Pelarut 1
Limbah cat 2
Baterai bekas 2
Limbah Gas
Pembakaran pada kendaraan berbahan
bakar bensin akan menghasilkan senyawa
hidrokarbon (HK), karbon monoksida
(CO), karbon dioksida (CO2), dan
nitrogen oksida (NOx)
Kendaraan berbahan bakar solar -> HK,
CO, SOx yang berbahaya bagi kesehatan
manusia
Limbah Gas
1. HK -> sakit kepala, asma, kanker
2. CO-> radang tenggorokan,
melumpuhkan sistem pembuluh darah,
kekurangan oksigen
3. Pb-> keracunan, sakit kepala, anemia,
gangguan penglihatan
Limbah Padat
1. Limbah logam (potongan logam,
mur/skrup, bekas ceceran pengelasan dll)
2. Limbah nonlogam (ban bekas,/karet,
busa, kulit sintetis, kain lap bekas yang
telah terkontaminasi oleh oli/pelarut, cat
kering dll)
Limbah Cair
Oli bekas, bahan ceceran, pelarut/pembersih.
Pelarut/pembersih pada umumnya mudah
menguap pencemaran udara.
Bahan pelarut terhirup gangguan pernapasan
Bahan bakar mudah terbakar
Bahan bakar mudah menguap gangguan
pernapasan
Air limbah usaha perbengkelan mengalir ke
saluran menyebarkan kontaminan
PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL
1. Reduksi
2. Penyimpanan
3. Pengangkutan
4. Pemanfaatan
5. Pengolahan
6. Penimbunan
REDUKSI
Reduksi dilakukan untuk mengurangi jumlah timbulan
limbah B3 bengkel dan mengurangi sifat bahaya dari
racun yang dapat dilakukan. Usaha reduksi untuk
limbah B3 bengkel yaitu :
1. Menggunakan kembali onderdil – onderdil bekas yang
masih dapat digunakan kembali.
2. Menerapkan sistem K3 untuk menghindari terjadinya
ceceran pelumas atau bahan bakar dari motor sehingga
mengurangi penggunaan majun yang terkontaminasi.
3. Menggunakan kembali majun yang masih belum
terlalu kotor.
PENYIMPANAN
Sesuai dengan Kep Bapedal no.1 tahun 1995
1. Ruang penyimpanan limbah B3 bengkel harus terlindung
dari masuknya air hujan
2. Lantai harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak
retak
3. Tempat penyimpanan limbah B3 bengkel ini digunakan
label atau tanda peringatan untuk bahan yang mudah
terbakar yang berguna untuk mencegah terjadinya
kebakaran
4. Ruang penyimpanan limbah B3 bengkel tersebut juga harus
tersedia sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran,
persediaan air untuk pemadam api dan hidran untuk
memadamkan api
PENYIMPANAN
Tata letak unit bengkel yang baik:
1. Bersih dan rapi
2. Untuk bengkel yang melayani cuci
kendaraan bermotor, tempatkan ruang
cucian didekat saluran pebuangan air dan
terhindar dari kegiatan bongkar mesin
ataupun penggantian oli air bekas
cucian tidak terkontaminasi
Pengemasan Limbah B3
Oli bekas
Pengemasan Limbah B3
Botol bekas
Pengemasan Limbah B3
Kain majun
Pengangkutan
1. Dilakukan untuk mengirim limbah B3 bengkel ke pihak
pengolah atau pemanfaat.
2. Pada Peraturan Pemerintah no.18 tahun 1999 dijelaskan
bahwa pengangkut bisa dilakukan oleh penghasil limbah,
namun untuk limbah B3 bengkel ini sebaiknya dilakukan
oleh pihak pengolah atau pemanfaat limbah B3 bengkel
tersebut.
3. Pengangkutan harus disertai dengan manifest yang dimiliki
oleh pihak pengangkut.
4. Kendaraan pengangkut yang digunakan harus tahan lama,
kuat dan mampu melindungi limbah B3 yang akan diangkut.
PENGANGKUTAN
1. Untuk oli bekas digunakan kendaraan
pengangkut tangki dengan volume 3–4m 3
yang dapat digunakan untuk menampung
3–4 bengkel besar atau sedang.
2. Harus disertai dengan manifest untuk
limbah B3
3. Sebaiknya memilih jalan arteri yang jauh
dari pemukiman guna menghindari
terjadinya bahaya yang tidak diinginkan
Kendaraan pengangkut
PEMANFAATAN
1. Pemanfaatan bisa dilakukan dengan 3 cara, reuse,
recycle dan recovery
2. Limbah oli bekas dapat digunakan sebagai bahan
bakar ataupun diolah kembali menjadi oli yang
baru dengan cara yang sesuai. Untuk limbah botol
bekas dapat digunakan kembali dengan dilebur
menjadi bijih plastik atau dibersihkan dan
digunakan kembali untuk botol oli.
3. Onderdil bekas dan aki bekas dapat dilebur
kembali menjadi logam yang dapat digunakan
untuk membentuk aki atau onderdil yang baru.
4. Untuk majun tidak dapat dilakukan
pemanfaatan kembali karena majun yang
sudah terkontaminasi oleh oli bekas
tersebut tidak dapat dikembalikan seperti
semula, sehingga untuk majun pengolahan
yang sesuai adalah dengan proses
pembakaran dengan menggunakan
insenerator.
Pengolahan limbah cair
Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa
pelarut/pembersih, bahan bakar kotor, oli bekas, air
bekas cucian
1. Daur ulang oli bekas -> mengunakan teknologi
tertentu -> pelumas dasar. Pelumas dasar + zat aditif -
> minyak pelumas baru
2. Oli bekas ditampung menggunakan alat penampungan
khusus(bahan tahan karat dan harus ditutup rapat,
bersih dan diberi label “OLI BEKAS” Jauhkan dari
jangkauan anak-anak serta nyala api
3. Oli bekas dapat dijual ke pengumpul oli bekas ->
perusahaan oli
Pemanfaatan limbah padat
Pemanfaatan drum bekas drum oli
Aki bekas harus dikumpulkan dan dijaga
jangan sampai ada yang bocor, lalu dikirim ke
perusahaan pendaur ulang atau pengumpul
barang bekas.
Pemanfaatan ban bekas
PENGOLAHAN
Contoh: Untuk mengolah limbah kain
majun dapat dengan pembakaran
menggunakan insenerator.
Penimbunan
Abu hasil isenerator dikelola berdasarkan
sifatnya, jika masih bersifat sebagai
limbah B3 maka dilandfill di lokasi
landfill limbah b3
Solusi pencemaran udara
Jika berbagai upaya pengelolaan limbah
dilakukan air limbah mengandung sedikit
kontaminan mengandung kotoran berupa
padatan dan minyak unit pengolahan air
limbah yang digunakan sederhana
Unit pengolahan air limbah unit
pengendapan untuk pemisahan kotoran dan
unit pemisahan minyak berupa separator
Instalasi pengolahan limbah usaha perbengkelan
Diagram alir sistem pengolahan limbah cair usaha perbengkelan
Standar Baku Mutu
h