Anda di halaman 1dari 76

Pe n a t a l a k s a n a a n G i z i

Buruk

NOMENSEN BANUNAEK.,M.Kes
D e fi n i s i Gizi b u r u k

Malnutrisi Energi Protein (MEP) adalah seseorang yang kurang
gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan
protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan
penyakit tertentu.

Anak disebut MEP apabila berat badannya kurang dari
80% indeks berat badannya menurut umur (BB/U) baku
WHCS- NCHS. MEP merupakan defisiensi gizi (energi dan
protein) yang paling berat dan meluas tertutama pada
balita.
Marasmus

Marasmus adalah suatu keadaan

kekurangan kalori protein berat.


 Namun, lebih kekurangan kalori
daripada protein.
Kwashiorkor
sindrom klinis yang diakibatkan dari
defisiensi protein berat dan asupan kalori
yang tidak adekuat.

Penyebab terjadinya adalah inadekuatnya

intake protein yang berlangsung kronis.


D .I.E .T


Keseimbangan Gizi

Salah Asuhan Pola Makan

Mitos Maupun Adat Istiadat


dalam Kalangan
masyarakat tertentu.
P E N YA K I T & I N F E K S I


Tuberculosis ????

helminthes ????
(People Personal
Hygiene) 

M ALNUTRITION !!
!
 APAKAH ADA PENYEBAB YANG LAIN ?
BERBEDA ATAU DIBEDAKAN ?
DEAL W I T H T HE GOVERNMENT ?
 
patofisiologi
Bagaimana ini semua bisa
terjadi
?????
klasifikasi
WELLCOME TRUST PARTY

BERAT EDEM A ADA EDEM A TIDAK


BADAN/UM UR ADA
(%)
60 - GIZI KURANG KWASHIOKOR
80

< MARASMUS MARASMUS


60
-
KWASHIOKOR
klasifikasi 
GOMEZ (1956)

KATEGORI DERAJAT BB/U


KEP (%)

0 <90

1 89 - 75

2 74 –  60
3 <60
klasifikasi 
Antropometri
Penilaian awal pada anak
dengan kondisi gizi buruk 
ANAMNESIS

Asupan terbaru yang masuk
• Makanan yang biasanya dimakan
• ASI
• Durasi dan frekuensi terjadinya diare dan
mual
• Tipe diare ( cair / ada darah )
• Kehilangan nafsu makan
• Kondisi keluarga
• Batuk kronik
• Kontak dengan penderita TBC
• Baru kontak dengan penderita campak
• Diketahui / tersangka infeksi HIV
PENGAMATAN

Tanda  tanda dehidrasi / syok
 –  


Telapak tangan yang pucat sekali
• Tanda  tanda pada mata dengan defisiensi vitamin A :
 –  

  –   Konjungtiva / kornea kering


  –   Bercak Bitot
  –   Ulserasi kornea

Keratomalasia

Melokalisir tanda  tanda infeksi
 –  


Tanda  tanda infeksi HIV
 –  


Demam / hipotermia ( suhu rektal < 35,50C )

Ulkus pada mulut
• Eksudative disertai infeksi sekunder

Perubahan kulit pada kwashiorkor :
  –   Hipo atau hiperpigmentasi
  –   Deskuamasi
  –   Ulserasi

Pemeriksaan Laboratorium/radiologi
• Hemoglobin
-  Gula darah
-  urine rutin
-  Albumin, elektrolit (K, Na, cl)
-  serum zinc dll
-  thorax foto, USG dll
TANDA BAHAYA dan

A TANDA PENTING (A) 

PERAWATAN A WA L
PADA FASE STABILISASI
(B) 

L PERAWATAN LANJUTAN
PADA FASE
STABILISASI
(C) 

U PERAWATAN
PADA FASE TRANSISI (D) 

R
PERAWATAN

RPAEDHAA
Kondisi I :
Renjatan (syok), letargis, muntah, diare
atau dehidrasi.
- 1. Pasang O2 1-2L/menit,
- 2. Pasang infuse RL dan D10 %
dengan
perbandingan 1:1 (RLG 5 %)
- 3. Glukosa 10 % intravena (IV) bolus dengan
5 ml/kgBB bersamaan dengan ReSoMal 5 ml/kgBB
dosis
melalui NGT.
Kondisi II:
letargi, muntah, diare atau dehidrasi

B olus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan


dengan glukosa atau larutan gula pasir 10% melalui


 NGT sebanyak 50 ml.

Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara
oral/NGT setiap 30 menit, dengan dosis : 5 ml/kgBB
setiap pemberian.

Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.  
Kondisi III
ditemukan : muntah dan atau diare atau dehidrasi


Berikan 50 ml glukosa atau larutan gula pasir 10 % (oral/NGT).

 Berikan ReSoMal dalam 2 jam pertama secara oral/NGT
setiap 30 menit, dosis : 5 ml/kgBB setiap pemberian.
 

Catat frekuensi nadi, nafas dan pemberian ReSoMal.
Kondisi IV : ditemukan letargi

Bolus glukosa 10% intravena, 5 ml/kgBB, lanjutkan dengan glukosa


atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT sebanyak 50


ml.
Berikan F75 dalam 2 jam pertama setiap 30 menit, ¼ dari
dosis untuk 2 jam sesuai dengan berat badan(NGT).
Catat frekuensi nadi, nafas. 
Kondisi V
tidak ditemukan : renjatan (syok), letargi, muntah dan
atau diare atau dehidrasi
berikan glukosa atau larutan gula pasir 10 % melalui NGT
sebanyak 50 ml. Catat nadi, frekuensi nafas dan
kesadaran
28
• Fase Stabilisasi:
Fase awal  tindakan segera (atasi dan cegah
hipoglikemia, hipotermi dan dehidrasi),

keterlambatan akan berakibat kematian


Pemberian cairan, energi & protein ditingkatkan
secara
  bertahap untuk menghindari “overload”  gagal
jantung.
Berlangsung 1 – 2 hari dan dapat berlanjut sampai
1
minggu (sesuai kondisi klinis 29
anak)
• Fase Transisi:
Masa peralihan (dari stabilisasi ke rehabilitasi)
Peningkatan jumlah cairan dan konsistensi formula
dilakukan perlahan-lahan agar sel-sel usus
beradaptasi.

Berlangsung 1 minggu (umumnya)

30
• Fase Tindak lanjut:
Setelah anak dipulangkan dari RS/Puskesmas/Panti
Pemulihan Gizi
Makanan tumbuh kejar (Makanan keluarga
dan Pemulihan)
Berlangsung sampai 4 - 5 bulan

31
Tatalaksana rawat inap penderita Marasmus
Kwashiokor di Rumah Sakit terdapat 5 aspek
penting, yang perlu
diperhatikan :
  A. “ 1 0 langkah utama ” Tatalaksana Gizi buruk (dasar)
No Tindakan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak
  H 1-2 H 8-14 mg 3-6 mg 7 -
H 3-7
1.Mmencgeagtahsi
dhaipnoglikemia

2. Mencegah dan
mengatasi hipotermia

3.Mencegah dan
mengatasi  dehidras
guan keseimbangan
i elektrolit
5. Memperbaiki
4. Mengobati infeksi
gang-

6. Memperbaiki kekurangan tanpa +


zat gizi mikro Fe  Fe 
7. Memberikan makanan
utk stab & trans

8. Memberikan makanan
utk Tumb.kejar

9. Memberikan stimulasi
utk Tumb.kembang 33

10. mempersiapkan utk tindak


lanjut di rumah
(B  uku I : Buku Bagan Tata Laksana Gizi Buruk, tahun 2006, hal.
3)
34
35
HIPOGLIKEM I
A
• Kadar glukosa darah yang sangat rendah (< 3
mmol/liter atau < 54 mg/dl )

• Biasanya terjadi bersamaan dengan hipotermia

• Tanda lain: letargis, nadi lemah, kehilangan


kesadaran

36
HIPOGLIKEM IA
(lanjutan…) 
• Kematian karena hipoglikemia, kadang-kadang
hanya
didahului dengan tanda seperti mengantuk

•  Bila tidak ada fasilitas pemeriksaan kadar glukosa


darah, setiap anak gizi buruk yang datang harus dianggap
mengalami hipoglikemia  segera rawat/tangani sesuai
tatalaksana hipoglikemia  

37
CARA MENGATASI 
  Berikan larutan Glukosa 10% atau larutan
gula pasir 10%*) secara oral/NGT
(bolus) sebanyak 50 ml
  Berikan Larutan Glukosa 10% iv (bolus)
5 ml/ kgBB
  Selanjutnya berikan larutan Glukosa
10% atau larutan gula pasir 10%
secara oral atau NGT (bolus) sebanyak
50 ml
  Berikan cairan iv berupa Ringer Laktat dan

Dekstrosa/Glukosa 10% dengan


perbandingan 1:1 (=RLG 5%) sebanyak 15

  Selanjutnya berikan larutan Glukosa 10% iv


(bolus) sebanyak 5 ml/KgBB. 38
LANGKAH
2

39
HIPOTERM I
A
  Suhu aksiler < 36,5 C (ukur selama 5 menit)
  Biasanya terjadi bersama-sama dgn hipoglikemia
  Hipotermia + hipoglikemia: merupakan tanda dari

adanya infeksi sistemik serius terapi u/


ketiganya (hipotermia + hipoglikemia + infeksi)
  Cadangan energi anak gizi buruk sangat terbatas
tidak m am pu memproduksi panas untuk
mempertahankan suhu tubuh 40
HIPOTERM IA (lanjutan
….) 
  Pertahankan suhu tubuh anak gizi buruk
dengan cara menyelimuti tubuhnya dengan

baik.
  Tindakan menghangatkan tubuh = usaha

penghematan penggunaan cadangan


energi. 
41
Suhu tubuh 36,5   37,0 ºC
 –  

Mudah terjadi hipotermia  pertahankan suhu :

1. Tutuplah tubuh anak termasuk


kepala 2 . Hindari hembusan angin
3. Pertahankan suhu ruangan 25 –30C
4. Tetap selimuti pada malam hari
5. Jangan biarkan tanpa baju terlalu lama saat pemeriksaan
& penimbangan
6. Tangan yg merawat harus hangat
7.Segera ganti baju atau peralatan tidur yang basah
8. Segera keringkan badan setelah mandi
9. Jangan gunakan botol air panas utk menghangati
  kulit terbakar 42
anak
Suhu tubuh < 36,5
ºC (hipotermia) Tindakan
hangatkan tubuh :
1.Cara “ kanguru” : kontak
langsung kulit ibu

dan kulit anak


2. Lampu: diletakkan 50 cm
dari tubuh anak
3. M onitor suhu setiap 30
menit
- suhu sdh normal?
mencapai 43
37- suhu
  C tdk terlalu tinggi?
4. Hentikan pemanasan bila
suhu tubuh sudah
LANGKAH
3

44
TANDA
DEHIDRASI

5
45
dan mulutnya kering
TANDA DEHIDRASI
(lanjutan…) 
No
6

8 46
LANGKAH
4

47
48
49
LANGKAH
5

50
PETUNJUK PEM BERIAN
ANTIBIOTIKA

51
PETUNJUK PEMBERIAN ANTIBIOTIKA
(lanjutan…..) 
LANGKAH
6

53
DOSIS TABLET BESI DAN SIRUP
BESI

BENTUK FORMULA Fe DOSI S

TABLET BESI/FOLAT Bayi usia 6   < 12 bln –   1 x sehari ¼


(sulfas ferosus 200 mg atau tab
60 mg besi elemental +
0,25 mg as folat)  Anak usia 1 5 –     thn   1 x sehari ½ tablet

SIRUP BESI Bayi 6   < 12 bulan


 –   1 x sehari 2 ,5
(sulfas ferosus 150 ml), ml
setiap 5 ml mengandung (½ sendok teh)
30
mg besi elemental  Anak usia 1 –  5 thn   1 x sehari 5 ml
10 mg ferosulfat (1 sendok teh)
setara
dengan 3 mg besi
Catatan: Fe diberikan setelah minggu ke2 (pada fase rehabilitasi)
elemental
54
(Bagan Tata Laksana Gizi Buruk, Buku I, hal. 15)
DOSIS KAPSUL VITAM IN A DOSIS TINGGI
UNTUK ANAK UMUR 6 BULAN SAMPAI 5
TAHUN

Umur  Dosis 

55
DOSIS VITAM IN DAN M INERAL
UNTUK ANAK UMUR 6 BULAN SAMPAI 5
TAHUN

Dosis

 Vitamin C

 Asam Folat

56
LANGKAH
7

57
PADA ANAK GIZI
BURUK

58
PADA ANAK GIZI BURUK (Lanjutan
….) 

59
LANGKAH
8

60
PADA ANAK GIZI BURUK (Lanjutan
….) 
PADA ANAK GIZI BURUK (Lanjutan
….) 
LANGKAH
9

63
64
HAL-HAL
YANGPENTING
HARUS DIPERHATIKAN

1. Jangan berikan Fe sebelum minggu ke 2


(Fe diberikan pada fase rehabilitasi)

2. Jangan berikan cairan intra vena, kecuali syok


atau dehidrasi berat

3. Jangan berikan protein terlalu tinggi

4. Jangan berikan diuretik pada penderita


kwashiorkor
65
66
M EM PERSIAPKAN TINDAK
LANJUT DI RUM AH
Bila gejala klinis sudah tidak ada dan BB/TB-PB
> - 2 SD  ” anak sembuh”  

Pola pemberian makan yang baik dan


stimulasi harus tetap dilanjutkan di rumah

Berikan contoh kepada Orang Tua:


a. menu dan cara membuat makanan dengan

kuamnudru dnagna nb etirnagtg bi aednaenrg ai


67
daakn. bermain
b.nTerapi padat giziterstruktur
sesuai (lihat buku II,

lampiran 4, hal. 53)


MEMPERSIAPKAN TINDAK LANJUT DI RUMAH
(lanjutan….) 

Sarankan :
•  makanan dengan porsi kecil dan sering
sesuai
dengan umur anak
•  kontrol secara teratur:
Bulan I : 1 x/ minggu
Bulan II : 1 x/ 2 minggu
Bulan : 1 x/ bulan
•   III - VI
Suntikan/ imunisasi dasar BCG, Polio,
DPT, Campak, Hepatitis B dan ulangan
(booster)
(Anak gizi buruk tidak dianjurkan
imunisasi campak, fas6e
tetapi pada semua anak gizi buruk harus diberikan 8
imunisasi campak sebelum anak pulang, setelah
rehabilitasi)

 Anak :

1. Selera makan baik, makanan yang diberikan


dihabiskan 2. Ada perbaikan kondisi mental
3. Sudah tersenyum, duduk, merangkak, berdiri, berjalan, sesuai
umurnya 4. Suhu tubuh berkisar antara 36,5 – 37,5 C
5. Tidak ada muntah atau
diare 6. Tidak ada edema
7. Kenaikan berat badan > 5 g/kgBB/hari, 3 hari berturut-
turut

69
ANAK GIZI BURUK
(lanjutan…..) 
Ibu/pengasuh:

1. Sudah dapat membuat makanan yang diperlukan


untuk tumbuh kejar di rumah

2. sudah mampu merawat serta memberikan


makan dengan benar kepada anaknya

Institusi lapangan:

Puskesmas/Pos Pemulihan Gizi/Posyandu telah siap 70


menerima rujukan paska perawatan
B. Pengobatan penyakit penyerta 

Defisiensi vitamin A

Dermatosis

Parasit/cacing

Tuberkulosis

C. Kegagalan pengobatan 
Kegagalan pengobatan tercermin pada angka kematian
dan kenaikan berat badan tidak adekuat pada fase
rehabilitasi
D. Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas

Dirumah harus diberi makanan tinggi energi (150
Kkal/kgBB/hari) dan tinggi protein (4-6
gr/KgBB/hari).

Beri anak makanan yang sesuai (energi atau protein) dengan

porsi paling sedikit 5 kali sehari



Makanan selingan diantara makanan utama

Suplementasi vitamin dan mineral/elektrolit

Teruskan ASI.
E. Tindakan pada
kegawatan
Syok  cairan intravena

Cairan intravena : Dekstrosa 5 % : NaCl 0,9 % (1:1) atau


larutan
Ringer dengan kadar dekstrose 5 % sebanyak 15 ml/KgBB
dalam satu jam pertama. Evaluasi setelah 1 jam.

 
Komplikasi  

Pada anak dengan gizi buruk dapat ditemukan penyakit


penyerta antara lain :

Masalah pada mata

Anemia berat

Lesi kulit pada kwashiorkor

Diare persisten (giardiasis dan kerusakan mukosa usus,
intoleransi laktosa, diare osmotik)
Prognosis 


Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang
tinggi ,

kematian sering disebabkan oleh karena infeksi, sering tidak


dapat dibedakan antara kematian karena infeksi atau karena
malnutrisi

sendiri.

Prognosis tergantung dari stadium saat pengobatan
mulai

dilaksanakan.


Dalam beberapa hal walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila

 penyakitnya progesif kematian tidak dapat dihindari,


mungkin disebabkan perubahan yang irreversibel dari set-sel tubuh
akibat
Thanks for your attention
5/20/2018 PenatalaksanaanGiziBurukPPT-slidepdf.com

Anda mungkin juga menyukai