Cara Pemeriksaan Neurologi
Cara Pemeriksaan Neurologi
CARA PEMERIKSAAN
NEUROLOGI
Tinjauan Mata Kuliah
Keluhan Utama
Riwayat Penyakit sekarang / kronologis
penyakitnya
Riwayat penyakit dahulu (RPD)
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat alergi
Kebiasaan pasien
CARA MELAKUKAN ANAMNESIS
4
Mulai timbulnya
5
Perjalanan penyakitnya dimana perlu ditanyakan :
MEMBUKA MATA.
RESPONS VERBAL ( BICARA ).
RESPONS MOTORIK ( GERAKAN ).
PENILAIAN GLASSGOW COMA
9
SCALE (GCS)
TAMPAKAN SKALA NILAI
EYE OPENING SPONTAN 4
DIPANGGIL 3
RANGSANG NYERI 2
KATA-KATA TIDAK 3
PATUT
(INAPPROPRIATE)
BUNYI TAK BERARTI 2
INCOMPREHENSIBLE
TIDAK BERSUARA 1
PENILAIAN GLASSGOW COMA
12
SCALE (GCS)
MOTOR SESUAI PERINTAH 6
RESPONSE
LOKALISASI NYERI 5
FLEKSI (DEKORTIKASI) 3
EKSTENSI 2
(DESEREBRASI)
TIDAK ADA RESPONSE 1
(DIAM)
13
14
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
20
KAKU KUDUK.
Pemeriksaan dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala
pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala
ditekukkan ( fleksi) dan diusahakan agar dagu
mencapai dada. Selama penekukan diperhatikan
adanya tahanan.
Bila terdapat kaku kuduk, kita dapatkan tahanan dan
dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku kuduk dapat
bersifat ringan atau berat
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
21
KERNIG SIGN.
Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang berbaring
difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90 derajat. Setelah itu tungkai bawah
diekstensikan pada persendian lutut sampai
membentuk sudut lebih dari 135 derajat terhadap
paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum
atau kurang dari sudut 135 derajat , maka dikatakan
kernig sign positif.
22
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
23
BRUDZINSKI SIGN.
Ini meliputi :
Tanda leher menurut Brudzinski,
Tanda tungkai kontralateral menurut Brudzinski,
Tanda pipi menurut Brudzinski,
Tanda simfisis pubis menurut Brudzinski
CARA PEMERIKSAAN RANGSANG
MENINGEAL .
24
Tanda Lasegue.
Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring
lalu kedua tungkai diluruskan ( diekstensikan ) , kemudian
satu tungkai diangkat lurus, difleksikan pada persendian
panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu berada dalam
keadaan ekstensi ( lurus ) .
Keadaan normal dapat mencapai sudut 70 derajat sebelum
timbul rasa sakit dan tahanan. Bila sudah timbul rasa sakit dan
tahanan sebelum mencapai 70 derajat maka disebut tanda
Lasegue positif.
Namun pada pasien yang sudah lanjut usianya diambil
patokan 60 derajat.
31
32
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
33
Cara pemeriksaan.
37
Tujuan pemeriksaan :
Untuk mengukur ketajaman penglihatan ( visus)
dan menentukan apakah kelainan pada
penglihatan disebabkan oleh kelainan okuler
lokal atau oleh kelainan saraf.
Untuk mempelajari lapang pandang.
CARA PEMERIKSAAN SARAF KRANIALIS.
Cara pemeriksaan.
Untuk gerakan tangan harus tampak pada jarak 300 meter. Jika
kemampuannya hanya sampai membedakan adanya gerakan , maka
visusnya ialah 1/300. Contoh Visus = 3/300 pasien hanya dapat melihat
pergerakan tangan pada jarak 3 meter.
Namun jika hanya dapat membedakan antara gelap dan terang maka
visus nya 1/~, bila dengan sinar lampu masih belum dapat melihat
maka dikatakan visus pasien tersebut adalah nol. Bila hendak
melakukan pemeriksaan pada mata kanan maka mata kiri harus
ditutup dengan telapak tangan kanan dan sebaliknya.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
41
pemeriksaan lapang pandang.
Metode Konfrontasi dari Donder (paling
mudah ).
Dalam hal ini pasien duduk atau berdiri kurang
lebih jarak 1 meter dengan pemeriksa, Jika kita
hendak memeriksa mata kanan maka mata kiri
pasien harus ditutup, misalnya dengan
tangannya pemeriksa harus menutup mata
kanannya.
Kemudian pasien disuruh melihat terus pada
mata kiri pemeriksa dan pemeriksa harus selalu
melihat ke mata kanan pasien.
SARAF OTAK II ( NERVUS OPTIKUS ).
42
Cara pemeriksaan.
Terdiri dari:
pemeriksaan gerakan bola mata.
pemeriksaan kelopak mata.
pemeriksaan pupil.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
51
3. Pemeriksaan pupil
Lihat diameter pupil, normal besarnya 3 mm.
refleks akomodasi.
caranya : pasien diminta untuk melihat telunjuk
pemeriksa pada jarak yang cukup jauh, kemudian dengan
tiba – tiba dekatkanlah pada pasien lalu perhatikan reflek
konvergensi pasien dimana dalam keadaan normal kedua
bola mata akan berputar kedalam atau nasal.
Reflek akomodasi yang positif pada orang normal tampak
dengan miosis pupil.
refleks ciliospinal.
rangsangan nyeri pada kulit kuduk akan memberi
midriasis ( melebar ) dari pupil homolateral.
keadaan ini disebut normal.
SARAF OTAK III,IV,VI (NERVUS
OKULOMOTORIUS,TROKLEARIS,ABDUSENS)
54
refleks okulosensorik.
Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan motorik.
56
Cara pemeriksaan.
Pemeriksaan sensorik.
Dengan kapas dan jarum dapat diperiksa rasa nyeri
dan suhu, kemudian lakukan pemeriksaan pada dahi,
pipi dan rahang bawah.
Pemeriksaan refleks.
a. Refleks kornea ( asal dari sensorik Nervus V).
c. Refleks supraorbital.
supraorbital
Pemeriksaan N. Kokhlearis.
Fungsi N. Kokhlearis adalah untuk pendengaran.
c. Pemesiksaan Schwabach.
Pada test ini pendengaran pasien dibandingkan dengan
pendengaran pemeriksa yang dianggap normal. Garpu tala
dibunyikan dan kemudian ditempatkan didekat telinga pasien.
Setelah pasien tidak mendengarkan bunyi lagi, garpu tala
ditempatkan didekat telinga pemeriksa. Bila masih terdengar
bunyi oleh pemeriksa, maka dikatakan bahwa Schwabach lebih
pendek ( untuk konduksi udara ). Kemudian garpu tala
dibunyikan lagi dan pangkalnya ditekankan pada tulang mastoid
pasien. Disuruh ia mendengarkan bunyinya. Bila sudah tidak
mendengar lagi maka garpu tala diletakkan ditulang mastoid
pemeriksa. Bila pemeriksa masih mendengarkan bunyinya maka
dikatakan Schwabach ( untuk konduksi tulang ) lebih pendek.
Test Pendengaran dengan garputala 512 MHz
** Terganggu
Pemeriksaan N. Vestibularis.
a. Pemeriksaan dengan test kalori.
70 Bila telinga kiri didinginkan ( diberi air dingin ) timbul
nystagmus kekanan. Bila telinga kiri dipanaskan ( diberi
air panas ) timbul nystagmus kekiri. Nystagmus ini
disebut sesuai dengan fasenya yaitu : fase cepat dan fase
pelan, misalnya nystagmus kekiri berarti fase cepat kekiri.
Bila ada gangguan keseimbangan maka perubahan
temperatur dingin dan panas memberikan reaksi.
Cara pemeriksaan:
Pasien diminta untuk membuka mulut dan mengatakan
huruf “ a” . Jika ada gangguan maka otot stylopharyngeus
tak dapat terangkat dan menyempit dan akibatnya rongga
hidung dan rongga mulut masih berhubungan sehingga
bocor. Jadi pada saat mengucapkan huruf ” a” dinding
pharynx terangkat sedang yang lumpuh tertinggal, dan
tampak uvula tidak simetris tetapi tampak miring tertarik
kesisi yang sehat.
Pemeriksa menggoreskan atau menyentuh dinding pharynx
kanan dan kiri dan bila ada gangguan sensibilitas maka
tidak terjadi refleks muntah.
SARAF OTAK XI ( NERVUS
AKSESORIUS ).
73
Cara pemeriksaan.
Memeriksa tonus dari m. Trapezius. Dengan
menekan pundak pasien dan pasien diminta untuk
mengangkat pundaknya.
Memeriksa m. Sternocleidomastoideus. Pasien
diminta untuk menoleh kekanan dan kekiri dan
ditahan oleh pemeriksa , kemudian dilihat dan diraba
tonus dari m. Sternocleidomastoideus.
SARAF OTAK XII ( NERVUS
HIPOGLOSUS ).
74
Cara pemeriksaan.
Dengan adanya gangguan pergerakan lidah, maka kata-kata
sakit.
Melihat apakah ada atrofi atau fasikulasi pada otot lidah .
76
1. Pengamatan.
Gaya berjalan dan tingkah laku.
2. Gerakan Volunter.
Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan
pemeriksa, misalnya:
Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.
Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.
Mengepal dan membuka jari-jari tangan.
Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.
Fleksi dan ekstensi artikulus genu.
Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.
Gerakan jari- jari kaki.
CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.
77
3. Palpasi otot.
Pengukuran besar otot.
Nyeri tekan.
Kontraktur.
Konsistensi ( kekenyalan ).
78
4. Perkusi otot.
Normal : otot yang diperkusi akan berkontraksi yang
79
5. Tonus otot.
Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa
kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan
ekstensi pada sendi siku dan lutut . Pada orang normal terdapat
tahanan yang wajar.
Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali
( dijumpai pada kelumpuhan LMN).
Hipotoni : tahanan berkurang.
Spastik : tahanan meningkat dan terdapat
pada awal gerakan , ini dijumpai pada
kelumpuhan UMN.
Rigid : tahanan kuat terus menerus selama
gerakan misalnya pada Parkinson.
80
CARA PEMERIKSAAN SISTIM MOTORIK.
81
6. Kekuatan otot.
Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk
82
Cara menilai kekuatan otot :
7. Gerakan involunter.
Gerakan involunter ditimbulkan oleh gejala
87
8. Fungsi koordinasi.
Tujuan pemeriksaan ini untuk menilai aktivitas
Tahap Pemeriksaan.
Test untuk rasa raba halus.
Alat pemeriksa : kapas.
Cara pemeriksaan:
permukaan dientuh dengan ujung – ujung kapas tersebut.
dari atas ke bawah/ sebaliknya.
Dibandingkan kanan dan kiri.
Cara pemeriksaan : jarum diletakkan tegak lurus dan cara sama spt
diatas.
Cara pemeriksaan :
Botol botol tersebut harus kering betul.
Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif dari bagian tubuh
yang terbuka.
Pada orang tua sering dijumpai hipestesia yang fisiologik.
CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK.
Tahap Pemeriksaan.
112
Cara pemeriksaan :
Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal benda – benda yang
disodorkan kepadanya.
Rasa Barognosia.
Untuk mengenal berat suatu benda.
Rasa topognosia.
Untuk mengenal tempat pada tubuhnya yang disentuh
pasien.
CARA PEMERIKSAAN SISTIM SENSORIK.
Tahap Pemeriksaan.
117
Bowtring Sign.
Penekanan pada fossa Poplitea diatas N.ishiadikus
menimbulkan rasa sakit dipunggung atau kaki.
119
Rasa Nyeri.
Hilangnya rasa nyeri : ANALGESIA.
Berkurangnya rasa nyeri : HIPALGESIA.
Berlebihnya rasa nyeri : HIPERGESIA.
122
Nomenklatur untuk pemeriksaan sensorik.
Rasa suhu.
Hilangnya rasa suhu : THERMOANESTHESIA.
Berkurangnya rasa suhu : THERMOHIPESTHESIA.
Berlebihnya rasa suhu : THERMOHIPERESTHESIA.
Rasa DISKRIMINATIF.
Mengenal bentuk dan ukuran sesuatu dengan jalan perabaan:
STEREOGNOSIS.
Mengenal dan mengetahui berat sesuatu : BAROGNOSIS.
Mengenal tempat yang diraba : TOPESTESIA, TOPOGNOSIS.
Mengenal angka, aksara,bentuk yang digoreskan di atas kulit :
GRAMESTESIA.
Mengenal diskriminasi 2 titik : DISKRIMINASI SPASIAL.
Mengenal setiap titik dan daerah tubuh sendiri :
AUTOTOPOGNOSIS.
PEMERIKSAAN REFLEKS.
124
Refleks cremaster :
Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial
dari atas ke bawah
Refleks triceps ( T P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
Respons : extensi lengan bawah disendi siku
Afferent : n. radialis ( C 6-7-8 )
Efferenst : idem
Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )
128
Refleks periosto radialis :
Stimulus : ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
karena kontraksi m. brachioradialis
Afferent : n. radialis ( C 5-6 )
Efferenst : idem
129
Refleks patella ( K P R ) :
Stimulus : ketukan pada tendon patella
Respons : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.
quadriceps Femoris.
Efferent : n. femoralis ( L 2-3-4 )
Afferent : idem
Refleks achilles ( A P R )
Stimulus : ketukan pada tendon achilles
Respons : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.
gastrocnemius
Efferent : n. tibialis ( L. 5-S, 1-2 )
Afferent : idem
Refleks fisiologis ( tendon / periosteum )
130
- Klonus lutut :
Stimulus : pegang dan dorong os patella ke arah
distal
Respons : kontraksi reflektorik m. quadriceps
femoris selama stimulus berlangsung.
- Klonus kaki :
Stimulus : dorsofleksikan kaki secara maksimal,
posisi tungkai fleksi di sendi lutut.
Respons : kontraksi reflektorik otot betis selama
stimulus berlangsung.
Refleks patologis
131
- Babinski
Stimulus : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari
posterior ke anterior.
Respons : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(fanning) jari – jari kaki.
- Chaddock
Stimulus : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral,
sekitar malleolus lateralis dari posterior ke anterior.
Respons : seperti babinski
Refleks patologis
132
- Oppenheim
Stimulus : pengurutan crista anterior tibiae dari
proksimal ke distal
Respons : seperti babinski
- Gordon
Stimulus : penekanan betis secara keras
Respons : seperti babinski
Refleks patologis
133
- Schaffer
Stimulus : memencet tendon achilles secara keras
Respons : seperti babinski
- Gonda
Stimulus : penekukan ( planta fleksi) maksimal jari kaki keempat
Respons : seperti babinski
- Stransky
Stimulus : penekukan ( lateral ) maksimal jari kaki kelima
Respons : seperti babinski
- Rossolimo
Stimulus : pengetukan pada telapak kaki
Respons : fleksi jari – jari kaki pada sendi interphalangealnya
Refleks patologis
134
- Mendel - Bechterew
Stimulus : pengetukan dorsum pedis pada daerah
os cuboideum
Respons : seperti rossolimo
- Hoffman
Stimulus : goresan pada kuku jari tengah pasien
Respons : ibu jari, telunjuk dan jari – jari lainnya
berefleksi
Refleks patologis
135 - Tromner
Stimulus : colekan pada ujung jari tengah pasien
Respons : seperti Hoffman
- Leri
Stimulus : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan sikap
lengan diluruskan dengan bagian ventral menghadap keatas
respons : tidak terjadi fleksi di sendi siku
- Mayer
Stimulus : fleksi maksimal jari tengah pasien kearah telapak tangan.
Respons : tidak terjadi oposisi ibu jari.
Refleks Primitif
136
- Sucking refleks
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah
seolah – olah menyusu
- Snout refleks
Stimulus : ketukan pada bibir atas
Respons : kontraksi otot – otot disekitar bibir /
dibawah hidung (menyusu)
Refleks Primitif
137
- Graps refleks
Stimulus : penekanan / penempatan jari si
pemeriksa pada telapak tangan pasien.
Respons : tangan pasien mengepal