Anda di halaman 1dari 30

Status Epileptikus

Ilustrasi Kasus
Definisi
• Definisi Konseptual
Bangkitan yang berlangsung lebih dari 30 menit, atau adanya dua bangkitan atau lebih di mana di antara
bangkitan-bangkitan tadi tidak terdapat pemulihan kesadaran.
• Definisi operasional status epileptikus konvulsif
Adalah bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya
kesadaran diantara bangkitan.
• Definisi status epileptikus non konvulsif
Adalah bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran maupun perilaku tanpa disertai manifestasi motorik
yang jelas namun didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada perekaman elektroensefalografi (EEG).
Fisiologi Impuls Saraf
Epidemiologi
• Status epileptikus merupakan suatu masalah yang umum terjadi dengan angk a kejadian kira-kira 60.000
– 160.000 kasus dari status epileptikus tonik-klonik u mum yang terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Pada sepertiga kasus, status epileptikus merupakan gejala yang timbul pada pasien yang
mengalami epilepsi berulang. Sepertiga kasus terjadi pada pasien yang didiagnosa epilepsi, biasanya ka
rena ketidakteraturan dalam memakan obat antikonvulsan. (Sisodiya S.M, Duncan J 2000)
• Mortalitas yang berhubungan dengan aktivitas kejang sekitar 1-2 persen, teta pi mortalitas yang
berhubungan dengan penyakit yang menyebabkan status epilept ikus kira-kira 10 persen. Pada kejadian
tahunan menunjukkan suatu distribusi bim odal dengan puncak pada neonatus, anak-anak dan usia tua.
(Mardjono 2003)
Etiologi
• Idiopatik epilepsy
Biasanya berupa epilepsi dengan serangan kejang umum, penyebabnya tidak diketahui. Pasien dengan idiopatik
epilepsi mempunyai inteligensi normal dan hasil pemeriksaan juga normal dan umumnya predisposisi genetik.
• Kriptogenik epilepsy
Dianggap simptomatik tapi penyebabnya belum diketahui. Kebanyakan lokasi yang berhubungan dengan
epilepsi tanpa disertai lesi yang mendasari atau lesi di otak tidak diketahui. Termasuk disini adalah sindroma
West, Sindroma Lennox Gastaut dan epilepsi mioklonik. Gambaran klinis berupa ensefalopati difus.
• Simptomatik epilepsy
Pada simptomatik terdapat lesi struktural di otak yang mendasari, contohnya oleh karena sekunder dari trauma
kepala, infeksi susunan saraf pusat, kelainan kongenital, proses desak ruang di otak, gangguan pembuluh darah
diotak, toksik (alkohol, obat), gangguan metabolik dan kelainan neurodegeneratif. (Kustiowati dkk 2003,
Sirven, Ozuna 2005)
Patofisiologi
Kejang dipicu oleh perangsangan sebagian besar neuron secara berlebihan, spontan, dan sinkron sehingga
mengakibatkan aktivasi fungsi motorik (kejang), sensorik, otonom atau fungsi kompleks (kognitif, emosional)
secara lokal atau umum.
Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori:
a. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K, misalnya pada hipoksemia, iskemia,
dan hipoglikemia. Sedangkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
b. Perubahan permeabilitas membran sel syaraf, misalnya hipokalsemia dan hipomagnesemia.
c. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan dengan neurotransmiter inhibisi
dapat menyebabkan depolarisasi yang berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau
glutamat akan menimbulkan kejang. (Silbernagl S, Lang F. 2006)
Klasifikasi
Manifestasi Klinis
• Epilepsi Parsial Sederhana
• Epilepsi Parsial Kompleks
• Epilepsi Tonik Klonik Umum
• Epilepsi Tonik
• Epilepsi Absence
• Epilepsi Juvenile Mioklonik
Kriteria Diagnostik
• Status epileptikus konvulsif
Bangkitan dengan durasi lebih dari 5 menit, atau bangkitan berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran
diantara bangkitan.
• Status epileptikus non konvulsif
Bangkitan epileptik berupa perubahan kesadaran maupun perilaku tanpa disertai manifestasi motorik yang jelas
namun didapatkan aktivitas bangkitan elektrografik pada perekaman elektroensefalografi (EEG), dapat
didahului oleh status epileptikus konvulsivus
Penegakkan Diagnostik
Anamnesis
Auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata mengenai hal hal dibawah ini
a. Terdapat serangan bangkitan berulang tanpa diikuti pulihnya kesadaran
b. Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca bangkitan :
• Sebelum bangkitan/gejala prodromal:
Kondisi fisik dan psikis yang mengindikasikan akan terjadinya bangkitan, misalnya perubahan perilaku,
perasaan lapar, berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi sensitif, dan lain-lain.
• Selama bangkitan/iktal:
 Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan pada awal bangkitan?
 Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh, vokalisasi,
otomatisasi, gerakan pada salah satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan tonik/klonik, inkontinensia,
lidah tergigit, pucat, berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih baik bila keluarga dapat diminta untuk
menirukan gerakan bangkitan atau merekam video saat bangkitan)
 Apakah terdapat lebih dari satu pola bangkitan?
 Apakah terdapat perubahan pola dari bangkitan sebelumnya?
 Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan, misalnya saat tidur, saat terjaga, bermain video game,
berkemih, dan lain-lain.
• Pasca bangkitan/ post iktal:
 Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur, gaduh gelisah, Todd’s paresis.
• Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.
• Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan, interval terpanjang antar bangkitan, kesadaran antar
bangkitan.
• Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE sebelumnya:
 Jenis obat anti epilepsi (OAE)
 Dosis OAE
 Jadwal minum OAE
 Kepatuhan minum OAE
 Kadar OAE dalam plasma
 Kombinasi terapi OAE.
• Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit neurologik, psikiatrik maupun sistemik yang mungkin
menjadi penyebab maupun komorbiditas.
• Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
• Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan tumbuh kembang
• Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
• Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf pusat (SSP), dll.
Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan Fisiki Umum
Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan dengan epilepsi, misalnya:
• Trauma kepala
• Tanda-tanda infeksi
• Kelainan kongenital
• Kecanduan alkohol atau napza
• Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
• Tanda-tanda keganasan.
Pemeriksaan Neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal atau difus yang dapat berhubungan dengan epilepsi. Jika
dilakukan dalam beberapa menit setelah bangkitan maka akan tampak tanda pasca bangkitan terutama tanda
fokal yang tidak jarang dapat menjadi petunjuk lokalisasi, seperti:
• Paresis Todd
• Gangguan kesadaran pascaiktal
• Afasia pascaiktal
Pemeriksaan Penunjang Laboratorium:
• Darah Hematologi Lengkap
• Ureum, kreatinin
• SGOT/SGOT
• Profil lipid
• GDP/GD2PP
• Faal hemostasis
• Asam urat
• Albumin
• Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium, Magnesium)
• Lumbal Pungsi
• Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah
Pemeriksaan Radiologi:
• Rontgen Thoraks
• BMD
• MRI otak Elektrodiagnosis
• EEG rutin
• EEG deprivasi tidur
• EEG monitoring
• EKG Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
Diagnosis Banding
• Sinkop
• Bangkitan Non Epileptik Psikogenik
• Aritmia Jantung
• Sindroma hiperventilasi atau serangan panik
Penatalaksanaan
Stadium 1 (0−10 menit):
• Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila masih kejang dapat diulang 1
kali lagi atau Midazolam 0.2 mg/kgBB IM
• Pertahankan patensi jalan napas dan resusitasi
• Berikan oksigen
• Periksa fungsi kardiorespirasi
• Pasang infus

Stadium 2 (0−30 menit)


• Monitor pasien
• Pertimbangkan kemungkinan kondisi non epileptic
• Pemeriksaan emergensi laboratorium
• Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada kecurigaan penyalahgunaan alkohol
atau defisiensi nutrisi
• Terapi asidosis bila terdapat asidosis berat
Stadium 3 (0−60 menit)
• Pastikan etiologic
• Siapkan untuk rujuk ke ICU
• Identifikasi dan terapi komplikasi medis yang terjadi
• Vasopressor bila diperlukan
• Phenytoin i.v dosis of 15–18 mg/kg dengan kecepatan pemberian 50 mg/menit dan/atau bolus
Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v.dengan kecepatan pemberian100 mg/menit
Stadium 4 (30−90 menit)
• Pindah ke ICU
• Anestesi umum dengan salah satu obat di bawah ini :
 Propofol 1–2 mg/kgBB bolus, dilanjutkan 2–10 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol
 Midazolam 0.1–0.2 mg/kg bolus, dilanjutkan 0.05–0.5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai SE terkontrol
 Thiopental sodium 3–5 mg/kg bolus, dilanjut 3–5 mg/kg/jam dititrasi naik sampai terkontrol
• Perawatan intensif dan monitor EEG
• Monitor tekanan intrakranial bila dibutuhkan
• Berikan antiepilepsi rumatan jangka panjang
Edukasi
• Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan
latihan, risiko dan komplikasi)
• Penjelasan mengenai status epileptikus, risiko dan komplikasi selama perawatan
• Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi
• Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)
• Penjelasan mengenai gejala status epileptikus, dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke RS
Prognosis
• Ad vitam : dubia adbonam
• Ad Sanationam : dubia adbonam
• Ad Fungsionam : dubia adbonam
Komplikasi
Pembahasan
Daftar Pustaka
Kelompok Studi Epilepsi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Pedoman Tatalaksana Epilepsi edisi
ke-5. Kusumastuti K, Gunadharma S, Kustiowati E ed. Airlangga University Press. 2014.
Sutter R, Ruegg S. Refractory Status Epileticus: Epidemiology, Clinical Aspects and Management of a
Persistent Epileptic Storm. Epileptologie. 2012; 29: 186-93.
Brophy GM, Bell R, Claassen J, et al. Guideline for the Evaluation and Management of Status Epilepticus.
Neurocrit Care. Spinger. 2012.
Glauser T, Ben-Menchem E, Bourgeois B, et al. Updated ILAE evidence reviem of antiepileptic drug efficacy
and effectiveness as initial monotherapy for epileptic seizure and syndromes. Epilepsia. 2013;**(*):1- 13.
132
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi Indonesia, 2015

Anda mungkin juga menyukai