PENGERTIAN SEWA GUNA USAHA Istilah sewa guna usaha merupakan terjemahan yang diambil dari bahasa Inggris leasing yang berasal dari kata lease yang berarti sewa atau lebih umum sebagai sewa-menyewa. Meskipun demikian, antara sewa guna usaha (leasing) dan sewa-menyewa biasa tidaklah sama. Ada beberapa persyaratan dan kriteria tersendiri yang membedakan antara sewa guna usaha dengan sewa-menyewa, karena dalam pengertian sewa guna usaha mengandung ciri-ciri objeknya berupa barang modal, pembayarannya secara berkala dalam jangka waktu tertentu, adanya hak opsi serta perhitungan nilai sisa atas objeknya. secara umum sewa guna usaha merupakan suatu equipment funding, yaitu suatu kegiatan pembiayaan dalam bentuk peralatan atau barang modal pada perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi. Mengenai definisi sewa guna usaha ini ada banyak pendapat, Berikut ini adalah kutipan dari beberapa pendapat tersebut. The Equipment Leasing Association di London, Inggris sebagaimana disitir oleh Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal memberikan definisi sebagai berikut : “Leasing adalah perjanjian (kontrak) antara lessor dan lesse untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lesse. Hak atas pemilikan barang modal tersebut ada pada lessor, adapun lesse hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran usang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu.”. Menurut Pasal 1 ayat (1) Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Pendustrian, dan Menteri Perdagangan No.122, No. 32, No 30 Tahun 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing, ditentukan bahwa yang dimaksud dengan leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modaluntuk digunakan oleh suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang modal yang bersangkutan, atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama. Adapun dalam Pasal 1 angka (9) Keppres No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan ditentukan, bahwa perusahaan sewa guna usaha (leasing company) adalah badan usaha yang melakukan usaha pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease maupun operating lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dalam pengertian sewa guna usaha terkandung enam unsur, yaitu: 1. Pembiayaan perusahaan. Pembiayaan di sini tidak dilakukan dalam bentuk sejumlah dana, tetapi dalam bentuk peralatan atau barang modal yang akan digunakan dalam proses produksi. 2. Penyediaan barang modal. Peralatan atau barang modal ini biasanya disediakan oleh pabrikan atau supplier atas biaya dari lessor untuk dipergunakan oleh lesse. 3. Pembayaran sewa secara berkala. Lesse membayar harga barang modal kepada lessor secara angsuran, sebagai imbalan penggunaan barang modal berdasarkan perjanjian sewa guna usaha. 4. Jangka waktu tertentu, yaitu lamanya waktu sewa guna usaha yang dimulai sejak diterimanya barang modal leh Lesse sampai dengan perjanjian sewa guna usaha berakhir. 5. Adanya hak pilih (opsi) bagi lesse. Pada akhir masa leasing, lesse mempunyai hak untuk menentukan apakah dia ingin membeli barang modal tersebut, memperpanjang perjanjian sewa guna usaha ataukah mengembalikan barang modal tersebut kepada lessor. 6. Nilai sisa (residual value) yaitu nilai barang modal pada akhir masa sewa guna usaha yang telah disepakati oleh Lessor dengan Lesse pada awal masa sewa guna usaha. PENGATURAN SEWA GUNA USAHA Sewa guna usaha merupakan salah satu bentuk lembaga pembiayaan yang kegiatannya berupa penyediaan barang modal bagi lesse guna mengembangkan dan meningkatkan usahanya. Di Indonesia, lembaga ini secara formal masih relatif baru, yaitu baru ada pada tahun1974 dengan dikeluarkannya beberapa surat keputusan menteri yang mengatur tentang sewa guna usaha, yaitu a. Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustruab, dan Menteri Perdagangan No. 122, No. 32, No. 30 Tahun 1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. b. Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 649 Tahun 1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang Perizinan Usaha Leasing. c. Surat Keputusan Mentersi Keuangan No. 650 Tahun 1974 tanggal 6 Mei Tahun 1974. Ketiga surat keputusan menteri di atas merupakan titik awal sejarah perkembangan pengaturan sewa guna usaha sebagai lembaga bisnis pembiayaan di Indonesia. Keberadaan dan aktivitas dari sewa guna usaha ini dilakukan tidak hanya berdasarkan kehendak para pihak saja, yaitu antara lessor & lesse yang dituangkan dalam bentuk perjanjian, tetapi juga diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan yang bersifat publik administratif. Albdulkadir Muhammad dan Rilda Murniati berpendapat bahwa sewa guna usaha sebagai salah satu bentuk bisnis pembiayaan bersumber dari berbagai ketentuan hukum,baik perjanjian maupun perundang-undangan. Perjanjian adalah sumber hukum utama sewa guna usaha dari segi perdata, adapun perundang-undangan adalah sumber hukum utama sewa guna usaha dari segi publik. Segi Hukum Perdata 1) Asas Kebebasan Berkontrak Hubungan hukum yang terjadi dalam kegiatan sewa guna usaha selalu dibuat secara tertulis (kontrak) sebagai dokumen hukum yang menjadi dasar kepastian hukum (legal certainty). Kontrak sewa funa usaha ini dibuat berdasarkan atas asas kebebasan berkontrak yang memuat rumusan kehendak berupa hak dan kewajiban dari pihak lessor dan pihak lessee. 2) Undang-Undang di Bidang Hukum Perdata sumber hukum sewa guna usaha yang berasal dari undang- undang di bidang perdata, yaitu ketentuan sewa-menyewa dalam Buku III KUH Perdata, dan ketentuan dari berbagai undang-undang di luar KUH Perdata yang mengatur asepk perdata dari sewa guna usaha. Segi Hukum Publik Sebagai usaha yang bergerak di bidang jasa pembiayaan, sewa guna usaha banyak menyangkut kepentingan publik terutama yang bersifat administratif. Oleh karena itu, perundang-undangan yang bersifat publik yang relevan berlaku pula pada sewa guna usaha. Perundang-undangan tersebut terdiri atas undang-undang, peraturan pemberintah, keputusan presiden, dan keputusan menteri. 1) Undang-Undang di Bidang Hukum Publik Berbagai undang-undang di bidang administrasi negara yang manjdai sumber hukum utama sewa guna usaha adalah sebagai berikut: • Undang-Undang No. 3 Tahun 1983 tentang Wajib Daftar Perusahaan dan peraturan pelaksanaanya. • Undang-Undang NO. 7 Tahun 1992 jo. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan peraturan pelaksanaanya. • Undang-Undang No. 12 Tahun 1985, Undang-Undang No. 7 Tahun 1991, Undang-Undang No. 8 Tahun 1991 dan peraturan pelaksanaannya, semua tentang Perpajakan. • Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan dan peraturannya pelaksanaanya. • Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan pelaksanaannya. 2) Peraturan tentang Lembaga Pembiayaan Peraturan tentang lembaga pembiayaan yang mengatur sewa guna usaha antara lain adalah : • Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. • Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, yang kemudian diubah dan disempurnakan dengan Keputusan Menteri Keuangan No.468 Tahun 1995 • Peraturan khusus tentang sewa guna usaha, yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 1169 Tahun 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha (leasing) KEUNGGGULAN DAN KELEMAHAN SEWA GUNA USAHA Sewa guna usaha sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan dibandingkan dengan sumber pembiayaan lainnya terutama bank. Menurut Munir Fuady keunggulan atau kelebihan dari sewa guna usaha adalah sebagai berikut. 1. Adanya fleksibilitas. Fleksibilitas ini terutama dalam hal dokumentasi, jaminan, struktur kontraknya, besardan jangka waktu pembayaran angsuran oleh lesse, nilai residu, dan hak opsi bagi lesse. 2. Biaya relatif murah. Dalam sewa guna usaha relatif tidak memerlukan biaya yang besar, karena prosedur dalam sewa guna usaha relatif sederhana. Dalam praktik biasanya semua biaya diakumulasikan ke dalam satu paket, antara lain meliputi biaya konsultan, biaya pengadaan dan pemasangan barang, dan biaya asuransi. 3. Penghematan pajak. Sistem perhitungan pajak untuk sewa guna usaha yang meringankan, sehingga pembayaran pajaknya lebih hemat. 4. Pengaturan tidak terlalu kompleks sebagaimana terhadap kredit bank. Ini sangat menguntungkan bagi lessor, mengingat perusahaan pembiayaan tidak perlu harus melaksanakan banyak hal, seperti diwajibkan untuk suatu bank. 5. Kriteria lesse yang longgar. Dibandingkan dengan fasilitas kredit bank, persyaratan dalam sewa guna usaha bagi lesse lebih longgar. 6. Resiko pemutusan kontrak. Lesse diberi hak berupa kemudahan untuk memutuskan kontrak, tetapi lessor juga dapat menjual barang modal kapan saja dengan harga yang dapat menutupi bahkan melebihi dari sisa utang lessee. Dengan demikian, tidak banyak resiko bagi lessor maupun lessee jika terjadi pemutusan kontrak di tengah jalan. 7. Pembukuan yang lebih mudah. Pembukuan dalam sewa guna usaha lebih mudah dan menguntungkan bagi perusahaan lesse. Bahkan cukup reasonable pula jika transaksi leasing ini dimasukan sebagai pembiayaan secara off balance sheet. 8. Pembiayaan penuh. Tidak jadang pula pembiayaan sewa guna usaha diberikan sampai dengan 100% (full pay out). Hal ini akan sangat membantu bagi perusahaan lesse yang baru berdiri. 9. Perlindungan dampak kemajuan teknologi. Lessee dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang dusewa mengalami ketinggalan model karena pesatnya kemajuan teknologi. Dalam kontrak sewa guna usaha bisa dicantumkan klausul bahwa barang modal dapat ditukar dengan barang modal yang sama yang lebih canggih jika di kemudian hari ada penemuan baru yang lebih unggul. Di samping keunggulan di atas, sebagaiman juga pada lembaga bisnis lain, sewa guna usaha juga mempunyai beberapa kelemahan. Di antara kelemahan tersebut adalah sebagai berikut. a. Biaya bunga yang tinggi. Karena perusahaan sewa guna usaha juga memperoleh biaya dari bank, maka kedudukan lessor hanyalah sebagai perantara saja bagi lesse. Untuk itu lessor akan mendapatkan keuntungan margin tertentu. Konsekuensinya, perhitungan bunga ataupun kompensasi terhadap bunga dalam transaksi sewa guna usaha akan relatif lebih tinggi. b. Biaya marginal tinggi. Kedudukan lessor sebagai perantara antara penyedia dana (bank) dengan pihak lesse, menyebabkan mata rantai distribusi dana menjadi lebih panjang. Konsekuensinya tentu biaya akan menjadi lebih tinggi mengingat perantara juga memerlukan fee sebagai kompensasi atas jasa-jasanya. c. Kurangnya perlindungan hukum. Pengaturan sewa guna usaha masih kurang memadai dibanding dengan sektor perbankan. Perlindungan hukum bagi para pihak hanya sebatas pada iktikad baik dari masing-masing pihak tersebut. Selanjutnya sesuai dengan hukum pasar, maka pihak yang kedudukannya lemah akan kurang terlindungi hak atau kepentingan. Akibat lain dari pengaturan yang masih kurang memadai ini adalah kurang terjaminnya unsur fairness, tidak predictable dan kurang adanya kepastian hukum. d. Proses eksekusi yang sulit. Dalam hal pembayaran cicilan macet, tidak ada suatu prosedur yang khusus untuk eksekusi sewa guna usaha, sehingga jika terjadi sengketa harus diselesaikan lewat pengadilan. Ini tentu saja akan banyak menghabiskan waktu dan biaya serta hasilnya tidak predictable yang bagi perusahaan sewa guna usaha sangat riskan. Selama sengketa, barang modal berada pada status quo (setelah adanya sita revindikator), yang berarti barang modal masih dikuasai oleh lesse dan nilai ekonomisnya akan terus trurun sebagai akibat terjadinya proses amortisasi. TUGAS 1. Butalah tabel klasifikasi bentuk-bentuk lembaga pembiayaan di Indonesia. 2. Tabel berisikan jenis lembaga pembiayaan, nama perusahaan lembaga pembiayaan, layanan pembiayaan yang diberikan, serta keterangan lain bila diperlukan. Contoh No Jenis Lembaga Nama Layanan Catatan Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan 1 Keperasi Mekar Jaya 1. Simpan 1. Untuk Abadi Pinjam menerima 2. Usaha layanan UMKM hanya 3. dst kepada anggota koperasi tersebut 2. dst
Idea bagi padanan hartanah yang inovatif: Kerja mudah agensi hartanah: Pemadanan hartanah: Cara yang cekap, mudah dan profesional broker hartanah melalui portal pemadanan hartanah yang inovatif