Anda di halaman 1dari 60

CARA PENGGUNAAN ALAT

KESEHATAN LAPANGAN
Sejarah

Tensimeter Pertama di Dunia, Andalkan Air Raksa


Ditemukan oleh Samuel Siegfried Karl Rotter von Basch pada tahun
1881, sphygmomanometer masih memiliki bentuk yang sederhana. Alat ini
terdiri dari bola karet yang diisi air untuk membatasi aliran darah di arteri.
Selanjutnya, bola tersebut dihubungkan ke kolom yang berisi air raksa yang
berfungsi sebagai satuan pengukuran atau disebut juga mmHg (milimeter air
raksa).

Penemuan ini semakin disempurnakan oleh Scipione Riva-Rocci, seorang


dokter anak dan ahli penyakit dalam asal Italia, pada tahun 1896. Rocci
menambahkan komponen manset atau cuff yang ditempatkan pada lingkar
lengan dan terhubung ke alat pemompa udara. Cuff akan terisi udara secara
perlahan dan menekan aliran darah di lengan hingga denyut nadi tidak
terdeteksi. Berbeda dengan versi Samuel Siegfried, adanya cuff ini dapat
memberikan hasil yang lebih akurat.
Perangkat yang kita kenal bernama Tensimeter ini pada awalnya
bernama Sphygmomanometer. Seiring berubahnya
jaman, Sphygmomanometer juga telah berevolusi dan mengalami
berbagai penyempurnaan, sejak pertama kali ditemukan. Dari
catatan sejarah, alat ini diperkirakan telah ada sejak sekitar 124
tahun lalu.

PENGERTIAN

Tensimeter merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur


tekanan darah. Dengan mengetahui berapa tekanan darah kita, kita dapat
menilai apakah tekanan darah/tensi darah kita normal atau tidak. Tensi
darah normal manusia dewasa adalah 100-130 mmHg untuk tekanan
sistolik dan 60-90 mmHg untuk tekanan diastolik. Tekanan darah ini
menjadi syarat yang paling umum dilakukan terutama jika anda ingin
melakukan operasi.
Berdasarkan pengertiannya, Tekanan
sistolik adalah tekanan darah pada saat
terjadi kontraksi otot jantung. Tekanan
diastolik adalah tekanan darah saat jantung
sedang relaksasi/ beristirahat. Seseorang
dikatakan menderita tekanan darah
tinggi jika tekanan darah/ tensi darahnya
diatas 140/90mmHg dan dikatakan
menderita tekanan darah rendah jika
tekanan darah/ tensi darahnya di bawah
90/60mmH.
JENIS-JENIS TENSIMETER

1. Tensimeter Air Raksa

2. Tensimeter Aneroid

3. Tensimeter Digital
1. TENSIMETER AIR RAKSA

Tensimeter pertama kali dikenalkan


oleh seorang ahli bedah asal Rusia
yaitu dr. Nikolai Korotkov. Tensimeter
kerap disebut pula sebagai
sphygmomanometer. Tensimeter ini
sudah dipakai sebagai standar
pengukuran tekanan darah, pada
awalnya alat ini memakai air raksa
sebagai pengisi alat ukurnya.
Cara Menggunakan Tensimeter Air Raksa
•Buka Tensimeter Air Raksa tersebut.

•Geserlah jarum ke Arah ON agar air raksa naik.

•Raba nadi Pasien yang akan diperiksa kemudian pasanglah manset sesuai
dengan ukuran pasien.

•Lilitkan manset tensimeter ke lengan atas kiri atau kanan di atas siku. Manset
dililitkan pada bagian ini karena pada bagian ini terdapat pembuluh darah arteri
yang berasal langsung dari jantung, pembuluh ini terletak dekat di bawah kulit
dapat disebut juga Arteri Brachialis,

•Upayakan tensimeter diletakkan sejajar dengan jantung baik dalam posisi tidur
maupun duduk atau berdiri, tangan diperiksa dalam keadaan rileks.

•Tutup katup pengatur udara pada pompa karet manset tensimeter dengan
cara memutar ke kanan sampai habis.
•Pasang stetoskop pada telinga Anda kemudian bagian yang pipih
ditempelkan pada bagian lipatan siku di sebelah bawah lilitan manset.

•Pompalah udara ke dalam manset dengan cara menekan pompa karet


berulang-ulang sampai tekanan menunjukkan angka 140 mmHg. Tekanan 140
mmHg ini atas dasar mmHg di atas tekanan systole yang diperkirakan pada
orang dewasa normal (Tidak menderita hipertensi) yaitu 120 mmHg. Bila yang
diperiksa adalah penderita hipertensi, maka naikkan kembali 20 mmHg dan
seterusnya secara bertahap,

•Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan menekan


Arteri Brachialis sehingga aliran darah berhenti mengalir.

•Buka kembali katup pengatur udara dengan cara memutar ke kiri, dengar dan
amati suara dari stetoskop yang timbul ketika katup manset dibuka kemudian
sambil mengamati angkanya.

•Detakan yang didengar untuk pertama kali adalah sistolik, sedangkan


detakan yang terakhir sebelum suara benar-benar hilang adalah suara
diastolik.

•Kemudian, rapikan kembali perlengkapan tensimeter tersebut.


Kelebihan :
•Termasuk golden standart dalam pemeriksaan
darah
•Hasilnya akurat
•Tahan lama

Kekurangan :
•Bisa terkontaminasi oleh logam berat seperti
merkuri. Terutama ketika air raksanya bocor.
•Mengharuskan tenaga ahli dalam proses
pemeriksaannya.
Bagian-Bagian Tensi Air Raksa

7
1.

8 6
5

4
2. Tensimeter Jarum/Aneroid

Tensimeter jarum atau yang disebut aneroid


termasuk tensimeter manual. Dalam penunjukan
angkanya, tensimeter ini tidak menggunakan air
raksa melainkan menggunakan jarum.

Karena itu, aneroid termasuk tensimeter yang


tidak membahayakan.

Alat ini dirancang cukup canggih sehingga jarum


akan bergerak dan menunjuk angka sesuai
tekanan darah yang diberikan pada manset.

adapun perbedaan antara tensimeter air raksa


dengan jarum, terletak pada jarum ON nya. Kalau
tensimeter air raksa mengharuskan arah jarum ke
ON semetara pada tensimeter aneroid hal itu
tidak perlu dilakukan.
Bagian-Bagian Tensimeter Aneroid
•Manset : Alat ini berfungsi untuk menampung udara untuk
dipompa dari bulb. Selain itu, manset juga memiliki fungsi
untuk menekan darah, hal itu karena alat ini dipasang
dengan cara diikatkan pada lengan.

•Pemompa (bulb) : Alat ini berfungsi untuk memompa udara


agar masuk ke manset. Pada bulb juga terdapat klep masuk
(valve inlet) yang berfungsi untuk menghisap udara dari luar-
kedalam dan ada juga item klep keluar (valve output) yang
berfungsi mengeluarkan udara dari dalam-keluar. Dan pada
alat ini juga terdapat filter velve pembuangan untuk ruang
udara di manset saat proses pengukuran dilakukan.

•Penunjuk Tekanan : Alat ini berbentuk bulat. Pada


tensimeter aneroid, alat ini mengandalkan jarum sebagai
penunjuk angkanya.
Kelebihan Dan Kekurangan Tensimeter Aneroid

Kelebihan :

•Dilihat dari keamanan, tensimeter ini lebih aman dari


tensimeter air raksa
•Tingkat akurasinya cukup tinggi

Kekurangan :

•Menggunakan putaran berangka sebagai


penggantinya
•Mengharuskan tenaga ahli yang melakukannya.
3. Tensimeter Digital

kalau tensimeter digital ini merupakan


tensimeter yang paling simple dan serba
otomatis. Cara pemakaiannya pun bisa
dilakukan oleh siapa aja dan tak pelru
membutuhkan keahian khusus.

Selain itu, datanya juga sangat akurat dan tak


perlu pake stetoskop lagi. Pasalnya alat ini
bekerja otomatis tanpa pelru mendengarkan
detak jantung pertama dan kedua.

Memang ada sebagian orang meragukan


akurasi alat digital ini. Tetapi berdasarkan hasil
uji, ternyata tingkat akurasinya cukup tinggi.
Cara Menggunakan Tensimeter Digital

Berikut ini caranya :

•Pasang manset di siku pasien

•Tutup katup udara dan atur udara yang akan dimasukan


ke manset. Selisihnya antara 30 sd 40 mmHg dari tekanan
darah normal

•Tekan tombol power dan tensimeter pun akan bekerja

•Setelah mencapai tekanan yang diinginkan, tekanan di


manset akan berkurang dan angka systole dan distole
akan tertera di layar digital.

•Selesai.
Kelebihan Dan Kekurangan Tensimeter Digital

Kelebihan :

•Tensimeter ini lebih aman dibandingkan 2 tensimeter


sebelumnya. Pasalnya karena tensimeter ini tidak
menggunakan air raksa yang memiliki potensi radiasi logam
berat

•Multifitur alias bisa dilengkapi dengan fitur lain yang


bermanfaat

Kekurangan :

•Tingkat akurasi lebih randah dari tensimeter air raksa.


Faktornya bermacam-macam semisal kondisi daya baterai,
usia alat dan sebagainya.
TERMOMETER
Pengertian Termometer

Thermometer merupakan alat yang digunakan untuk


mengukur suhu ataupun alat yang digunakan untuk
menyatakan derajat dingin atau panas suatu benda. Alat ini
memanfaatkan termometrik dari zat, yaitu perubahan dari
sifat-sifat zat yang disebabkan karena perubahan susu dari
zat tersebut.

Zat cair termometrik yaitu zat yang mudah mengalami suatu


perubahan fisis ketika dipanaskan maupun didinginkan,
misalnya alkohol dan air raksa. Pengertian Thermometer
adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur suhu atau
temperatur maupun perubahan suhu. Kata Thermometer
berasal dari bahasa latin yaitu thermo yang artinya panas
dan meter yang artinya untuk mengukur.
Mengenal Jenis-Jenis Termometer dan Cara Pakainya

1. Termometer digital
Alat pengukur suhu badan digital ini
umumnya bisa menunjukkan hasil secara
cepat dan akurat. Alat pengukur suhu
tubuh ini memiliki bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda.

Pada alat pengukur suhu tubuh digital ini,


diujung alatnya terdapat sensor. Sensor
inilah yang bekerja membaca suhu tubuh
Anda ketika menyentuh tubuh selama
beberapa detik.
Anda dapat menggunakan alat ini dengan 3 cara:

•Gunakan di mulut

Ketika menggunakan termometer ini di mulut, Anda cukup


meletakkan ujung sensornya di bawah lidah dengan bibir
tertutup. Usahakan untuk tidak berbicara, menggigit atau
menjilat alat ini. Bernapaslah secara normal melalui
hidung. Tunggu hingga Anda mendengar bunyi “biiiip” atau
sinyal lain yang menandakan bahwa hasil pengukuran
suhu siap dibaca di layar alat.
•Gunakan di anus
Metode ini umumnya digunakan pada bayi karena mereka cenderung sulit
untuk dapat diam beberapa saat ketika sebuah alat dimasukkan ke dalam
mulutnya. Itu sebabnya, mengukur suhu tubuh bayi umumnya dilakukan lewat
anus. Sebelumnya, cucilah terlebih dulu ujung alat pengukur suhu badan
digital ini dengan sabun dan bilas dengan air dingin. Keringkan dengan lap
bersih lalu basahi ujung termometer dengan pelumas, seperti petroleum jelly.

Pertama, Anda bisa menidurkan bayi di atas permukaan datar, seperti di


atas kasur atau pangkuan paha Anda.  Buat bayi berada di posisi tengkurap,
lalu buka kedua kakinya dari belakang secara perlahan. Setelah menemukan
lubang anus, Anda dapat memasukkan alat ini ke dalam anus perlahan dan
diamkan selama 30 detik atau hingga sensor alat berbunyi.

Cara kedua, Anda juga bisa meletakkan  bayi dengan posisi tidur
menghadap ke atas alias telentang. Kemudian bukalah kedua kakinya secara
perlahan dan masukkan ke dalam anus selama 30 detik atau sampai bunyi
“biip” pada alat terdengar.
•Gunakan di bawah lengan atau ketiak
Menggunakan alat di bawah lengan atau menghimpitnya di ketiak juga
merupakan cara yang sudah umum diketahui. Caranya, lepas baju dan
tempatkan setengah alat pengukur suhu tubuh digital ini di antara
kedua lengan atau himpitkan di ketiak Anda. Pastikan bahwa sensor
sudah terhimpit di ketiak Anda dan sensor mengenai kulit Anda, bukan
baju. Setelah itu tahan selama 2 sampai 3 menit atau sampai sensor
berbunyi. Lalu, Anda bisa melihat hasil ukur suhu tubuh di layar alat.

Perhatikan!
Jangan menggunakan termometer mulut dan anus secara bersamaan.
Anda harus memberikan label khusus untuk pemakaian anus (rektal)
atau mulut (oral) untuk membedakannya. Pastikan juga kalau Anda
sudah mengikut aturan cara pakai untuk mendapatkan hasil yang benar
2. Termometer air raksa

Termometer air raksa adalah alat


pengukur suhu tubuh manual
menggunakan air raksa atau zat 
merkuri. Alat ini berbentuk tabung
gelas berisi air raksa di dalamnya.
Anda dapat meletakkannya di
bawah lidah untuk mengukur suhu
tubuh. Bila diletakkan di bawah
lidah, merkuri alias air raksa yang
berada dalam tabung gelas akan
naik ke ruang kosong dalam tabung.
Pada tabungnya, terdapat titik angka
penanda suhu. Air raksa yang naik
nantinya akan berhenti pada angka
yang menunjukkan suhu tubuh
Anda.
Lanjutan……….

Sayangnya, alat pengukur suhu tubuh manual ini sudah mulai dilarang
penggunaannya. Hal ini bertujuan untuk menghindari bahaya paparan
merkuri alias air raksa ke dalam tubuh tubuh. Mengingat alat ini diletakkan
di lidah, risiko paparan merkuri menjadi lebih tinggi.
3. Termometer empeng bayi

Alat pengukur suhu tubuh yang ini


bentuknya mirip seperti empeng
atau dot, dan memang digunakan
khusus untuk bayi atau anak usia
balita. Alat ini digunakan dengan
cara dimasukkan ke dalam mulut
bayi selama beberapa saat
layaknya empeng.  Penggunaan
alat ini terbilang cukup sulit dan
hasilnya berisiko tidak akurat
karena bayi sulit diam untuk
beberapa saat.
4. Termometer telinga
Alat ini digunakan dengan cara
mengukur suhu bagian dalam telinga.
Pada alat pengukur suhu tubuh ini,
terdapat sinar inframerah yang akan
membaca panas di dalam telinga.

Pastikan Anda meletakkan alatnya di


lubang telinga dengan benar, jangan
terlalu dalam dan jangan terlalu jauh.
 Tempatkan sensor inframerah tepat di
permukaan lubang telinga. Nantinya,
hasil suhu tubuh akan muncul di layar
alat.
Lanjutan……..

Alat pengukur suhu tubuh ini umumnya digunakan untuk


usia bayi dan anak-anak karena lebih mudah digunakan.
Pastikan juga bahwa Anda atau anak tidak mengalami 
infeksi telinga dan sudah membersihkan cairan telinga.
Karena terlalu banyak cairan di telinga bisa membuat
hasil pembacaan termometer menjadi tidak akurat.
5.5.Termometer
Termometerjidat
jidatatau
ataukening
kening

Alat digital ini digunakan


untuk mengukur suhu
badan lewat sinar
inframerah. Anda cukup
memosisikan sensor
inframerah alat ini ke arah
jidat atau kening. Nantinya,
sinar inframerah akan
membaca panas yang
keluar dari kepala. Anda
bisa melihat hasil tubuh
lewat angka suhu di layar
alat ini.
Hal yang harus dilakukan sebelum dan sesudah pakai
termometer

Sebelum menggunakan alat pengukur suhu ini, ada


beberapa hal yang perlu Anda ketahui:

•Sebelum mengukur suhu tubuh, pastikan bahwa Anda tidak


makan dan minum minuman panas atau dingin. Karena ini
bisa mengacaukan suhu tubuh Anda ketika akan diukur.
Baiknya, tunggu dulu selama sekitar 10-15 menit setelah
makan atau minum.
•Jangan merokok sebelum mengecek temperatur suhu tubuh
•Jangan lupa untuk membersihkan termometer sesudah
digunakan, terlebih termometer yang digunakan khusus
anus.
•Bila Anda habis berolahraga atau habis 
mandi pakai air panas, lebih baik tunggu 1 sampai 2 jam agar
suhu tubuh asli tidak terpengaruh ketika diukur.
TEKNIK BIDAI

Bidai atau spalk adalah alat dari kayu, anyaman kawat


atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan untuk
menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak
bergerak (immobilisasi).
 
Tujuan dilakukannya pembidaian antara lain :
a. Mencegah pergerakan / pergeseran dari ujung tulang
yang patah.
b. Mengurangi terjadinya cedera baru disekitar bagian
tulang yang patah.
c. Memberi istirahat pada anggota badan yang patah.
d. Mengurangi rasa nyeri.
e. Mempercepat penyembuhan.
Bagaimana melakukan pembidaian yang baik ?
 
Kasus traumatologi seiring dengan kemajuan jaman akan
cenderung semakin meningkat, sehingga seorang dokter
umum dituntut mampu memberikan pertolongan pertama
pada kasus kecelakaan yang menimpa pasien. Di antara
kasus traumatologi tersebut sering dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari, misalnya kaki tergelincir saat menuruni tangga,
seorang peragawati yang menggunakan sepatu berhak tinggi
tergelincir saat berjalan di atas cat walk, bahkan kasus patah
tulang leher akibat kecelakaan lalu-lintas yang dapat
menyebabkan kematian. Pemberian pertolongan pertama
dengan imobilisasi yang benar akan sangat bermanfaat dan
menentukan prognosis penyakit.
Sebagian besar kasus traumatologi membutuhkan pertolongan dengan
pembebatan dan pembidaian. Pembebatan adalah keterampilan medis
yang harus dikuasai oleh seorang dokter umum. Bebat memiliki peranan
penting dalam membantu mengurangi pembengkakan, mengurangi
kontaminasi oleh mikroorganisme dan membantu mengurangi
ketegangan jaringan luka.
 
Pertolongan pertama yang harus diberikan pada patah tulang adalah
berupaya agar
tulang yang patah tidak saling bergeser (mengusahakan imobilisasi),
apabila tulang saling bergeser akan terjadi kerusakan lebih lanjut. Salah
satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang bidai yang
dipasang melalui dua sendi. Dengan prosedur yang benar, apabila
dilakukan dengan cara yang salah akan menyebabkan cedera yang
lebih parah.
Pembebatan dan pembidaian memegang peranan
penting dalam manajemen awal dari trauma
muskuloskeletal, seperti fraktur ekstremitas,
dislokasi sendi dan sprain (terseleo). Pemasangan
bebat dan bidai yang adekuat akan menstabilkan
kstremitas yang mengalami trauma, mengurangi
ketidaknyamanan pasien dan memfasilitasi proses
penyembuhan jaringan. Tegantung kepada tipe
trauma atau kerusakan, pembebatan atau
pembidaian dapat menjadi satu-satunya terapi atau
menjadi tindakan pertolongan awal sebelum
dilakukan proses diagnostik atau intervensi bedah
lebih lanjut.
 
Teknik Pembidaian. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan adalah
bantuan pertama yang diberikan kepada orang yang cedera akibat
kecelakaan dengan tujuan menyelamatkan nyawa, menghindari
cedera atau kondisi yang lebih parah dan mempercepat
penyembuhan. Ekstremitas yang mengalami trauma harus
diimobilisasi dengan bidai. Bidai (Splint atau spalk) adalah alat yang
terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan
untuk imobilisasi tulang yang patah dengan tujuan mengistirahatkan
tulang tersebut dan mencegah timbulnya rasa nyeri. Tanda tanda
fraktur atau patah tulang :

a. Bagian yang patah membengkak (oedema).


b. Daerah yang patah terasa nyeri (dolor).
c. Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang
patah.
d. Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi
(fungsiolesia).
 
Tujuan Pembidaian. Penggunaan bidai digunakan untuk
imobilisasi dengan maksud :
a. Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau
bagian tulang yang patah.
b. Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan
pembuluh darah pada bagian distal yang cedera)
akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.
c. Mengurangi nyeri.
d. Mempermudah transportasi dan pembuatan foto
rontgen.
e. Mengistirahatkan anggota badan yang patah.
 
25.Macam-macam Bidai.
a. Splint improvisasi
1) Tongkat: payung, kayu, koran, majalah.
2) Dipergunakan dalam keadaan emergency untuk
memfiksasi ekstremitas bawah atau lengan
dengan badan.
 
b. Splint konvensional.
1) Universal splint extremitas atas dan bawah
 
25.Persiapan Pembidaian.
a. Periksa bagian tubuh yang akan dipasang bidai
dengan teliti dan periksa status vaskuler dan
neurologis serta jangkauan gerakan.
b. Pilihlah bidai yang tepat.
 
25.Alat alat pokok yang dibutuhkan untuk pembidaian
a. Bidai atau spalk terbuat dari kayu atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan.
b. Pembalut segitiga.
c. Kasa steril.
 
26. Prinsip Pembidaian
a. Pembidaian menggunakan pendekatan atau prinsip melalui dua sendi,
sendi di sebelah proksimal dan distal fraktur.
b. Pakaian yang menutupi anggota gerak yang dicurigai cedera dilepas,
periksa adanya luka terbuka atau tanda-tanda patah dan dislokasi.
c. Periksa dan catat ada tidaknya gangguan vaskuler dan neurologis (status
vaskuler dan neurologis) pada bagian distal yang mengalami cedera
sebelum dan sesudah pembidaian.
d. Tutup luka terbuka dengan kassa steril.
e. Pembidaian dilakukan pada bagian proximal dan distal daerah trauma
(dicurigai patah atau dislokasi).
f. Jangan memindahkan penderita sebelum dilakukan pembidaian kecuali ada di
tempat bahaya.
g. Beri bantalan yang lembut pada pemakaian bidai yang kaku.
h. Periksa hasil pembidaian supaya tidak terlalu longgar ataupun terlalu.
i. ketat sehingga menjamin pemakaian bidai yang baik.
j. Perhatikan respons fisik dan psikis pasien.
 
31.Syarat-syarat pembidaian.
a. Siapkan alat alat selengkapnya.
b. Sepatu dan seluruh aksesoris korban yang mengikat harus
dilepas.
c. Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya bidai
diukur dulu pada anggota badan kontralateral korban yang sehat.
d. Ikatan jangan terlalu keras atau terlalu longgar.
e. Sebelum dipasang, bidai dibalut dengan kain pembalut.
f. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan
bawah tulang yang patah.
g. Kalau memungkinkan anggota gerak tersebut ditinggikan setelah
dibidai.
 
31.Prosedur Pembidaian.
 
a. Persiapkan alat-alat yang dibutuhkan.
a. Lepas sepatu, jam atau asesoris pasien sebelum
memasang bidai.
b. Pembidaian melalui dua sendi, sebelumnya ukur
panjang bidai pada sisi kontralateral pasien yang tidak
mengalami kelainan.
c. Pastikan bidai tidak terlalu ketat ataupun longgar.
d. Bungkus bidai dengan pembalut sebelum digunakan.
e. Ikat bidai pada pasien dengan pembalut di sebelah
proksimal dan distal dari tulang yang patah.
f. Setelah penggunaan bidai cobalah mengangkat bagian
tubuh yang dibidai.
31.Contoh penggunaan bidai
a. Fraktur humerus (patah tulang lengan atas).
Pertolongan :
1) Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan
menghadap ke dalam.
2) Pasang bidai dari siku sampai ke atas bahu.
3) Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
4) Lengan bawah digendong.
5) Jika siku juga patah dan tangan tak dapat dilipat, pasang spalk
ke lengan bawah dan biarkan tangan tergantung tidak usah
digendong.
6) Bawa korban ke rumah sakit.
 
Gambar 4.1 Pemasangan bidai pada fraktur humerus, atas : hanya fraktur humerus, siku
bisa dilipat, bawah : siku tidak bisa dilipat, juga fraktur antebrachii
a. Fraktur Antebrachii (patah tulang lengan bawah).
Pertolongan :
1) Letakkan tangan pada dada.
2) Pasang bidai dari siku sampai punggung tangan.
3) Ikat pada daerah di atas dan di bawah tulang yang patah.
4) Lengan digendong.
5) Bawa korban ke rumah sakit.

Gambar 4.2 Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii


Gambar 4.3 Pemasangan sling untuk menggendong lengan yang cedera
a. Fraktur clavicula (patah tulang selangka).
1) Tanda-tanda patah tulang selangka :
a) Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai ke atas
bahu.
b) Nyeri tekan daerah yang patah.
 
1) Pertolongan :
a) Dipasang ransel verban.
b) Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.
c) Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui
punggung ke
ketiak kanan.
d) Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari
pundak kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak
kanan,akhirnya diberi peniti/diikat.
e) Bawa korban ke rumah sakit.
 
Gambar 4.4 Kanan atau kiri : Ransel perban
a. Fraktur Femur (patah tulang paha). Pertolongan :

Gambar 4.5 Pemasangan bidai pada fraktur femur


a. Pasang 2 bidai dari :
1) Ketiak sampai sedikit melewati mata kaki.
2) Lipat paha sampai sedikit melewati mata kaki.
3) Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
4) Bila perlu ikat kedua kaki di atas lutut dengan pembalut untuk mengurangi
pergerakan.
5) Bawa korban ke rumah sakit.
 
a. Fraktur Cruris (patah tulang tungkai bawah). Pertolongan :
1) Pasang 2 bidai sebelah dalam dan sebelah luar tungkai kaki yang patah.
2) Di antara bidai dan tungkai beri kapas atau kain sebagai alas.
3) Bidai dipasang di antara mata kaki sampai beberapa cm di atas lutut.
4) Bawa korban ke rumah sakit.
Gambar 4.6 Pemasangan bidai pada fraktur cruris
31.Observasi setelah tindakan. Tanyakan kepada pasien
apakah sudah merasa nyaman dengan bebat dan bidai
yang dipasang, apakah nyeri sudah berkurang, apakah
terlalu ketat atau terlalu longgar. Bila pasien masih
merasakan bidai terlalu keras, tambahkan kapas di
bawah bidai. Longgarkan bebat jika dirasakan terlalu
kencang.
 
Lakukan re-evaluasi terhadap ekstremitas di sebelah
distal segera setelah memasang bebat dan bidai,
meliputi :
a. Warna kulit di distal
b. Fungsi sensorik dan motorik ekstremitas.
Pulsasi arteri. Pengisian kapiler Perawatan rutin terhadap pasien pasca pemasangan bebat dan
bidai adalah elevasi ekstremitas secara rutin, pemberian obat analgetika dan anti inflamasi, serta
anti pruritik untuk mengurangi rasa gatal dan untuk mengurangi nyeri. Berikan instruksi kepada
pasien untuk menjaga bebatnya dalam keadaan bersih dan kering serta tidak melepasnya lebih
awal dari waktu yang diinstruksikan dokter.

31. Komplikasi pemasangan. Dalam 1-2 hari pasien kemungkinan akan merasakan bebatnya
menjadi lebih kencang karena berkembangnya oedema jaringan. Berikan instruksi secara
jelas kepada pasien untuk datang kembali ke dokter bila muncul gejala atau tanda
gangguan neurovaskuler atau compartment syndrome, seperti bertambahnya
pembengkakan atau rasa nyeri, kesulitan menggerakkan jari, dan gangguan fungsi
sensorik.
31.Reposisi fraktur tertutup dan dislokasi. Penatalaksanaan fraktur
terdiri dari manipulasi untuk memperbaiki posisi fragmen dan
splintage untuk menahan fragmen sampai menyatu. Penyembuhan
fraktur didukung oleh pemadatan tulang secara fisiologis, sehingga
aktivitas otot dan pemberian beban awal penting untuk dilakukan.
Tujuan ini didukung oleh 3 proses yaitu reduksi, imobilisasi dan latihan.
Dua masalah yang penting yaitu bagaimana mengimobilisasi fraktur
namun tetap memungkinkan pasien menggunakan anggota gerak dengan
cukup; hal ini adalah dua hal yang berlawanan (menahan versus
menggerakkan) yang dinginkan ahli bedah untuk mempercepat
kesembuhan (misalnya dengan fiksasi internal). Akan tetapi, ahli bedah
juga ingin menghindari resiko yang tidak diinginkan; ini adalah konflik
kedua ( kecepatan versus keamanan).
Faktor yang paling penting dalam menentukan kecenderungan untuk sembuh secara alami adalah
kondisi jaringan lunak sekitar dan suplai darah lokal. Fraktur energi rendah ( atau velositas
rendah) hanya menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang parah, walaupun fraktur terbuka
ataupun tertutup. Tscheme (Oestern and Tscherne, 1984) mengklasifikasikan luka tertutup
sebagai berikut :
 
a. Grade 0 : Fraktur simple dengan sedikit atau tidak ada luka jaringan lunak.
b. Grade 1: Fraktur dengan abrasi superficial atau memar pada jaringan kulit dan jaringan
subkutan.
c. Grade 2 : Fraktur yang lebih parah dengan tanda kerusakan jaringan lunak dan ancaman
sindrom compartment.
d. Grade 3 : Luka berat dengan kerusakan jaringan halus yang jelas.
Semakin parah tingkatan luka makan semakin besar kemungkinan membutuhkan
beberapa bentuk fiksasi mekanis; stabilitas tulang yang baik membantu penyembuhan
jaringan lunak.
31. REDUKSI. Walaupun penatalaksanaan umum dan resusitasi harus
didahulukan, namun penanganan fraktur diharapkan tidak terlambat;
pembengkakan bagian lunak selama 12 jam pertama menyebabkan reduksi
semakin sulit. Walaupun demikian, terdapat beberapa kondisi di mana reduksi
tidak dibutuhkan yaitu :
 
 Saat hanya sedikit atau tidak ada dislokasi.
 Saat dislokasi bukan suatu masalah ( contoh: fraktur clavicula) dan
 Saat reduksi tidak mungkin berhasil ( contoh: fraktur kompresi pada vertebra).
Reduksi harus ditujukan untuk fragmen tulang dengan apposisi
yang cukup dan garis fraktur yang normal. Semakin besar area
permukaan kontak antarfragmen semakin besar kemungkinan
terjadinya penyembuhan. Adanya jarak antara ujung fragmen
merupakan penyebab sering union yang terlambat atau nonunion.
Di sisi lain, selama ada kontak dan fragmen segaris (alignment)
sedikit overlap pada permukaan fraktur masih diperbolehkan.
Pada fraktur yang meliputi pemukaan sendi, reduksi harus
sedekat mungkin mendekati sempurna karena adanya
irreguleritas akan menyebabkan distribusi muatan yang abnormal
antarpermukaan yang akan berpredispoisisi pada perubahan
degenaratif pada kartilago sendi. Terdapat 2 metode reduksi yaitu
tertutup dan terbuka.
a. Reduksi Tertutup.
Di bawah anestesi dan relaksasi otot, fraktur direduksi dengan 3 maneuver :
1) Bagian distal anggota gerak ditarik pada garis tulang.
2) Karena fragment terpisah, maka direduksi dengan melawan arah gaya awal.
3) Garis fraktur yang lurus diusahakan pada setiap bidang.
Hal ini lebih efektif dilakukan ketika periosteum dan otot pada satu sisi fraktur
tetap utuh karena ikatan jaringan lunak mencegah over-reduction dan
menstabilkan fraktur setelah direduksi (Charnley 1961).
Beberapa fraktur sulit untuk direduksi dengan manipulasi karena tarikan otot yg
terlalu kuat sehingga membutuhkan traksi yg lama. Traksi tulang atau kulit
selama beberapa hari menyebabkan tegangan jaringan lunak menurun dan
memudahkan tejadinya alingment yg lebih baik; sebagai contoh hal dapat
dilakukan untuk fraktur femur, fraktur shaft tibia dan fraktur humerus
supracondylus pada anak.
Pada umumnya reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur
dislokasi minimal, untuk sebagian besar fraktur pada anak, untuk
fraktur yg tidak stabil setelah reduksi dan dapat digunakan untuk
beberapa bidai dan gips. Fraktur tidak stabil dapat direduksi juga dengan
metode tertutup sebelum dengan fiksasi internal atau eksternal. Hal ini
dilakukan untuk menghindari manipulasi langsung sisi fraktur oleh
reduksi terbuka yang merusak suplai darah lokal dan mungkin
menyebabkan waktu penyembuhan lebih lambat. Traksi yg mereduksi
fragmen fraktur melalui ligamentotaxis (tarikan ligament) biasanya dapat
diaplikasikan menggunakan fracture table atau bone distraktor.
Gambar 4.7 Reposisi tertutup (a) Traksi pada garis tulang (b) Disimpaksi © Menekan
fragmen pada posisi reduksi ( Sumber : Solomon L. Warwick DJ. Nayagam S.
Principles of
Fracture. Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 8th ed. Oxford University
Press
Inc. New York. 20.
a. Reduksi Terbuka
Indikasi reduksi operatif yaitu :
1) reduksi tertutup gagal, baik karena kesulitan mengontrol fragmen atau karena jaringan
lunak berada diantaranya.
2) terdapat fragmen sendi yang membutuhkan pengaturan posisi yang akurat.
3) untuk traksi (avulsi) fraktur dengan fragmen yang terpisah.
 
31. DISLOKASI. Dislokasi berarti permukaan sendi bergeser secara lengkap dan tidak utuh
lagi. Subluksasi menekankan pada pergeseran dengan derajat yang lebih ringan dengan
permukaan sendi sebagian masih berapposisi.
a. Gambaran Klinis. Oleh karena cedera, sendi terasa nyeri dan pasien berusaha untuk
menghindari pergerakan sendi. Bentuk sendi abnormal dan penanda tulang dapat bergeser.
 
Anggota gerak yang mengalami dislokasi sering ditahan pada posisi tertentu karena
pergerakan menyebabkan rasa nyeri dan juga terbatas. Foto sinar-X biasanya memperjelas
diagnosis, dan juga menunjukkan apakah ada luka tulang yang mempengaruhi stabilitas
sendi- misalnya dislokasi fraktur. Sendi yang dicurigai terjadi dislokasi dapat dites dengan
menekannya, dan bila terjadi dislokasi pada lokasi tersebut pasien akan merasakan rasa
nyeri menetap yang tidak tertahankan lebih jauh. Jika batas sendi dan ligamen rusak,
dislokasi berulang dapat terjadi. Hal ini terutama pada dislokasi sendi bahu dan sendi
patellofemoral. Pada islokasi habitual (voluntary), pasien mengalami dislokasi atau
subluksasi sendi karena kontraksi otot secara volunter. Kelemahan ligament dapat
mempermudah terjadinya hal ini.
a. Penatalaksanaan. Dislokasi harus direposisi sesegera mungkin; anestesi umum dan muscle
relaxant kadang dibutuhkan. Sendi kemudian diistirahatkan atau diimobilisasi sampai
pembengkakan jaringan lunak berkurang, biasanya setelah 2 minggu. Latihan gerakan
terkontrol dimulai dengan penguatan fungsi kemudian bertahap berkembang dengan monitor
fisioterapi. Biasanya rekonstruksi bedah dibutuhkan untuk kondisi ketidakstabilan sendi yang
masih tersisa.
 
b. Komplikasi. Komplikasi pada fraktur juga terlihat setelah dislokasi yaitu kerusakan
pembuluh darah, kerusakan saraf, nekrosis avaskular tulang, osifikasi heterotopic, kaku sendi
dan osteoarthritis sekunder.
 

Anda mungkin juga menyukai