Anda di halaman 1dari 54

RSUD

Kayuagu
ng

KEJANG DEMAM SEDERHANA DAN


TONSILOFARINGITIS AKUT

Oleh :

Arasy Al Adnin, S.Ked 04054821517040


Mentari Indah Sari, S.Ked 04054821517022

Pembimbing:
dr. T. Mirda Zulaicha, M.Ked(Ped), Sp.A
PENDAHULUAN

Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada


kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranium

2
PENDAHULUAN

Chung & Wong (2007), Berkisar 2%-5% Di RSMH pada


penyebab demam anak di bawah 5 periode tahun
pada kejang demam tahun pernah 2006-2008
adalah mengalami didapatkan angka
infeksi saluran nafas bangkitan kejang kejadian kejang
(79,5%), demam.  demam sebesar
gastroenteritis (5,5%), Di Amerika Serikat 37,2%.
roseola (2,9%), infeksi dan Eropa Lebih banyak pada
saluran kencing (1,1%) prevalensi kejang laki-laki dengan
dan bakteriemia demam berkisar perbandingan 1,3:1
(0,9%) 2%-5%.

3
LAPORAN KASUS
IDENTIFIKASI
• Nama : An. Anugrah
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 2 tahun 6 bulan (Lahir 18 September 2013)
• Nama Ayah : Alamsyah
• Nama Ibu : Indah
• Agama : Islam
• Suku Bangsa : Sumatera
• Alamat : Pedamaran
• No. Rekmed : 36.27.89
• Dikirim oleh : IGD
• MRS : 22 Maret 2016 (04:00 AM)

5
ANAMNESIS
(Alloanamnesis dengan ayah penderita tgl 22 Maret 2016)

• Keluhan utama : Kejang


• Keluhan tambahan : Demam, batuk

6
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT

• Sejak ± 5 hari SMRS, penderita batuk, berdahak berwarna bening, pilek


(-), sesak nafas (-), demam (-), muntah (-), BAB dan BAK biasa, makan
dan minum seperti biasa. Penderita belum dibawa berobat ke dokter.

• Sejak ± 21 jam SMRS, penderita demam, demam mendadak tinggi,


terus menerus namun tidak diukur dengan termometer. Penderita masih
batuk, berdahak (+), pilek (-), muntah (-), sesak nafas (-), BAB dan
BAK biasa.

7
• Sejak ± 1 jam SMRS, penderita kejang, kejang umum tonik klonik.
Frekuensi kejang 1x, lamanya 2-3 menit. Setelah kejang berhenti anak
menangis. Saat kejang demam (+) tinggi. Batuk (+), pilek (+), dan
sesak (-). Kemudian oleh keluarga penderita dibawa ke IGD RSUD
Kayuagung.

8
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat kejang sebelumnya disangkal
• Riwayat trauma disangkal

RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA


• Riwayat kejang demam di keluarga disangkal
• Riwayat epilepsi disangkal

9
RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

• Sakit saat hamil (-), perdarahan (-), demam saat hamil dan menjelang
hamil (-), minum jamu atau obat-obat diluar yang diberikan bidan (-),
KPSW (-), ketuban kental (-), hijau (-), bau (-)

• GPA : G3P2A0
• Masa kehamilan : Aterm (38 minggu)
• Partus : Spontan
• Penolong : Bidan
• Berat badan : 3200 gr
• Panjang Badan : 49 cm
• Keadaan saat lahir : Langsung menangis

10
RIWAYAT MAKANAN

Usia 0-6 bulan


• ASI eksklusif, frekuensi minum ASI tiap kali bayi menangis dan
tampak kehausan, frekuensi sebanyak 8-10 kali/hari dan lama
menyusui 8-10 menit, bergantian kiri dan kanan.

Usia 6-8 bulan


• Bubur susu 2-3 kali sehari satu mangkok kecil, dengan diselingi dengan
ASI jika bayi lapar. Buah pisang/ pepaya sekali sehari satu potong
(siang hari).

11
Usia 8-12 bulan
• Nasi tim 3 kali sehari satu mangkok kecil dengan sayur hijau/ wortel,
lauk ikan/ tempe, dengan diselingi dengan ASI jika bayi masih lapar.
Buah pepaya/pisang sehari 2 potong.

Usia 1 tahun – 2 tahun


• Diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan
lauk ikan, ayam/ tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. ASI masih
tapi hanya kadang-kadang. Buah pepaya/ pisang/ jeruk jumlah
menyesuaikan.

12
Usia 2 tahun – sekarang
• Diperkenalkan dengan makanan dewasa dengan sayur bervariasi dan
lauk ikan, ayam/ tempe, porsi menyesuaikan, 3 kali sehari. Buah
pepaya/ pisang/ jeruk jumlah menyesuaikan.

Kesan : Kualitas kurang dan kuantitas makanan cukup

13
RIWAYAT IMUNISASI

Jenis 0 I II III
- 1 bulan - -
1. BCG
- 2 bulan 3 bulan 4 bulan
2. DPT
Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
3. Hepatitis B
- 2 bulan 3 bulan 4 bulan
4. Hib
2 hari 2 bulan 3 bulan 4 bulan
5. Polio
- 9 bulan - -
6. Campak

Kesan : Imunisasi dasar lengkap

14
RIWAYAT PERKEMBANGAN
Motorik Kasar Bahasa
Mengangkat kepala : 3 bulan Bersuara “aah/ooh” : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan Berkata (tidak spesifik) : 6 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan Papa/mama (spesifik) : 10 bulan
Berdiri sendiri : 11 bulan Mengucapkan 6 kata : 15 bulan
Berjalan : 13 bulan Kombinasi kata : 18 bulan
Berlari : 15 bulan
Melompat : 2 tahun
Motorik halus Personal sosial
Memegang benda : 4 bulan Tersenyum : 2 bulan
Meraih benda : 7 bulan Mulai makan : 6 bulan
Menyusun kubus : 12 bulan Tepuk tangan : 9 bulan
Menara 2 kubus : 16 bulan Menggunakan sendok : 15 bulan
Memakai baju : 24 bulan

Kesan : Perkembangan anak sesuai usia 15


RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

• Tinggal di rumah sendiri dengan 5 anggota keluarga (Ayah, Ibu, dan 3


orang anak). Penderita merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara.
Ayah penderita bekerja sebagai pedagang. Ibu penderita seorang ibu
rumah tangga.

• Kesan : Sosioekonomi menengah

16
PEMERIKSAAN FISIK

• Keadaan umum : tampak sakit sedang


• Kesadaran : kompos mentis
• Nadi : 120 kali/ menit, isi dan tegangan cukup, reguler
• Pernapasan : 36 kali/ menit, reguler
• Suhu : 38,6 oC
• Berat badan : 12 kg
• Panjang Badan : 90 cm
• Saturasi O2 : 98 %
• Edema (-), sianosis (-), dispnue (-), anemia (-), ikterus (-), dismorfik (-)

Status Gizi
BB/U : 0 SD s/d -2 SD (kesan : normal)
PB/U : 0 SD s/d -2 SD (kesan : normal)
BB/PB : 0 SD s/d -1 SD (kesan : gizi baik)
17
KEADAAN SPESIFIK
• Kulit
sianosis (-), turgor kulit kembali cepat
• Kepala
Bentuk : normocefali, LK=47 cm (0 SD s/d -2SD = normal)
UUB : sudah menutup
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merata, alopecia (-)
Mata : mata cekung (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-),
refleks cahaya (+), pupil bulat, isokor, ¢ 3 mm
Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (-)
Telinga : bentuk normal, sekret (-/-), deformitas (-/-)
Mulut : sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
Tenggorok : uvula di tengah, dinding faring hiperemis, pembesaran tonsil,
T2-T2, hiperemis (+), detritus (-)
Leher : perbesaran KGB tidak ada, JVP 5-2 cmH2O
18
• Thorax
• Paru-paru
Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
Palpasi : strem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler normal, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

• Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : thrill tidak teraba
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : HR=120 kali/ menit, irama reguler, murmur dan gallop
tidak ada. Bunyi Jantung I dan II normal

19
• Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

• Lipat paha dan genitalia


Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada

• Ekstremitas
Akral hangat, sianosis tidak ada, edema tidak ada, CRT <3”

20
Pemeriksaan neurologis
• Fungsi Motorik
Tungkai Lengan
Pemeriksaan
Kanan Kiri Kanan kiri
Gerakan Segala arah Segala arah Segala arah Segala arah
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refleks fisiologis +N +N +N +N
Refleks patologis - - - -

• Fungsi sensorik : dalam batas normal


• Fungsi nervi kranialis : dalam batas normal
• Gejala rangsang meningeal : kaku kuduk (-), brudzinsky I, II (-),
kernig sign (-), Lasseque (-)
21
DIAGNOSIS BANDING
• Kejang Demam Sederhana dan Tonsilofaringitis akut
• Infeksi Intrakranial dan Tonsilofaringitis akut

22
DIAGNOSIS KERJA
• Kejang Demam Sederhana dan Tonsilofaringitis Akut

RENCANA PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan Hb, RBC, Leukosit, Ht, Trombosit, Diff count, CRP

23
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologis
• Rawat inap untuk menilai kemajuan terapi
• Edukasi orang tua kompres jika demam dan menerangkan tentang penyakit yang diderita
• Istirahat yang cukup

Farmakologis
• O2 nasal 2 liter/ menit
• IVFD KAEN 1B gtt 10 x/menit (makro)
• Injeksi Ampicillin 3x400 mg (IV)
• Injeksi Gentamisin 2x30 mg (IV)
• Injeksi Diazepam 1x3,6 mg (IV) jika kejang
• Diazepam pulvis 3x2 mg (P.O)
• Ambroxol syr 3x6 mg (3x2cc) (P.O)
• Parasetamol syr 3x120 mg (3x1 cth) (P.O)

24
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad functionam : bonam
• Quo ad sanationam : bonam

25
HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
(22 Maret 2016)

• Hb : 11,5 g/dl
• Eritrosit (RBC) : 4,7 x106/mm3
• Leukosit (WBC) : 10.600/mm3
• Hematokrit (Ht) : 33%
• Trombosit (PLT) : 264.000/µL
• Hit.jenis Leukosit: 0/0/1/56/35/8
• CRP kualitatif : (-) negatif

26
Follow Up
Tanggal 23 Maret 2016
S : Batuk (+), demam (-) A : Kejang Demam Sederhana dan
O: Tonsilofaringitis Akut
KU : Tampak sakit ringan
KS : Compos mentis P:
N : 118 x/menit IVFD KAEN 1B gtt 10 x/menit (makro)
T : 37,2 oC Injeksi Ampicillin 3x400 mg (IV) (2)
RR : 28 x/menit Injeksi Gentamisin 2x30 mg (IV) (2)
SpO2 : 98% Injeksi Diazepam 1x3,6 mg (IV) jika kejang
Kepala : Napas cuping hidung (-), Diazepam pulvis 3x2 mg (P.O)
konjungtiva anemis (-/-), faring, Parasetamol syr 3x120 mg (3x1 cth) (P.O)
hiperemis (+), Tonsil T2-T2, Ambroxol syr 3x6 mg (3x2 cc) (P.O)
hiperemis
Torax : Simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler normal, ronki (-),
wheezing (-)
Abd : Datar, lemas, hepar/lien tidak
teraba, BU (+) normal
Ekstre : Akral hangat
GRM : (-)

27
Tanggal 24 Maret 2016
S : Batuk (+), demam (-) A : Kejang Demam Sederhana dan
O: Tonsilofaringitis Akut
KU : Tampak sakit ringan
KS : Compos mentis P:
N : 116 x/menit IVFD RL gtt 10 x/menit (makro)
T : 36,7 oC Injeksi Ampicillin 3x400 mg (IV) (2)
RR : 28 x/menit Injeksi Gentamisin 2x30 mg (IV) (2)
SpO2 : 98% Injeksi Diazepam 1x3,6 mg (IV) jika kejang
Kepala : Napas cuping hidung (-), Diazepam pulvis 3x2 mg (P.O)
konjungtiva anemis (-/-), faring, Ambroxol syr 3x6 mg (3x2 cc) (P.O)
hiperemis (+), Tonsil T2-T2 Parasetamol syr 3x120 mg (3x1 cth) (P.O)
hiperemis Rencana konsul THT
Torax : Simetris, retraksi (-) Pasien pulang paksa
Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : Vesikuler normal, ronki (-),
wheezing (-)
Abd : Datar, lemas, hepar/lien tidak
teraba, BU (+) normal
Ekstre : Akral hangat
GRM : (-)

28
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi

• Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium (Arif, 2000). Kejang demam adalah kejang yang
berhubungan dengan demam (suhu diatas 39oC per rektal) tanpa
adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut,
terjadi pada anak berusia 9 bulan sampai 5 tahun dan tidak ada
riwayat kejang tanpa demam sebelumnya (Behrman et al, 2003).

30
Klasifikasi

Kejang Demam Sederhana


• Berlangsung singkat, kurang Kejang Demam Kompleks
dari 15 menit dan umumnya • Kejang lama > 15 menit
akan berhenti sendiri. • Kejang fokal atau parsial
• Kejang berbentuk umum tonik satu sisi atau kejang umum
dan atau klonik, tanpa gerakan didahului kejang parsial
fokal. • Berulang atau lebih dari 1
• Kejang tidak berulang dalam kali dalam 24 jam.
24 jam.

31
Patofisiologi

Hipoglikemia, hioertensi, Gangguan saraf


evaporesis, takikardi otonom

Perfusi jaringan Resiko tinggi Jalan nafas


Syok
tidak efektif trauma tidak efektif
32
Gejala Klinis
• Bangkitan kejang
o Bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi
o Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu
demam,
o Berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik –
klonik, tonik, klonik, fokal atau akinetik
• Gangguan pernafasan
• Kulit kebiruan
• Lidah atau pipinya tergigit
• Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)

33
Diagnosis

Anamnesis
• Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, penyebab
demam diluar susunan saraf pusat.
• Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam
keluarga.
• Singkirkan penyebab kejang lainnya (misalnya diare/muntah yang
mengakibatkan gangguan elektrolit, sesak yang mengakibatkan
hipoksemia, asupan kurang yang dapat menyebabkan hipoglikemia).

34
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran,
• Suhu tubuh >38oC,
• Tanda rangsal meningeal,
• Tanda peningkatan tekanan intrakranial (UUB menonjol, papil
edema),
• Tanda infeksi di luar SSP (ISPA, OMA, ISK, gastroenteritis dll),
• Pemeriksaan neurologis

35
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis dehidrasi
disertai demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan
misalnya darah perifer, elektrolit dan gula darah.

2. Pemeriksaan pungsi lumbal


• Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan,
• Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan,
• Bayi >19 bulan tidak rutin. Bila yakin bukan meningitis secara
klinis tidak perlu dilakukan pungsi lumbal

36
Pemeriksaan Penunjang
3. Pemeriksaan EEG
Untuk memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi pada pasien
kejang demam. Pemeriksaan dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam tidak khas misalnya kejang demam kompleks pada anak usia
lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

4. Pencitraan
Foto X- ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan, tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti; kelainan
neurologik fokal yang menetap (hemiparesis), paresis nervus VI, papil
edema.

37
Tatalaksana
1. Penatalaksanaan saat kejang

38
2. Pemberian obat saat demam
• Antipiretik
o Dosis Paracetamol yang digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali
diberikan 3-4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali.
o Dosis Ibuprofen 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali sehari.

• Antikonvulsan
o Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kgBB setiap 8 jam pada
saat demam menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30%-
60% kasus, begitu pula dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg
setiap 8 jam pada suhu > 38,5oC. Dosis tersebut cukup tinggi dan
menyebabkan ataksia, iritabel dan sedasi yang cukup berat pada
25-39% kasus.
o Fenobarbital, karbamazepin dan fenitoin pada saat demam tidak
berguna untuk mencegah kejang demam.
39
3. Tatalaksana rumatan
Indikasi
• Kejang lama > 15 menit
• Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah
kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy,
retardasi mental, hidrocephalus.
• Kejang fokal
• Pengobatan rumat dipertimbangkan bila;
o kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam,
o kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan,
o kejang demam ≥ 4 kali per tahun.

40
• Obat pilihan saat ini adalah asam valproat. Pada sebagian kecil kasus,
terutama yang berumur kurang dari 2 tahun asam valproat dapat
menyebabkan gangguan fungsi hati. Dosis asam valproat 15-40
mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam
1-2 dosis. Pengobatan rumat diberikan selama 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

41
Analisis Kasus
Anamnesis

• Seorang anak laki-laki, usia 2 tahun 6 bulan

Kejadian kejang demam lebih sering terjadi pada laki-laki dengan rasio
sebesar 1,3:1. Kejang demam juga sering terjadi pada anak usia 6 bulan
sampai 5 tahun.

43
Anamnesis

• Keluhan demam tinggi disertai batuk sebelum terjadi kejang.

• infeksi saluran nafas atas menjadi faktor utama terjadinya kejang


demam pada anak, diikuti dengan gastroenteritis, bronkopneumonia,
otitis media dan ISK (Rini, 2014).
• Pada kasus ini, infeksi saluran nafas atas menjadi faktor ekstrakranial
yang mencetuskan terjadinya kejang demam.

44
Anamnesis

• Kejang yang berlangsung 1 kali dengan lama 2-3 menit. Kejang


berupa kaku pada seluruh tubuh dan mata yang mendelik ke atas.
Tidak ditemukan riwayat kejang sebelumnya. Setelah kejang anak
menangis.

• Kejang terjadi <15 menit,


• Kejang bersifat umum tonik klonik
Kejang Demam
tanpa gerakan fokal, dan
Sederhana
• Kejang hanya terjadi 1 kali dan tidak
berulang dalam waktu 24 jam.

45
Pemeriksaan Fisik

• T: 38,6oC per axila,


• Faring hiperemis, pembesaran tonsil T2-T2 hiperemis
• GRM: (-) (Tidak ditemukan defisit neurologi)

• T >38oC merupakan suhu tinggi yang dapat memicu terjadinya kejang


• Tonsilofaringitis akut yang menjadi fokus infeksi
• Tidak ada defisit neurologis dapat menyingkirkan kejang yang
disebabkan oleh proses intrakranial

46
Pemeriksaan Penunjang

o Laboratorium
• Leukosit (WBC) : 10.600/mm3
• CRP kualitatif • Kemungkinan infeksi
: (-)
bakteri atau virus
• Hit.jenis Leukosit : 0/0/1/56/35/8

o Pemeriksaan pungsi lumbal untuk menyingkirkan meningitis pada anak ini


tidak rutin dilakukan karena anak ini telah berumur >18 bulan
o Pemeriksaan EEG dilakukan pada kejang demam yang tidak khas seperti KDK
pada anak >6 tahun atau kejang demam fokal

47
Diagnosis

• Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang


disimpulkan bahwa anak laki-laki, usia 2 tahun 6 bulan didiagnosa
menderita Kejang demam sederhana dan tonsilofaringitis akut.

48
• Skor centor : 2
Kriteria Poin
Temperatur >38oC 1
Tidak ada batuk 1
Pembesaran kelenjar leher anterior 1
Pembengkakan/eksudat tonsil 1
Usia:
3-14 tahun 1
15-44 tahun 1
≥45 tahun -1

49
Skor Resiko infeksi streptococcus Tatalaksana
≤0 1-2,5 % Kultur tidak dilakukan,
Antibiotik (-)
1 5-10 % Kultur tidak dilakukan,
Antibiotik (-)
2 11-17 % Kultur dilakukan,
Antibiotik jika kultur (+)
3 28-35 % Kultur dilakukan,
Antibiotik jika kultur (+)
≥4 51-53 % Kultur dilakukan,
Antibiotik empiris/sesuai kultur

50
Tatalaksana

1. O2 nasal 2 liter/ menit


2. IVFD RL gtt 10 x/menit (makro)
3. Antibiotik ampisilin 50-100 mg/KgBB/hari, diberikan IV dibagi 3
dosis
• BB 12 kg  1200 mg/hari
• Injeksi Ampisilin 3x400 mg IV
4. Antibiotik gentamisin 5-7 mg/KgBB/hari, diberikan IV dibagi 3 dosis
• BB 12 kg  60 mg/hari
• Injeksi Ampisilin 3x20 mg IV

51
5. Injeksi Diazepam 1x3,6 mg (IV) jika kejang
6. Diazepam 0,3-0,5 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis
• BB 12 kg  6 mg/hari
• Diazepam pulvis 3x2 mg (P.O)
7. Ambroxol 0,5 mg/kgBB/kali
• BB 12 kg  6 mg/kali
• Ambroxol syr 3x6 mg (3x1/2 cth) (P.O)
8. Parasetamol syr 3x120 mg (3x1 cth) (P.O) jika Temp >38,5oC

52
Indikasi pemberian obat rumatan
(1) kejang lama >15 menit,
(2) Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejang, misal hemiparesis, paresis Todd, Cerebral Palsy,
retardasi mental, dan hidrosefalus,
(3) Kejang fokal,
(4) Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami
epilepsi.

Os diberikan pengobatan intermiten

53
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai