AIDS A. Faktor sosial-ekonomi, dan budaya yang memudahkan penularan HIV dan AIDS 1. Sosial ekonomi dalam penularan HIV dan AIDS Dimana ada sumber kehidupan suatu ekonomi, tempat dimana banyak orang dari berbagai latar belakang datang, bertemu, dan akibat negatif yang terjadi ialah timbul berbagai macam problem sosial, salah satunya penyebaran HIV dan AIDS yang semakin hari semakin tinggi.
2. Sosial budaya dalam penularan HIV dan AIDS
Perilaku seksual yang salah kiranya dapat menjadi faktor utama tingginya penyebaran HIV dan AIDS dari bidang sosial-budaya. Disamping itu, adanya budaya berganti pasangan ini merupakan penyebab timbulnya penyakit kelamin yang berujung pada HIV dan AIDS. B. Dampak HIV terhadap faktor sosial, ekonomi, dan budaya 1. Dampak sosial Adanya stigma dan diskriminasi akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat. ODHA serta HIV dan AIDS dapat kehilangan kasih sayang dan kehangatan pergaulan sosial. Sebagian akan kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan kerawanan sosial. 2. Dampak ekonomi HIV dan AIDS memperlambat pertumbuhan ekonomi dengan menghancurkan jumlah manusia dengan kemampuan produksi (human capital). Masih adanya stigma dan diskriminasi juga menjadi salah satu penyebab masalah ekonomi pada ODHA. Mereka tidak hanya tidak dapat nekerja, tetapi juga tidak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. 3. Dampak budaya a. Gaya Hidup b. Cara berpakaian c. Pergaulan Remaja C. Gender dan kaitannya dengan penularan HIV dan AIDS 1. Pengertian gender dan kesetaraan gender Gender adalah sebagai perbedaan peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan secara sosial. Kesetaraan gender adalah tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang dalam memperoleh kesempatan dan alokasi sumber daya, manfaat atau dalam mengakses pelayanan.
2. Gender dalam penularan HIV dan AIDS
Menurut UNAIDS (1999), hubungan antara gender dan risiko individu untuk terkena HIV dan AIDS adalah dalam hal: a. Sikap dan perilaku gender dapat meningkatkan risiko individu b. Perempuan selama ini dianggap pasif, sehingga tidak mempunyai kuasa dalam hubungan seksual dengan laki-laki untuk menuntut seks aman ataupun menolak seks. c. Kebanyakan upaya untuk memahami risiko individu HIV dan AIDS dari perspektif gender telah difokuskan kepada perempuan. d. Laki-laki harus lebih mengetahui masalah seksualitas daripada perempuan, sehingga perempuan tidak terinformasikan dengan baik mengenai seksualitas dan kespro. 3. Dampak terhadap gender
Pemahaman konsep gender amat penting dalam
konteks perawatan orang dengan HIV dan AIDS. Peran dan tanggung jawab laki-laki dalam perawatan ODHA dan AIDS harus ditingkatkan lagi. Untuk itu, perempuan yang selama ini dianggap sebagai Main Nurturer (Perawat/Pengasuh Utama) harus mulai dihilangkan.