Anda di halaman 1dari 11

KIMIA LINGKUNGAN

Larutan Standar

POLTEKKES JAKARTA II
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2015
LARUTAN
Definisi Larutan
Larutan adalah Campuran homogen atau serba sama antara 2 zat
atau lebih. Zat yang jumlahnya banyak disebut pelarut (solven) dan
zat yang jumlah nya sedikit disebut zat terlarut (solut, komposisi
zat terlarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan,
sedangkan proses pencampuran zat terlarut dengan pelarut
membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi)
Pelarut biasanya aquades dan pelarut–pelarut organik lainnya.
Banyak sedikitnya zat terlarut dalam larutan menentukan
kepekatan larutan, larutan yang banyak mengandung zat terlarut
disebut larutan pekat sedangkan yang mengandung sedikit zat
terlarut disebut larutan encer.
Sifat Koligatif Larutan
Sifat Koligatif larutan yaitu sifat yang ditentukan oleh
konsentrasi.
Ada 4 hal Sifat Koligatif Larutan yaitu
1. Kenaikan titik didih
2. Penurunan titik beku
3. Tekanan osmotik
4. Penurunan tekanan uap

Keempat hal ini ditentukan oleh konsentrasi atau banyaknya


partikel zat terlarut makin besar konsentrasi makin besar pula
sifat koligatifnya
Larutan Standar (Larutan Baku)
Definsi Larutan Standar/Baku
Larutan standar (Larutan baku) adalah larutan yang
konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi
sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi
sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan
menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.

Larutan Standar
Primer
Larutan Standar
Larutan Standar
Sekunder
Larutan Standar (Baku) Primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya
diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa),
dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum
diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah
dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam
volume tertentu.

Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.

Syarat-syarat larutan baku primer :


 Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada
suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat
ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
Larutan Standar (Baku) Primer
Syarat-syarat larutan baku primer :
 Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara;
kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
  Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji
kualitatif dan kepekaan tertentu.
  Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan
massa ekuivalen yang besar.
 Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
  Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat
stoikiometrik dan langsung.
Larutan Standar (Baku) Sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui
dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni.
Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode
titrimetri. 
Contoh: AgNO3, KMnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
 Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku
primer.
 Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil
kesalahan penimbangan
 Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Standarisasi (Faktorisasi)
Standarisasi merupakan suatu proses yang digunakan
untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan.
Larutan standar kadang-kadang dapat dibuat dengan
menimbang secara teliti sejumlah contoh solut yang digunakan
dan melarutkannya ke dalam volume larutan yang secara teliti
diukur volumenya. Cara ini biasanya tidak dapat dilakukan,
karena relatif sedikit pereaksi kimia yang dapat diperoleh
dalam bentuk cukup murni untuk memenuhi permintaan
analis akan ketelitiannya.
Standarisasi (Faktorisasi)
Beberapa zat tadi yang memadai dalam hal ini disebut
standar primer. Suatu  larutan lebih umum distandarisasikan
dengan cara titrasi yang pada proses itu ia bereaksi dengan
sebagian berat dari standar primer.
Untuk titrasi asam basa biasanya dibuat larutan-larutan
asam atau basa dengan sekitar konsentrasi yang diinginkan
dan kemudian distandarisasikan salah satu dari larutan dengan
suatu standar primer. Larutan yang dengan demikian telah
distandarisasikan dapat dipakai sebagai suatu standar
sekunder untuk memperoleh normalitas larutan yang lainnya
(Day, 1998).
Untuk pekerjaan yang sangat teliti sepatutnya kedua asam
dan basa distandarisasikan sendiri-sendiri terhadap standart
primernya .Standart primer yang sering yang sering
digunakan untuk larutan –larutan Basa ialah :
1 . Kalium Hidrogen Ptalat ( KHP)
2 . Asam sulfamat
3 . Kalium hidrogen Iodat
Yang merupakan standart primer Asam Kuat ialah :
1 . Natrium Karbonat
2 . Tris (hidrosimetil)aminometan yang dikenal dengan
TRISatau THAM .
Banyak standar primer dapat diperoleh untuk pereaksi redoks
antara lain :
1. Larutan KMnO4 --------standar primer AS2O3
2. Larutan KMnO4 --------standar primer Na2C2O4
3. Larutan K2Cr2O7 -----standar primer Fe
4. Larutan Na2S2O3 ------standar primer K2Cr2O7
Untuk Titrasi pengendapan dan pembentukan kompleks
digunakan garam-garam murni sebagai standar primer.
Larutan perak nitrat (AgNO3) dapat digunakan standar primer
Kalium atau Natrium Klorida .
Sedangkan larutan dari senyawa kompleks EDTA dapat digunakan
standar primer Kalsium Karbonat (CaCO3 ).

Anda mungkin juga menyukai