan yang bergerak di bidang
pendidikan dan kesehatan; serta Cadangan Biaya Reklamasi untuk Usaha
Pertambangan
• Laba Rugi selisih Kurs
• Laba Rugi atas Penilaian Efek
• Laba Rugi atas Penyertaan Saham
• Penyusutan dan Amortisasi
Contoh: PT Nufrita membeli peralatan dengan harga Rp12.000.000,-
Penyusutan Penyusutan
dengan masa manfaat 3Komersial
Tahun tahun pada tanggal
Fiskal1 Januari 2015. Menurut
Koreksi

peraturan perpajakan, peralatan tersebut termasuk ke dalam


kelompok 12015
dengan masa 4.000.000,-
manfaat 4 tahun. Perusahaan 1.000.000,-
3.000.000,- menggunakan
metode garis
2016lurus dalam penyusutannya.
4.000.000,- Akibat perbedaan
3.000.000,- 1.000.000,- masa
manfaat tersebut, maka akan terjadi perbedaan beban penyusutan
2017 4.000.000,- 3.000.000,- 1.000.000,-
menurut akuntansi komersial dan menurut akuntansi fiskal
2018 – 3.000.000,- (3.000.000,-)
Pajak Kini dan Pajak Tangguhan
• Pajak kini adalah jumlah pajak yang dihitung sendiri oleh wajib pajak atas
laba fiskal yang dikalikan dengan tarif pajak, kemudian dibayar dan
dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT). Laba fiskal diperoleh dari
hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasarkan
laporan keuangan komersial/akuntansi)
• Pajak Tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak PPh di masa yang
akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara
perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat
dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu
disajikan dalam laporan keuangan dalam suatu periode tertentu.
Pajak Tangguhan
• Aset Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan (PPh) yang dapat

dipulihkan pada periode masa depan sebagai akibat adanya: perbedaan temporer

yang boleh dikurangkan; akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan akumulasi

kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam hal peraturan perpajakan mengizinkan.

• Liabilitas Pajak Tangguhan adalah jumlah pajak penghasilan terutang pada periode

masa depan sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.

“Jika Laba Akuntansi lebih besar daripada Laba Pajak maka akan terbentuk

Kewajiban Pajak Tangguhan, sebaliknya bila Laba Akuntansi lebih kecil daripada

Laba Pajak maka akan terbentuk Aset Pajak Tangguhan”


Contoh soal I:
PT Runsoed Ultimate Challenge (RUC) memperoleh laba sebelum pajak tahun 2015 Rp1.200.000.000,-
dengan catatan koreksi fiskal atas laba tersebut adalah sebagai berikut:

Beda Permanan
1.      Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,-
2.      Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp30.000.000,-
3.      Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,-
4.      Beban bunga pajak Rp20.000.000,-
5.      Beban pemberian fasilitas dalam bentuk natura Rp50.000.000,-
6.      Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,-
7.      Beban Pajak Penghasilan Rp15.000.000,-
Beda Temporer
1.      Penyusutan komersial Rp60.000.000 lebih rendah dari penyusutan fiskal
2.      Amortisasi fiskal Rp30.000.000 lebih rendah dari amortisasi komersial
Kredit Pajak yang sudah dibayar selama tahun 2015 adalah sebagai berikut:
1.      PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-
2.      PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-
3.      PPh Pasal 24 Rp15.000.000,-
4.      PPh Pasal 25 Rp45.000.000,-
Pertanyaan:
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
a) Berapa Penghasilan Kena Pajak untuk tahun 2015?
Laba sebelum pajak (komersial) Rp1.200.000.000,-
b) Berapa PPh Kurang/ Lebih bayar untuk tahun 2014?
Koreksi Beda Tetap Koreksi Fiskal (+) Koreksi Fiskal (–)  
c) Tentukan apakah aset atau kewajiban pajak tangguhan yang timbul?
Pendapatan bunga deposito Rp40.000.000,- – Rp40.000.000,- (Rp40.000.000,-)
d) Buat jurnal dan penyajian laba bersih dalam laporan laba rugi PT RUC!
Pendapatan sewa bangunan Rp60.000.000,- – Rp60.000.000,- (Rp60.000.000,-)
 

Pendapatan Jasa Giro Rp50.000.000,- – Rp50.000.000,- (Rp50.000.000,-)

Laba Sebelum Pajak (Fiskal) Rp1.050.000.000,-


Beban Jamuan tanpa Daftar
Rp30.000.000,- Rp30.000.000,- – Rp30.000.000,-
Nominatif
Beban Bunga Pajak Rp20.000.000,- Rp20.000.000,- – Rp20.000.000,-

Beban pemberian fasilitas


Rp50.000.000,- Rp50.000.000,- – Rp50.000.000,-
dalam bentuk natura

Beban PPh Rp15.000.000,- Rp15.000.000,- – Rp15.000.000,-

Total Koreksi Beda Tetap Pada Beban Rp115.000.000,-

Total Penghasilan Kena Pajak (Setelah Koreksi Beda Tetap) Rp1.165.000.000,-

Koreksi Beda Waktu Koreksi Fiskal (+) Koreksi Fiskal (–)  

Penyusutan Komersil < Fiskal   (Rp60.000.000,-) (Rp60.000.000,-)

Amortisasi Fiskal < Komersial Rp30.000.000,-   Rp30.000.000,-

Total Penghasilan Kena Pajak (Setelah Koreksi Beda Tetap dan Beda Waktu) Rp1.135.000.000,-
Perhitungan
• Dari rekonsiliasi fiskalPPhdiatas
Kurang/ Lebih Dibayar
diketahui bahwa(Beban Pajak Kini) Kena Pajak
Penghasilan
adalah Rp1.135.000.000,- 25% x kecil dari Laba Sebelum
atau lebih Rp283.750.000
Pajak
Pajak Penghasilan Terutang
Rp1.135.000.000,- ,-
Rp1.200.000.000,-. Sehingga sesuai dengan ketentuan bila Laba Sebelum
PPh Dibayar Dimuka (Kredit Pajak)    
Pajak (komersial) lebih besar dari Penghasilan Kena Pajak (fiskal) akan
PPh Pasal 22 Rp20.000.000,-  
muncul Kewajiban Pajak Tangguhan sebesar tarif PPh Badan dikali dengan
PPh Pasal 23 Rp10.000.000,-  
perbedaan temporer (beda waktu)Rp15.000.000,-
PPh Pasal 24
yang terjadi.  
1. Pasal
PPh Perhitungan
25 PPh Kurang/ Lebih Dibayar (Beban Pajak Kini)  
Rp45.000.000,-
Total Kredit PajakKewajiban Pajak Tangguhan
2. Perhitungan   Rp90.000.000,-
PPh Kurang Dibayar (Beban
Perhitungan Kewajiban Pajak Tangguhan Rp193.750.00
 
Pajak Kini) 0,-
Kewajiban Pajak Tangguhan = Tarif PPh Badan x Jumlah Beda Temporer

= 25% x Rp30.000.000,-

= Rp7.500.000,-
3. Jurnal Pencatatan
Beban Pajak Kini Rp283.750.000,- –
Beban Pajak Tangguhan Rp 7.500.000,- –
          Kewajiban Pajak Tangguhan – Rp 7.500.000,-
          PPh Pasal 22 (Kredit Pajak) – Rp 20.000.000,-
          PPh Pasal 23 (Kredit Pajak) – Rp 10.000.000,-
          PPh Pasal 24 (Kredit Pajak) – Rp 15.000.000,-
          PPh Pasal 25 (Kredit Pajak) – Rp 45.000.000,-
          Kewajiban PPh Pasal 29 – Rp 193.750.000,-

Penyajian dalam laporan keuangan (Laporan Laba/Rugi)


Laba Sebelum Pajak   Rp 1.200.000.000,-
Beban Pajak Kini   (Rp 283.750.000,-)
Beban Pajak Tangguhan   (Rp 7.500.000,-)
Total Laba Bersih   Rp 908.750.000,-

Sehingga setelah diperhitungkan dengan beban pajak kini (PPh Pasal 29 akhir tahun)
dan beban pajak tangguhan, jumlah laba bersih PT RUC adalah Rp908.750.000,-.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai