Anda di halaman 1dari 9

BEBERAPA DILEMA

 Dalam praktik cenderung ada individu/kelompok


budaya yang menentang atau ingin meniadakan
multikulturalisme.
 Dalam praktik, multikulturalisme cenderung
untungkan ikatan budaya minoritas, dan merugikan
ikatan budaya matoritas.
 Dalam praktik, sebagian prinsip multikulturalisme
berbenturan dengan prinsip profesionalisme.
 Keseluruhan dilema praktik multikulturalisme
berdimensi etik.
MAKNA DAN KATEGORI
ETIKA
 Etika adalah nilai perihal baik dan buruk yang more or less
bersifat universal bagi manusia.
 Kategori etika: universal, umum/publik/WN, komunal, profesi.
 Etika universal → mengikat individu sebagai manusia, sifatnya
universal.
 Etika umum/publik/WN → mengikat individu sebagai anggota
WN dalam kehidupan bersama di ranah publik.
 Etika komunal → mengikat individu sebagai anggota komunal
dalam kehidupan bersama di ranah komunal.
 Etika profesi → mengikat individu sebagai anggota profesi yang
spesifik dalam kehidupan bersama di ranah profesinya.
TUJUAN ETIKA
 Menjadi dasar dalam hubungan fungsional antar individu manusia
dalam beragam ranah kehidupannya.
 Mengatasi atau paling tidak membatasi penderitaan manusiawi dalam
semua bentuk dan dimensinya.
 Etika Multikultural → bertujuan menghadirkan kehidupan
umum/publik/WN yang damai dan saling menopang → ko-eksistensi
dan pro-eksistensi.
PERSPEKTIF
ETIKA MULTIKULTURALISME
 Mengandaikan adanya beragam cara untuk memaknai dan mengurai
dimensi dalam etika.
 Perspektif tak mengurai perihal “salah” dan “benar”, tapi terkait dengan
“keyakinan terhadap asumsi-asumsi tertentu”.
 Etika multikulturalisme → etika universal yang dipraktikkan sebagai
etika umum/publik/WN.
PERSPEKTIF MAX WEBER
 Dua macam etika :
 1. Etika kemutlakan tujuan.
 2. Etika tanggungjawab.
PERSPEKTIF PETER L. BERGER
 Mengacu pada pendekatan dialektika negatif, maka ada dua keharusan
utama dalam etika :
 1. Calculus of pains.
 2. Calculus of meanings.
IMPERATIF ETIK
 Manusia harus selalu menjadi pusat dan tujuan, serta subyek dan
pengemban segala upaya kehidupan.
 Seyogyanya bersifat “utopianisme realistik”.
BAGAIMANA INDONESIA?
 Apa yang terjadi dgn etika multikulturalisme di Indonesia sekarang?
 Mengapa hal itu terjadi?
 Siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan?
 Adakah keadaan itu dianggap bermasalah?
 Jika YA, bagaimana mengatasinya? Dan, siapa yang harus memulainya?

Anda mungkin juga menyukai