oleh:
Dr Nurdianasari Dewi, SpOG
RSUD Dr. Soedirman Kebumen
Preeklamsia
Insiden preeklamsia di indonesia adalah 128.273/ tahun atau sekitar 5,3 %
Berkaitan dengan 40% persalinan prematur dan peningkatan Morbiditas
& mortalitas maternal & fetal
Morbiditas maternal yang timbul dapat berupa peningkatan bermakna
resiko hipertensi , penyakit jantung iskemik , stroke , dan tromboeboli
vena
Morbiditas janin dapat berupa gangguan pertumbuhan , berat badan
lahir rendah , peninggkatan resiko kelahiran preterm hingga IUFD
( PNPK preeklamsia)
Penegakan diagnosis
Didefenisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi
pada kehamilan diatas usia 20 minggu keatas
<
Faktor resiko
( PNPK preeklamsia)
Patofisiologi
Teori maladaptif imun
Pada preeklamsi
Terjadi abnormalitas ekspresi HLA G -- sel trofoblas tidak dikenali dengan baik
dihancurkan sel NK gagal Invasi (william obs 24 pg 97)
Kegagalan remodeling a.
spiralis
Preeklamsia NORMAL :
Terjadi kegagalan invasi sel trofoblas ke Trofoblas menginfasi tunika muskularis a.
lapisan tunika muskularis a. spiralis dan spiralis dan jaringan sekitar arteri ( jaringan
jaringan matrik sekitarnya matrik sekitar arteri menjadi gembur dan
lunak memudahkan memberikan ruangan
Dampak : a. spiralis untuk distensi dan dilatasi
• Peningkatan resistensi vaskuler dan Dampak :
penurunan aliran uteroplasenta • Penurunan resistensi vaskuler dan
peningkatan aliran uteroplasenta
Buku Kehamilan resiko tinggi , adhi P
Radikal bebas
Aliran uteroplasenta yang berkurang Plasenta iskemic dan hipoksia
2. Endotel yang rusak akan mengaktifkan faktor pembekuan darah yang akan
menghasilkan fibrin untuk menumpat lapisan endotel yang rusak , dampaknya :
Produksi tromboksan meningkat ( tomboksan adalah suatu vasokonstriktor
kuat )
Kadar fibronektin meningkat
Peningkatan endotelin 1 ( suatu vasokonstriktor kuat )
Ket :
VEGF ( vascular endotelial growth factor ): berfungsi menginisiasi vaskulogenesis,
angiogenesis dan meningkatkan lama dan fungsi dari sel trofoblas
Reseptor terbanyak pada plasenta adalah VEGF reseptor 1 dan VEGF soluble (dikenal pula
dengan sFlt-1 ) banyak terlibat pada kasus preeklamsia dan PJT
FGF ( fibrobals growth factor ) berkorelasi dengan pertumbuhan janin meningkat pada
diabetes ( ditandai dengan plasenta besar dan makrosomia)
Epidermal growth factor ( EGF ) meningkat pada serum pasien dengan penyakit trofoblas
Eklamsia
Amaurosis (kebutaan sementara)
Edema paru
Ruptur hepar
Sindrom HELLP
Hipertensi kronis
Kardiomiopati hipertensi
Abrupsio plasenta
Kerusakan organ target 12
Eklamsia
Peningkatan tekanan darah di otak mengakibatkan:
hilangnya autoregulasi dari CBF ( cerebral blood flow ) , terjadi vasokontriksi
pada pembuluh darah otak sehingga sel otak mengalami hipoksia
timbulnya nyeri sebagai respon hipoksia
Pecahnya pembuluh darah kecil edema serebri
Jenis kejang tonik klonik
Udem pulmo
Terjadi akibat :
1. gangguan permeabilitas kapiler
2. penurunan onkotik
3. peningkatan hidrostatik
CLINICAL CONFERENCE OBSTETRIC REPORT
Ameurosis ( kebutaan sementara)
HEPAR
HELLP sindrom
Kerusakan endotel hepatik terjadi aktivasi trobosit disertai agregasi
peningkatan konsumsi trombosit trombositopenia
Sumbatan pembuluh darah yang lebih proksimal menimbulkan
kematian hepatosit yang lebih luas berdampak pada hematoma sub
kapsular , peninggkatan SGOT , SGPT dan LDH
Kerusakan seluler akibat nekrosis parenkim yang iskemik deposit
fibrin pada eritrosit menyebabkan banyaknya eritrosit yang hancur
( hemolisis) ditandai sel Burr dan ekhinosit pada apus darah tepi
Pemecahan eritrosit berdampak pad peningkatan bilirubin
Hematoma subkapsular biasanya terjadi pada aspek anterior dan
superior hati-- > yang berdampak pada peregangan kapsular gibson
nyeri pada epigastrium
GINJAL
Obesitas
Sel lemak akan mengekspresikan sitokin
pro inflamasi ( TNF alfa, IL -1, dan IL6 )
yang merusak endotel
TNF alfa = memacu apoptosis sel
endotel ( nekrosis sel endotel)
IL 1 memacu pengeluaran ICAM -
pembentukan foam cell plaq
arterosklerosis
Monitoring
Kortikosteroid
Antihipertensi
Magnesium sulfat
Persalinan
TATALAKSANA UMUM
25
TATALAKSANA KONSERVATIF
Dilakukan di fasilitas
kesehatan sekunder dan
tertier dengan
pengawasan ketat pada
keadaan ibu dan janin
Pertimbangkan dengan
peningkatan risiko maternal
dan fetal (solusio plasenta,
gagal ginjal akut, edema
pulmo, DIC dan kematian)
Bila keadaan ibu
memburuk ® Terminasi
kehamilan
26
MONITORING
Monitoring dan persalinan
Manajemen kehamilan sebelum 34 minggu di rumah
sakit tersier
Pengawasan ketat ibu dan janin
Tanda vital ibu, balance cairan, kardiotokografi,
Doppler, laboratoriumserial (darah lengkap, panel
metabolik komprehensif, urinalisis, koagulasi, dan
laktat dehidrogenase)
Tambahan
Terapi Kortikosteroid, Magnesium Sulfat IV (hingga 48
jam), dan Antihipertensi direkomendasikan untuk
kehamilan antara 24-34 minggu
27
KORTIKOSTEROID
ACOG merekomendasikan terapi Kortikosteroid
antenatal untuk mempercepat kematangan paru
janin untuk wanita hamil yang terkena dengan
preeklamsia berat antara 24 – 34 minggu.
28
KORTIKOSTEROID
Untuk maturasi paru janin
Rekomendasi menggunakan Betametason (lebih
aman dan proteksi untuk otak janin)
Cochrane update : penggunaan Kortikosteroid pada usia
kehamilan 26-34 minggu, single course antenatal
dengan Bethametasone 12 mg, dua kali pemberian
Standar pemberian Kortikosteroid, pada usia 24-34
minggu kehamilan dengan Bethametason 12 mg im
perhari dalam 2 kali pemberian / per-12 jam, atau
Deksametason 6 mg iv setiap 12 jam, persalinan setelah
24 jam pemberia terakhir Kortikosteroid
Penggunaan Kortikoteroid berulang berisiko terhadap
berat bayi lahir rendah dan peningkatan risiko Cerebral
palsy
29
KORTIKOSTEROID
Pada wanita dengan HELLP
Syndrome
• Terapi Kortikosteroid
standar untuk maturasi
paru janin
• Terapi Deksametason
dosis tinggi untuk ibu
• Terapi dengan dosis
berulang untuk
mengurangi morbiditas
maternal dan
mempercepat
penyembuhan
MAGNESIUM SULFAT
• Diberikan pada pasien
preeklampsia berat dan dicurigai
Fungsi Sindroma HELLP
• Digunakan sebagai profilaksis untuk
kejang
ANTIHIPERTENSI
PERTIMBANGAN PERSALINAN