1011 Saraf 09 Manajemen Cidera Kepala
1011 Saraf 09 Manajemen Cidera Kepala
S
Depatemen Ilmu Penyakit Saraf
FK UII Yogyakarta
1
Penyebab utama kematian
< 45 tahun
3
Epidemiology
250,000 concussions/yr in
contact sports
50-80% minor head injuries
8 deaths/yr in football
4
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
DENGAN TEPAT
DISABILITAS ↓
KEMATIAN ↓
5
Definisi
Trauma kapitis adalah trauma mekanik
terhadap kepala baik secara langsung
ataupun tidak langsung yang
menyebabkan gangguan fungsi neurologis
yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi
psikososia baik temporer maupun
permanen.
Tulang
Cedera Kepala Otak
(Oslon, 2002)
Aksonal
7
Perub struktur :
Fraktur : linier, depressed, fragmented.
Perdarahan : intraserebral, ekstraserebral, epidural.
Subdural.
Edema : unilateral, difus.
Cedera akson : cacat struktur otak, bila berat dan difus
terjadi vegetative states, coma yang terjadi akut stl
trauma.
8
9
Biomechanics of Traumatic Head Injury
11
Types Of Injuries
Skull fractures.
Concussion.
Hematoma.
12
Epidural Hematoma
13
Subdural Hematoma
14
Intracerebral Hemmorhage
15
Lanjutan. . .
Cedera kepala dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Mekanisme : Trauma tumpul dan trauma tembus
2. Keparahan : Minor, ringan, sedang, berat dan sangat
berat
3. Morfologi cedera :
a. Fraktur tengkorak : kranium dan basis
b. Lesi/hematoma intrakranial
Klasifikasi berdasarkan mekanisme, keparahan
dan morfologi cedera
Mekanisme : berdasarkan adanya penetrasi
durameter
Trauma tumpul :
Kecepatan tinggi, contoh : tabrakan otomobil
Kecepatan rendah, contoh : terjatuh, dipukul
Trauma tembus
Contoh : luka tembus peluru dan cedera
tembus lainnya
17
Types of Damage in Brain Injury (Stamp, 2000)
18
Keparahan cedera
Ischemia Trauma
20
CEDERA KEPALA
Ro” tengkorak
22
(Hoffman dkk., 1996)
1
Gejala Fisik/Somatik 2
Nyeri kepala
Dizzines Gejala kognitif
Nausea
Vomitus Gangguan memori
Gangguan perhatian,
3 Gangguan berfikir kompleks
Gejala emosional/kepribadian
Kecemasan
Iritabilitas
23
Indikasi
HEAD CT SCAN (Greenberg, 2001; Turner, 2000)
GCS: < 14
Unresponsiveness
Defisit lokal
Amnesia
Gangguan status mental
Perburukan status neurologis
Ada bukti fraktur basis cranii/
calvaria
24
(Jin & Bullard, 2002)
Direkomendasikan
Risiko Tinggi:
• GCS < 15 pada 2 jam paska trauma
• Fraktur Terbuka/Depressed
• Fraktur Basis Kranii
• Muntah > 2 kali
• Umur > 65 thn
25
(Suseno, 2002)
1. Muntah
2. Nyeri Kepala
3. Refleks Babinski
26
AMNESIA
Retrograd (ketidakmampuan
menghubungkan apa yang terjadi sebelum
cedera)
Anterograd (pasien gagal mengingat apa
yang terjadi setelah kejadian)
hati-2 pada pengguna alkohol atau obat
dan malingering
27
Tujuan: Mencegah Cedera Sekunder
(Tunner, 2000)
Cedera Kepala
(Teasdale, 2000)
Obat : Neuroprotektan
(Teasdale, 1997)
28
I. KONSENSUS UMUM
Trauma kapitis --> penyebab kecacatan
dan kematian yang tinggi dalam neurologi.
Masalah kesehatan : orang muda, sehat
dan produktif >>>
Manajemen trauma kapitis dibagi dua :
- Non operatif (>>) : neurologi
- Operatif : bedah saraf
29
Klasifikasi
Klasifikasi trauma kapitis berdasarkan :
Patologi
1.1. Komosi serebri
1.2. Kontusio serebri
1.3. Laserasio serebri
2. Lokasi lesi
2.1. Lesi diffus
2.2. Lesi kerusakan vaskuler otak
2.3. Lesi fokal
30
2.3.1. Kontusio dan laserasi serebri
2.3.2. Hematoma intrakranial
2.3.2.1. Hematoma ekstradural
(hematoma epidural)
2.3.2.2. Hematoma subdural
2.3.2.3. Hematoma intraparenkhimal
2.3.2.3.1. Hem. Subarakhnoid
2.3.2.3.2. Hem. Intraserebral
2.3.2.3.3. Hem. Intraserebellar
31
3. Derajat kesadaran berdasarkan SKG
Kategori SKG Gambaran Klinik CT Scan otak
Catatan :
1.Pedomam triase di gawat darurat
2.Perdarahan intrakranial (CTscan) -->trauma kapitis berat 32
Diagnostik paska perawatan
Minimal Ringan Sedang Berat
CT Scan N N
34
Pemeriksaan Klinis Umum dan
Neurologis
Penilaian SKG
Penilaian fungsi vital
Otorrhea, Rhinorrhea
Ecchymosis periorbital bilateral
Ecchymosis mastoid bilateral/battle’s Sign
Gangguan fokal neurologik
Fungsi motorik : lateralisasi, kekuatan otot
Refleks tendon, refleks patologis
Pemeriksaan fungsi batang otak
Pupil : Ukuran, bentuk, isokor/anisokor
Refleks kornea
Doll’s eye phenomen
35
Hematome Epidural
Perdarahan yang terjadi antara tabula interna
– duramater. Hematom masif akibat pecahnya
a.meningea media atau sinus venosus
Tanda Diagnostik Klinis :
- Lucid interval (+)
- Kesadaran makin menurun
- Late hemiparese kontralateral lesi
- Pupil anisokor
- Babinsky (+) kontralateral lesi
- Fraktur di daerah temporal
36
Hematoma epidural di fossa
posterior
Gejala dan tanda klinis :
- Lucid interval tidak jelas
- Fraktur kranii oksipital
- Kehilangan kesadaran cepat
- Gangguan serebellum, batang otak dan
penapasan
- Pupil isokor
Penunjang Diagnostik :
HCTS : hiperdens di tulang tengkorak dan dura,
umumnya temporal dan tampak bikonveks
37
Hematoma subdural
Perdarahan yang terjadi diantara duramater –
arakhnoid akibat robeknya bridging vein
Hematoma Subdural akut
Gejala dan tanda klinis :
- Sakit kepala
- Kesadaran menurun +/-
Penunjang diagnostik :
- HCTS : Hiperdens antara duramater dan
araknoid akibat robeknya bridging vein tampak
seperti buan sabit
38
Hematom Intraserebral
Perdarahan parenkim otak akibat
pecahnya arteri intraserebral mono atau-
multiple
39
Fraktur Basis Kranii
1. Anterior
- rinorea
- racoon eye (ekimosis periorbital bilateral)
- anosmia
2. Media
- otorea
- parese n VII & VIII
3. Posterior
- ekimosis mastoid bilateral
Penunjang diagnostik :
- tes halo
- HCTS
40
41
Diffuse Axonal Injury (DAI)
Prolonged coma
Disfungsi saraf otonom
Demam tinggi
HCTS : awal – normal, perdarahan (-),
edema (-), kontusio (-)
ulangan setelah 24 jam : edema
otak luas
42
Perdarahan Subarakhnoid
Traumatika
Kaku kuduk
Nyeri kepala
Gangguan kesadaran ±
HCTS : perdarahan (hiperdens) di ruang
subarakhnoid
43
III. KONSENSUS MANAJEMEN
DI UGD
44
Penanggulangan Trauma Kapitis
Akut
1. Survei primer
A = Airway
B = Breathing (target O2 > 92%)
C = Circulation
- TDS > 90 mmHg
- Nacl 0.9% atau RL
- Hindari cairan hipotonis
- Kalau perlu obat vasopresor & inotropik
--> konsul bedah saraf berdasarkan indikasi
D = Disability ( mengetahui lateralisasi dan kondisi
umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan
neurologi)
45
2. Survei sekunder
E = Laboratorium
- Darah : Rutin, ureum, kreatinin,
GDS, AGD dan elektrolit
- Radiologi : Foto kepala, HCTS dll
F = Manajemen Terapi
- Operasi pasien yang indikasi
- Ruang rawat
- penanganan luka-luka
- terapi obat-obatan sesuai kebutuhan
46
Indikasi Operasi
1. Epidural hematome
a. >40cc + midline shift dengan fx batang
otak baik
b. >30cc fossa posterior + td penekanan
batang otak atau hidrosefalus dengan
fungsi batang otak baik
c. EDH progresif
d. EDH tipis dengan penurunan kesadaran
bukan indikasi operasi
47
2. Subdural hematome
a. SDH luas (>40cc/5mm) dgn GCS>6
fungsi batang otak baik
b. SDH tipis + kesadaran↓ bukan indikasi
operasi
c. SDH + edema serebri/kontusio serebri
disertai midlineshift dengan fungsi
batang otak baik
48
3. Perdarahan Intraserebral paska trauma
a. penurunan kesadaran progresif
b. Hipertensi, bradikardi & tanda
gangguan nafas (cushing refleks)
c. perburukan defisit neurologi fokal
4. Fraktur impresi > 1 diploe
5. Fraktur kranii + laserasi serebri
6. Fraktu kranii terbuka
7. Edema serebri berat + TIK↑
49
Kasus Ringan
1. Pemeriksaan status umum dan neurologi
2. Perawatan luka-luka
3. Pasien pulang dengan penawasan ketat
48 jam : edukasi jika ada gejala dibawah ini
- cenderung mengantuk
- sakit kepala cenderung memberat
- muntah proyektil
4. Indikasi rawat :
- Gangguan orientasi
- Sakit kepala dan muntah
- Tidak ada yang mengawasi di rumah
- Letak rumah jauh dari RS
50
IV. KONSENSUS DI RUANG
RAWAT
51
A. Kritikal – SKG 3-4
Perawatan di unit Intensif Neurologi
B. Trauma Kapitis sedang dan berat-SKG 5-12
1. Lanjutkan penanganan ABC
2. Pantau tanda vital, pupil, SKG, ekstremitas spi sadar
(Observation Chart), cegah :
- TDS < 90 mmHg
- Suhu >38°C
- Frekuensi nafas > 20X/mnt
3. Cegah TIK :
- Posisi kepala 30°
- Manitol 20% :
Dosis awal : 1 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam
6 jam : 0.5 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam
12 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam
24 jam : 0.25 gr/kgBB, drip cepat dalam ½-1 jam
- Analgetika, kalau perlu sedasi jangka pendek.
4. Atasi komplikasi
52
4. Atasi komplikasi :
– Kejang : profilaksis OAE slm 7 hr untuk mencegah
immediate & early seizure pada kasus risti
– Infeksi akibat fraktur : profilaksis antibiotika slm 10-14
hr
Gastrointestinal – perdarahan lambung
Demam
DIC : pasien trauma tertutup cenderung mengalami
koagulopati akut
5. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat
6. Roburansia, neuroprotektan, nootropik sesuai
indikasi.
C. Trauma kapitis ringan (Komosio serebri)
1. Dirawat 2 x 24 jam
2. Tidur dengan posisi kepala 30°
3. Simptomatis : analgetika, anti emetik sesuai
kebutuhan
53
V. KONSENSUS
NEURORESTORASI DAN
NEUROREHABILITASI
54
1. Evaluasi defisit neurologi
a. Parese nervus kranialis
b. Parese motorik
c. Gangguan sensorik
d. Gangguan otonom
e. Koordinasi
f. Neurobehavior (kognitif dan emosi) :
- TOAG
- MMSE : - dilakukan setelah nilai TOAG > 75
- di ruangan
- < 30 kirim di divisi neurobehavior
g. Status mental neuro lengkap (divisi neurobehavior)
2. Program restorasi sesuai defisit yang didapat
3. Membuat discharge planning
4. Mengirim pasien ke pusat rehabilitasi
55
Farmakoterapi Cedera Kepala
Obat
neuroprotektif/serebroprotektif/ensefalotropik/neur
otropik otak.
56
Citilcholin
Meningkatkan pembentukan kholin dan menghambat
pengrusakan fosfatidilkholin
Pada metabolisme neuron meningkatkan ambilan glukosa,
menurunkan pembentukan asam laktat, mempercepat
pembentukan asetilkholin dan menghambat radikalisasi
asam lemak dalam keadaan iskemik
Meningkatkan biosintesa dan mencegah hidrolisis
kardiolipin
Memelihara asam arakhidonat terikat pada fosfatidilkolin
Merangsang pembentukan glutation yang merupakan
antioksidan otak terhadap radikal bebas hidrogen
peroksida dan lipid peroksida
Mengurang peroksidasi lipid
Mengembalikan aktivitas Na+/K+ATPase
57
Pirasetam
58
LAMPIRAN 1
ALGORITMA PENATALAKSANAAN TRAUMA KEPALA
Trauma Kepala
Saraf
CKR (GCS 14-15) CKS (9-13) CKB < 9 Konsultasi Bagian Terkait
Observasi
Minimal 24 jam
Head CT Scan
BLPL
Intra Cerebral Hematom > 30 cc (+) dan atau Intra Cerebral Hematom > 30 cc (-) dan
Sub Dural Hematom Luas (+) dan atau Sub Dural Hematom Luas (-) dan
Epidural Hematom (+) dan atau Epidural Hematom (-) dan
Fraktur depressed (+) dan atau Fraktur depressed (-) dan
Fraktur impressi (+) Fraktur impressi (-)
Fraktur terbuka (+) Fraktur Terbuka (-)
GCS 14-15
CT Scan kepala
Pulang dengan edukasi pada caregiver
Cedera Intrakranial Fraktur Kalvaria Tanpa cedera intrakranial dan fraktur kalvaria
Mondok
Kemungkinan intervensi Re-evaluasi Re-evaluasi
GCS = 14 GCS = 15
Fraktur Terbuka, basilar atau depressed Fraktur simple Fraktur simple
GCS = 14 dan GCS = 15
Mondok
Kemungkinan intervensi 60
LAMPIRAN 3 Trauma Kepala
GCS 9-13
CT (+) CT (-) dan GCS < 13 CT (-) dan GCS >= 13 CT Scan Kepala
(+) CT (-) CT
GCS < 9
CT Scan Kepala
Reevaluasi dan pemeriksaan II
62
NB: PO2: tekanan partial O2; SAH: sub arachnoid haemoraghe; SBP: systolic blood pressure; DAI: diffuse axonal injury; HCT: hematokrit
THE AMERICAN OF SURGEON’S COMMITEE ON HEAD INJURY
GCS 14 -15
• GCS : 15
• Riwayat Penurunan Kesadaran (-)
• Amnesia (-)
• Nyeri Kepala (-)
• Vomitus (-)
• Nyeri Ringan di Tempat Benturan
Menejemen
• Ro Tidak perlu
• Pulang Informasi !!!
64
GROUP 1
Menejemen
• Observasi minimal 6 jam
• Head Ct Scan Normal Pulang
• Head CT Scan Fraktur (+), Lesi intrakranial (-)
Observasi min 24 jam
• Head Ct Scan Tak Bisa Ro Kepala (-)
Observasi > 24 jam
65
FAKTOR RISIKO
• Alkoholisme
• Koagulopati
• Tx Antikoagulan
• Epilepsi
• Drug Use
• Riwatar Operasi Neurosurgery
• Umur Tua > 60 thn
66
GROUP 2
GCS : 14 (Confuse)
Defisit Neurologik Fokal (-)
Head CT Scan
Mondok
Pulang Bila Gejala Neurologik Baik
67
• Somatik
Post Concussive Syndrome
CKS dan CKB (Greenberg, 2001)
• Kognitif
• Psikososial
69
Cedera Otak
(Signorini, dkk., 1999)
70