Anda di halaman 1dari 7

KEKERASAN

DALAM RUMAH
TANGGA
Sit Dolor Amet
Tema

01 02 03
Apa itu kekerasan dalam Informasi terbaru Alur layanan dan peran
rumah tangga? kekerasan dalam rumah negara dalam
tangga selama masa penanganan.
pandemi. (Data
pengaduan dan Survey)
Apa yang dimaksud dengan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) ?

KDRT atau domestic violence merupakan kekerasan berbasis gender yang terjadi di ruang pribadi. Kekerasan ini banyak terjadi dalam
relasi pribadi tersebut, biasanya pelaku adalah orang terdekat atau yang dikenal baik oleh korban. Catatan Tahunan Komnas Perempuan
tahun 2020 menyebutkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga paling banyak korbannya istri, dan kedua adalah anak perempuan.
Kekerasan dalam rumah tangga juga dapat terjadi pada pekerja rumah tangga.

Dari 14.719 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun 2019 yang disampaikan pada Catatan Tahunan 2020, terdapat 6555
kasus kekerasan terhadap istri. Sementara kekerasan terhadap Anak Perempuan sebanyak 2.341. Keduanya adalah kasus di dalam
Kekerasan dalam Rumah Tangga yang terjadi pada istri dan anak perempuan. Dalam kasus KDRT ini selain fisik, psikis, penelantaran
ekonomi juga terdapat marital rape dan inses (naik 13%).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU PKDRT) sejak 16 tahun lalu dan
telah diimplementasikan dalam pencegahan dan penanganan perempuan korban kekerasan.

Undang undang ini merupakan jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak
pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga [UU No.23 Tahun 2004, Pasal 1 (2)].
Apa tujuan dibentuk UU PKDRT?

Tujuan dari adanya UU PKDRT, sebagaimana disebut dalam Pasal 4, meliputi:

1) mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga;

2) melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga;

3) menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga;

4) memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.

◦ Pasal 1 UU PKDRT mendefinisikan KDRT sebagai,

◦ ... perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau
perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.
KDRT dimasa Pandemi

Sepanjang tahun 2020 Januari-Pertengahan April, jumlah KDRT sebanyak 148 kasus yang diadukan ke Komnas Perempuan. Pengaduan
di masa pandemi ini menggunakan system online karena menerapkan kebijakan pembatasan sosial dalam skala besar, sehingga tidak
sebanyak Ketika pengaduan langsung diberlakukan.

Oleh karena itu untuk mengetahui fakta situasi KDRT dalam masa pandemi, Komnas Perempuan melakukan survey dan telah terkumpul
sebanyak 2285 responden, terdiri dari tema beban kerja yang lebih banyak dialami oleh perempuan. Sementara itu dalam hal KDRT
selama Pandemi COVID-19 secara umum kekerasan psikologis dan ekonomi lebih umum dialami oleh responden daripada jenis
kekerasan lainnya. Untuk kekerasan psikologis, 15,3%, atau 289 perempuan, menjawab kadang-kadang mengalami, dan 3,5%, atau 66
perempuan, menjawab sering mengalami. .
Alur Layanan dan Peran Pemerintah
Komnas Perempuan tidak memiliki kewenangan melakukan penanganan kasus melainkan melakukan pemantauan, pencegahan,
pengkajian, dan pendokumentasian, serta mengeluarkan rekomendasi kepada pemerintah. Namun untuk memenuhi kebutuhan korban,
Komnas Perempuan memiliki unit khusus untuk menerima pengaduan yang disebut Unit Pengaduan dan Rujukan.

Unit ini untuk tujuan pendokumentasian kekerasan terhadap perempuan, melakukan analisis kekerasan berbasis gender, mengetahui
kebutuhan korban, serta memberikan rujukan kepada Lembaga-Lembaga pendamping dan penanganan yang disebut mitra rujukan baik
pemerintah maupun masyrakat.

Selain itu Komnas Perempuan mengeluarkan surat rekomendasi untuk mendorong apparat hukum untuk memahami situasi korban dan
percepatan proses hukum yang adil untuk korban, ataupun pendamping psikis korban. Tidak sedikit kebutuhan korban yang minta
pendampingan psikis (konseling), dan ini yang paling sulit karena sangat sedikit Lembaga layanan korban dalam bidang psikologi,
kalaupun ada berbiaya sangat mahal. Sementara dalam hal pendampingan hukum, sudah banyak Lembaga layanan yang secara swadaya
membantu korban.
◦ Peran Pemerintah yang paling penting adalah pertama memahami kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga terutama kekerasan
berbasis gender terhadap perempuan. Banyak kasus istri sebagia korban yang diputarbalikan dengan UU KDRT, misalnya sekolah lagi
atau bekerja, dianggap melakukan penelantaran rumah tangga.

◦ Kedua, memberikan akses keadilan dalam proses hukum baik oleh pihak kepolisian maupun pengadilan.

◦ Ketiga, layanan psikologi khususnya untuk perempuan (yang banyak menjadi korban), untuk memulihkan dan menguatkan
kondisinya.

◦ Keempat, Lembaga-Lembaga layanan korban seperti P2TP2A masih belum tersebar banyak sampai ke wilayah-wilayah terpencil, dan
demikian pula Rumah Aman, apabila korban membutuhkan penyelamatan akibat adanya ancaman nyawa, dll.

Anda mungkin juga menyukai