Analisis teori kritis tidak dipusatkan pada kebenaran atau ketidakbenaran
struktur tata bahasa. Analisis kritis menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Teori Kritis bisa dianggap sama dengan paradigma kontruktivisme dengan tiga alasan sebagai berikut: Teori kritis menyakini jika ilmu pengetahuan di konstruksi atas dasar kepentingan manusia. Penelitian dibuat sangat bergantung pada nilai-nilai
peneliti atau subjek.
Standard penilaian ilmiah bukan ditentukan prinsip
verifikasi atau falsifikasi, tetapi pada konteks sosial-
historis dan kerangka pemikiran yang digunakan oleh peneliti atau subjek. Secara metodologis, perspektif kritis mengajukan metode dialog dengan transformasi untuk menemukan kebenaran relaitas yang hakiki. Secara epitemologis, hubungan antara pengamat dan realitas yang menjadi objek merupakan suatu hal yang tidak bisa dipisahkan. Aliran teori kritis ini sebenarnya tidak dapat dikatakan
sebagai suatu paradigma, tetapi lebih tepat disebut
ideologically oriented inquiry, yaitu suatu wacana atau cara pandang terhadap realitas yang mempunyai orientasi ideologis terhadap paham tertentu. Pengertian Ideologi Dalam pengertian yang netral, ideologi setidaknya mengandung prinsip-prinsip yang koheren, komprehensif, dan jelas. Ketiga syarat tersebut menjadi syarat terjaminya kepercayaan manusia terhadap suatu pemikiran sebelum pemikiran tersebut dilaksanakan dalam tingkatan empiris. Pengertian paling umum tentang ideologi adalah
sebagai seperangkat sistem yang diyakini atau sebuah
sistem ide. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, yang bisa dipahami sebagai antitesis dari ilmu pengetahuan, yang bisa disamakan dengan pra konsepsi atau elemen- elemen tidak rasional yang mengganggu. Sebagai suatu jalan dalam menerjemahkan ide-ide
kedalam praktek, pengertian ideologi mendapat
penajaman dari kaum Hegelian Kiri yaitu Feurbach dan Karl Marx. Karl Marx dan Marxisme Karl Marx (1818-1883) merupakan seorang filsuf yang memiliki pengaruh beasr dan mendalam bagi perkembangan ilmu pengetahuan sosial. Pemikirannya menjadi inspirasi dasar bagi “Mrxisme” sebagai ideologi perjuangan kaum buruh dan menjadi komponen inti dalam ideologi komunisme. Berangkat dari pandangan tentang realitas manusia yang kongkrit corak pemikiran filsafat Karl Mark sebagian besar dapat dilihat dalam sebuah risalah pendek yang berjudul Theses on Feurbach( dalil-dali tentang feurbach). Dalam hal pemikiran, watak revolusioner filsafat Marx muncul dalam bentuk sosialisme ilmiah (scientific sosialism). Corak ilmiah yang dapat dilihat dalam rumusan bahwa sosialisme yang akan menggantikan kapiotalisme adalah hasil perkembangan masyarakat dalam sejarah dengan mengacu pada pengaruh dialektis. Materialisme Historis, materialisme adalah paham serba benda.dari mulai ini, Marx meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan oleh keradaan material. Bentuk dan kekuatan produksi material saja tidak menentukan proses perkembangan dan hubungan-hubungan sosial manusia serta formasi politik, tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial. Pemikiran Marx ini juga kemudian dijadikan dasar klasifikasi sejarah peradaban Eropa ke dalam empat periode: komunisme primitif, perbudakan, feodalisme dan kapitalisme. Periode sejarah yang terkahir, kapitalisme merupakan masa transisi ke zaman yang mengarah kepada terbentuknya “kediktatoran ploretariat”. Teori Perjuangan Kelas, menurut Marx, riwayat dari setiap masyarakat adalah sejarah pertentangan kelas. Hal tersebut dinyatakan Marx dalam kalimat pembuka dari Manifesto Komunis yang ditulisnya bersama Engels. Konsep perentangan kelas merupakan pokok persoalan yang diturunkan dari cara produksi dan hubungan produksi yang timpang dalam masyarakat. Konsep kelas dan pertentangan kelas sendiri tidak terletak pada kenyataan bahwa ada orang kaya dan ada orang miskin, tapi lebih pada persoalan apakah yang menyebabkan sebagian orang menjadi kaya sementara sebagian lainya tetap hidup miskin. Konsep dalam konteks ini menjadi dasar bagi munculnya ide bahwa perbedaan status sosial tidak tergantung hanya pada individu-individu, melainkan bergantung pada perbedaan kelompok tertentu karena dipaksakan oleh keadaan sosialnya. Ideologi dalam Pandangan Louis Althusser Louis Althusser (1918-1990) dianggap sebagai pemikir pertama yang merevisi konsep ideologi dalam tradisi marxis. Althusser menawarkan pemikiran ulang secara besar-besaran terhadap kategori-kategori Marxis klasik. Pemikiran Althusser sendiri mendapat pengaruh dari pemikiran strukturalisme, ternama pada pandangan yang menyatakan bahwa ideologi hanya dapat dipahami melalui strukturnya. Althusser melihat adanya kesenjangan epistemologi antara pemikiran Marx muda dan Marx tua yang ilmiah. Pemikiran Marx tua terlihat jelas dalam Das Kapital yang menekankan pada determinisme ekonomi dan keharusan sejarah. Althusser melihat Marx tidak merumuskan pemikiran mengenai ideologi yang cukup berarti karena ia terlalu memandang ideologi sebagai representasi dari basis ekonomi (daya dan relasi produksi) dan kurang mencermati keberadaan berbagai institusi ( agama, pendidikan, keluarga dan lain sebagainya). Teori Hegemoni Antonio Gramsci Konsep “ Hegemoni” Gramsci pertama kali muncul di tahun 1926 dalam Notes on the Soutbern Question. Gramsci mencatat bahwa sebuah kelompok menjadi hegemonik bilaman kelompok tersebut mengartikulasikan kepentingan sektoralnya sebagai kepentingan umum, lalu merealisasikannya dalam kepemimpinan moral dan politik. Teori Hegemoni Gramsci merupakan sebuah upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Marx yang masih tersisa: apa saja yang di kontrol oleh ideologi? Apa hubungan dan perbedaan antara dominasi ideologi dengan politik? Bisakah keragaman ideologi dijelaskan, baik untuk keunggulan atau kejatuuhannya? Apa artinya jika orang-orang mempercayai sebuah ideologi? Hegemoni sendiri memiliki makna yang lebih luas dari ideologi. Sebuah ideologi belum menjadi hegemoni jika efeknya hanya muncul pada kelompok tertentu saja. Gramsci meletakan pengertian hegemoni dalam konteks pelaksaan politik dua arti, pertama, dalam arti pelaksanaan politik yang melibatkan tindak kekerasan, penindasan dengan menggunakan senjata, peyiksaan fisik, dan intimidasi tangan besi. Kedua, pelaksanaan politik yang tampil dalam penguasaan intelektual dan moral. Cultural Studies Cultural Studies, adalah sebuah kajian yang mencoba mengamati tindakan-tindakan institusi masyarakat ( diantaranya melalui media) dalam menyebarkan atau memengaruhi cara pandang dan tindakan khalayak. Komunikasi, terutama melalui media, memainkan peranan yang penting dalam memengaruhi budaya tertentu melalui penyebaran informasi. Cultural Studies, lahir ditengah-tengah semangat Neo- Marxisme yang berupaya mendefinisikan ulang Marxisme sebagai perlawanan terhadap dominasi dan hegemoni budaya tertentu. Secara lebih jelas, Cultural Studies mengemukakan definisi budaya sebagai berikut: pertama, budaya adalah “pemikiran-pemikiran yang sama menjadi sandaran atau rujukan masyarakat, atau cara-cara kolektif dalam memahami pengelaman hidupnya. Kedua, budaya adalah “praktik-praktik cara hidup dari satu kelompok, atau apa yang dilakukan secara materil oleh individu dari hari ke hari”. Feminisme Komunikasi dalam perspektif kontemporer tidak sekedar mengkaji pesan dan komunikan, tetapi lebih dalam lagi ke wilayah bahasa, strategi penggunaan bahasa dan ideologi yang berada di balik bahasa. Berita, iklan, atau apapun yang mengkomunikasikan suatu pesan atau informasi merupakan bagian dari kajian komunikasi. Feminisme berasal dari kata latin Femina yang berarti memiliki sifat keperempuanan. Inti gerakan ini adalah kesadaran terhadap adanya diskriminasi, ketidakadilan dan subordinasi terhadap kaum perempuan. Feminisme merupakan pengalaman hidup, sebagai feminisme tidak terlepas dari sejarah kemunculannya, yaitu dari masyarakat patriarki. Dari sejarah hidup itulah kemudian lahir kaum perempuan yang mempunyai kesadaran feminis. Feminis sebagai alat perjuangan politik bagi pembebasan manusia. Berangkat dari kesadaran feminisme ini, perempuan ingin melepaskan diri dari penindasan dan ketidak adilan yang dialaminya. Feminisme sebagai aktivitas intelektual, artinya gerakan feminisme berusaha memberi pemahaman mengenai aspek-aspek kehidupan sosial seperti: kekuatan apa yang perlu dimiliki untuk melakukan perubahan kerah perbaikan nasib kaum perempuan, mengetahui apa yang harus di perjuangkan.