Anda di halaman 1dari 60

PELATIHAN

TENTANG
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
(untuk staf klinis)
DASAR HUKUM
1. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang- undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2018 tentang
Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2017
tertanggal 7 Juni 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1438 /
MENKES/PER/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/Menkes/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN SESUAI DENGAN PERATURAN MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG
KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

HAK ADALAH TUNTUTAN SESEORANG TERHADAP SESUATU YANG


MERUPAKAN KEBUTUHAN PRIBADINYA, SESUAI DENGAN KEADILAN,
MORALITAS DAN LEGALITAS

Hak pasien ada 18 butir

KEWAJIBAN ADALAH SESUATU YANG HARUS DILAKUKAN DAN


TIDAK BOLEH BILA TIDAK DILAKSANAKAN

Kewajiban pasien ada 8 butir


Hak Pasien meliputi:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah
Sakit;
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban Pasien;
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi;
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional;
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari
kerugian fisik dan materi;
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan;
7. Memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya;
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan;
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
terhadap penyakit yang dideritanya;
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis;
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu Pasien lainnya;
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit;
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya;
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media
cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kewajiban Pasien meliputi :
1. Mematuhi peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit;
2. Menggunakan fasilitas Rumah Sakit secara bertanggung jawab;
3. Menghormati hak Pasien lain, pengunjung dan hak Tenaga Kesehatan serta
petugas lainnya yang bekerja di Rumah Sakit;
4. Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan
kemampuan dan pengetahuannya tentang masalah kesehatannya;
5. Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan
kesehatan yang dimilikinya;
6. Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan di
Rumah Sakit dan disetujui oleh Pasien yang bersangkutan setelah
mendapatkan penjelasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
7. Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya untuk menolak
rencana terapi yang direkomendasikan oleh Tenaga Kesehatan dan/atau
tidak mematuhi petunjuk yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan untuk
penyembuhan penyakit atau masalah kesehatannya; dan
8. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
HPK 1 :
Ada regulasi bahwa rumah sakit bertanggung
jawab dan mendukung hak pasien dan
keluarga Maksud dan tujuan selama dalam
asuhan
 Maksud dan tujuan HPK 1 : Kepemimpinan (leadership) rumah sakit
bertanggung jawab bagaimana memperlakukan pasiennya dan pimpinan
perlu mengetahui serta memahami hak pasien dan keluarga juga
tanggung jawabnya seperti ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
 Sebagai contoh : pasien tidak ingin diagnosis dirinya disampaikan
kepada keluarga. Oleh karena itu harus ada regulasi yang memastikan
semua staf sadar dan tanggap terhadap isu hak serta kewajiban pasien
dan keluarga waktu berinteraksi saat memberikan asuhan kepada pasien
Hak Pasien Selama Mendapatkan Pelayanan Di Rumah Sakit
dan Tanggung Jawab Rumah Sakit Ke Pasien
HPK 1.1 Rumah sakit memberikan asuhan
dengan menghargai agama, keyakinan dan nilai
–nilai pribadi pasien, serta merespon
permintaan yang berkaitan dengan bimbingan
kerohanian
 Maksud dan tujuan HPK 1.1 :
 Pasien dengan populasi yang beragam dalam memeluk
agama, keyakinan dan memiliki nilai-nilai pribadi pasien
maka beragam pula dalam menerima proses asuhan
 Setiap PPA harus melakukan identifikasi agama dan
memahami agama, keyakinan, nilai-nilai pribadi pasien serta
menerapkan dalam asuhan pasien yang diberikan, agar
dapat membantu kelancaran proses asuhan serta
memberikan hasil asuhan yang lebih baik
HPK 1.2 :Informasi tentang pasien adalah
rahasia dan rumah sakit diminta menjaga
kerahasiaan informasi pasien serta
menghormati kebutuhan privasinya
 Maksud dan Tujuan HPK 1.2:
 Staf wajib menjaga dan menghargai informasi tentang pasien sebagai
suatu kerahasiaan, disamping itu juga menghormati kebutuhan privasi
pasien.
 Implementasi: rumah sakit diminta untuk tidak mencatumkan
informasi rahasia pada pintu pasien, lobby atau ruang perawat (nurse
station) dan tidak mengadakan diskusi yang terkait dengan pasien
diruang publik, rumah sakit diminta menghormati hak privasi pasien
terutama ketika diwawancara, diperiksa, dirawat dan dipindahkan.
Pasien mungkin tidak ingin diambil fotonya, direkam, atau
diikutsertakan dalam survei, wawancara tentang penelitian dan lainnya.
PRIVASI
HPK 1.3 : Rumah sakit menetapkan ketentuan
untuk melindungi harta benda milik pasien dari
kehilangan atau pencurian
 Maksud dan tujuan :
 Rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi dan
melindungi barang milik pasien yang dititipkan atau pasien
tidak dapat menjaganya untuk memastikan barang tidak
hilang atau dicuri.
 Proses ini berlaku untuk pasien diunit darurat, pasien
pelayanan satu hari (one day care), rawat inap, pasien yang
tidak mampu menjaga barang miliknya dan mereka yang
tidak mampu membuat keputusan tentang barang miliknya
HPK 1.4 Pasien yang rentan terhadap kekerasan
fisik serta kelompok pasien yang beresiko
diidentifikasi dan dilindungi
 Maksud dan tujuan HPK 1.4
 Rumah sakit mengidentifikasi kelompok pasien beresiko yang tidak dapat
melindungi dirinya sendiri, misalnya bayi, anak-anak , pasien cacat, manula, pasca
bedah, ganggaun jiwa, gangguan kesadaran dan lain-lain serta menetapkan tingkat
perlindungan terhadap pasien tersebut. Perlindungan ini mencakup tidak hanya
kekerasan fisik, tetapi juga mencakup hal-hal terkait keamanan, seperti tidak
memberti bantuan waktu terjadi kebakaran.
 Rumah sakit menjaga keamanan dalam tiga area yaitu:

-Area publik yang terbuka seperti area parkir, ruang rawat jalan dan
penunjang pelayanan
-Area tertutup seperti NICU, ruang bayi, ICU ,OT
-Area semi terbuka , seperti ruang rawat inap , pengunjung harus menggunakan
identitas pengunjung
HPK 2: Rumah sakit menetapkan regulasi dan
proses untuk mendukung partisipasi pasien
dan keluarga di dalam proses asuhan
 Maksud dan tujuan:
 Rumah sakit mendorong pasien dan keluarga terlibat
dalam seluruh aspek pelayanan. Rumah sakit menetapkan
regulasi untuk mengatur hak pasien untuk mencari second
opinion tanpa rasa khawatir memengaruhi proses
asuhannya, sehingga seluruh staf harus semua dilatih
untuk melaksanakan regulasi dan perannya dalam
mendukung pasien serta keluarganya untuk berpartisipasi
di dalam proses asuhannya.
second opinion
HPK 2.1 :Pasien diberitahu informasi
tentang semua aspek asuhan klinis
dan tindakan
Maksud dan Tujuan HPK 2.1
Agar pasien dan keluarganya dapat berpartisipasi
dalam membuat keputusan, mendapatkan informasi
tentang siapa DPJP, kondisi medis, setelah dilakukan
asesmen termasuk diagnosis pasti dan rencana asuhan,
termasuk kemungkinan hasil yang tidak terduga.
HPK 2.2 : Pasien dan keluarga menerima informasi
tentang penyakit, rencana tindakan, dan DPJP serta
para PPA lainnya agar mereka dapat memutuskan
tentang asuhannya
 Maksud dan tujuannya:
 Anggota staf menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang
diusulkan kepada pasien dan keluarganya dengan memberikan
informasi yang memuat semua elemen yang ada di informed
consent, serta staf klinis juga memberitahu pasien , nama dokter,
atau profesional pemberi asuhan (PPA) lainnya sebagai
penanggung jawab asuhan pasien yang diberi izin melakukan
tindakan dan prosedur atau rumah sakit harus menetapkan proses
untuk menjawab jika pasien minta tambahan informasi tentang
DPJP dan perawat penanggung jawab asuhan (PPJA) mereka.
HPK 2.3 : Rumah sakit memberitahu pasien dan
keluarganya tentang hak dan tanggung jawab
mereka yang berhubungan dengan penolakan
atau tidak melanjutkan pengobatan
 Maksud dan tujuan :
 Rumah sakit memberitahukan pasien dan keluarganya
tentang hak mereka untuk membuat keputusan, potensi
hasil dari keputusan tersebut dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut, dan diberitahu
tentang alternatif pelayanan dan pengobatan
HPK 2.4 : Rumah sakit menghormati keinginan dan
pilihan pasien untuk menolak pelayanan resusitasi,
menunda atau melepas bantuan hidup dasar (Do
Not Resusitate/DNR)
 Maksud dan tujuan:
 Penting bagi rumah sakit untuk mengembangkan pedoman dalam pembuatan
keputusan yang sulit tersebut. Pedoman berisi :
 Rumah sakit harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait
 Rumah sakit harus memastikan sesuai dengan norma agama dan budaya
 Mencakup situasi keputusan tersebut berubah sewaktu pelayanan sedang
berjalan
 Memandu PPA melalui isu hukum dan etika dalam melaksanakan menunda
atau melepas bantuan hidup dasar
 Mengembangkan kebijakan dan prosedur melalui suatu proses yang
melibatkan banyak profesi dari berbagai sudut pandang dan identifikasi
tanggung jawab masing-masing pihak dan pendokumentasiannya dalam
rekam medis pasien.
HPK 2.5 : Rumah sakit mendukung hak
pasien terhadap asesmen dan
manajemen nyeri yang tepat
 Maksud dan tujuan:
 Rumah sakit diminta untuk mengakui hak pasien terhadap
nyeri dan tersedia proses melakukan asesmen serta
manajemen nyeri yang sesuai.
 Pasien didorong dan didukung melaporkan rasa nyeri.
HPK 2.6 : Rumah sakit mendukung hak pasien
untuk mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan penuh kasih sayang pada akhir
kehidupannya
 Maksud dan tujuan :
 Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan
yang unik dalam pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang.
 Agar dapat terlaksana, semua staf harus menyadari kebutuhan unik
pasien pada akhir kehidupannya. Kebutuhan ini meliputi pengobatan
dan perawatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen
nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama,
budaya pasien dan keluarganya, serta keterlibatannya dalam
keputusan pelayanan, perawatan jenasah sebelum dipindah ke ruang
jenasah serta asuhan proses berduka pada keluarga.
HPK 3 : Rumah sakit memberikan penjelasan kepada
pasien dan keluarganya tentang proses untuk
menerima, menanggapi dan menindaklanjuti bila ada
pasien menyampaikan keluhan, konflik serta
perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien .Rumah
sakit juga menginformasikan tentang hak pasien dan
keluarga untuk berpartisipasi dalam proses ini
 Maksud dan tujuan:
 Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang
pelayanan yang mereka terima. Rumah sakit menetapkan cara-cara
dalam mencari solusi terhadap dilema dan keluhan tersebut.
Tindak lanjut atas respon komplain sesuai dengan
kategori/grading yaitu:
1.Warna Merah
 Berhubungan dengan polisi, pengadilan, kematian, mengancam
sistem/kelangsungan organisasi, potensial kerugian material.
 Ditanggapi dan ditindak lanjuti maksimal 1x 24 jam

2.Warna Kuning
 Berhubungan dengan pemberitaan media, potensi kerugian
immaterial
 Ditanggapi dan ditindaklanjuti maksimal 3 hari

3.Warna Hijau
 Tidak menimbulkan kerugian baik material maupun
immaterial
 Ditanggapi dan ditindaklanjuti maksimal 7 hari
HPK 4: Semua pasien diberitahu tentang hak
serta kewajiban dengan metode dan bahasa
yang mudah dimengerti
Maksud dan tujuan :
 Rumah sakit menyiapkan keterangan tertulis tentang hak dan
kewajiban pasien yang diberikan pada saat mereka diterima
sebagai pasien rawat inap atau mendaftar sebagai pasien rawat
jalan.
 Jika komunikasi tertulis dengan pasien tidak efektif atau tidak
tepat maka pasien dan keluarga diberitahu tentang hak serta
kewajibannya dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh
mereka.
HPK 5: Pada saat pasien diterima waktu
mendaftar rawat jalan dan setiap rawat inap,
diminta menandatangani persetujuan umum
(General Consent).
Maksud dan tujuan :
 Rumah sakit wajib meminta persetujuan umum (General
Consent) kepada pasien atau keluarganya berisi persetujuan
terhadap tindakan yang berisiko rendah, prosedur diagnostik,
pengobatan medis lainnya, batas-batas yang telah ditetapkan,
dan persetujuan lainnya.
 Persetujuan umum diminta pada saat pasien datang pertama
kali untuk rawat jalan dan setiap rawat inap.
HPK 5.1: Rumah sakit menetapkan regulasi
pelaksanaan persetujuan khusus (informed
consent) oleh DPJP dan dapat dibantu oleh staf
yang terlatih dengan bahasa yang dapat
dimengerti sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
 Maksud dan tujuan HPK 5.1
 Satu dari banyak upaya membuat pasien terlibat dalam
pengambilan keputusan dalam proses asuhan/tindakan
adalah dengan jalan memberikan persetujuan (consent)
HPK 5.2: Persetujuan khusus (informed consent)
diberikan sebelum operasi, anestesi (termasuk
sedasi), pemakaian darah dan produk darah, tindakan
dan prosedur, serta pengobatan lain dengan resiko
tinggi yang ditetapkan oleh regulasi rumah sakit.

 Maksud dan tujuan HPK 5.2


 Tidak semua tindakan dan prosedur memerlukan persetujuan
khusus (informed consent) dan rumah sakit membuat daftar
tindakan yang memerlukan informed consent diunit rawat jalan
dan rawat inap dan melatih staf untuk memastikan proses untuk
memberikan persetujuan khusus dilakukan dengan benar.
HPK 5.3 : Rumah sakit menetapkan proses, dalam
konteks peraturan perundang-undangan siapa
pengganti pasien yang dapat memberikan
persetujuan dalam persetujuan khusus (informed
consent) bila pasien tidak kompeten.
 Maksud dan tujuan :
 Persetujuan khusus (informed consent) kadang-kadang
membutuhkan orang (atau tambahan) selain pasien yang terlibat
dalam keputusan tentang asuhan pasien, dalam hal ini adalah
pasien belum dewasa /anak-anak , mengidap gangguan mental,
retardasi mental, gangguan komunikasi karena mereka tidak
mempunyai kemampuan untuk mengambil keputusannya dan
lainnya.
(HPK 6 – HPK 7): Rumah sakit bertanggung jawab
untuk melindungi manusia/pasien sebagai subjek
penelitian.

(HPK 8): Rumah sakit menetapkan kebijakan dan


prosedur untuk melakukan pengawasan terhadap
proses kemungkinan terjadi jual beli organ atau
jaringan.
Standar HPK yang diminta sesuai lapangannya
1. Bukti dalam RM tentang identifikasi agama ,keyakinan,dan nilai-
nilai pribadi (formulir pendaftaran,lembar edukasi terintegrasi)
(HPK 1.1)
2. Bukti pelaksanaan asuhan yang menghormati agama, keyakinan dan
nilai-nilai pribadi (formulir permintaan kerohanian) (HPK 1.1.2-3)
3. Bukti tentang pelaksanaan penjelasan kerahasiaan informasi
kesehatan pasien (general consent, formulir privasi) (HPK 1.2.2)
4. Bukti pelaksanaan tentang wajib simpan rahasia pasien (seluruh
staf yang terlibat dengan pasien, yang non medis wajib disumpah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya ) (HPK 1.2.4)
5. Bukti pemberian informasi tentang tanggung jawab rumah sakit
dalam menjaga barang milik pasien (general consent) (HPK 1.3.2)
6. Bukti pelaksanaan penitipan barang milik pasien (formulir
penyimpanan barang milik pasien (HPK 1.3.2)
Standar HPK yang diminta sesuai lapangannya
7. Bukti pelaksanaan proses perlindungan terhadap kekerasan (petugas
keamanan melakukan patroli, CCTV) (HPK 1.4.3)
8. Bukti pelatihan untuk mendukung hak pasien dan keluarga tentang
second opinion (HPK 2.2)
9. Bukti pelaksanaan pemberian informasi tentang kondisi medis dan
diagnosis pasti (formulir PTK, lembar edukasi terintegrasi) (HPK 2.1. 2)
10. Bukti pelaksanaan pemberian informasi tentang diagnosis (diagnosis
kerja dan diagnosis banding) dan dasar diagnosis, kondisi pasien,
tindakan yang diusulkan, tata cara dan tujuan tindakan, manfaat dan
risiko tindakan, nama orang mengerjakan tindakan, kemungkinan
alternatif dari tindakan, prognosis dari tindakan, kemungkinan hasil yang
tidak terduga dan kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan, yang
relevan dengan kondisi pasien dan rencana tindakan (formulir PTK )
(HPK 2.2.2)
11. Bukti tentang penolakan atau tidak melanjutkan pengobatan (formulir
penolakan pengobatan ) (HPK 2.3.1)
12. Bukti tidak melanjutkan perawatan (formulir PAPS ) (HPK 2.3.1)
Standar HPK yang diminta sesuai lapangannya
13. Bukti pelaksanaan edukasi tentang konsekuensi dari keputusan
mereka dan alternatif pelayanan dan pengobatan (lembar edukasi
terintegrasi) (HPK 2.3.1)
14. Bukti pelaksanaan pasien atau keluarga menolak pelayanan
resusitasi, menunda atau melepas bantuan hidup dasar. (Formulir
penolakan pengobatan, dan formulir penundaan pelayaan (HPK
2.4.2)
15. Bukti pelaksanaan dalam rekam medis tentang laporan rasa nyeri
oleh pasien beserta asesmen dan manajemen nyeri (pengkajian dari
UGD, rawat jalan, lembar edukasi terintegrasi) (HPK 2.5. 2)
16. Bukti dalam rekam medis tentang identifikasi pasien yang
mengahadapi kematian dengan kebutuhan unik (asesmen terminal )
(HPK 2.6.2 )
17. Bukti tentang penanganan komplain (feed back out patient dan
inpatient) ( HPK 3)
18. Bukti tentang keikutsertaan pasien dan keluarga dalam proses
penyelesaian komplain (HPK 3.4)
Standar HPK yang diminta sesuai lapangannya
19. Bukti materi tentang informasi hak dan kewajiban pasien
(leaflet) (HPK 4.2)
20. Bukti pelaksanaan tentang persetujuan umum (general consent)
(HPK 5.2)
21. Bukti pemberian informasi tindakan kedokteran (PTK) (HPK
5.1.2)
22. Bukti penolakan tindakan kedokteran (PTK ) ( HPK 5.1.3)
23. Bukti pelaksanaan tentang informed consent sebelum operasi,
prosedur invasive (PTK) (HPK 5.2.3)
24. Bukti daftar pengobatan yang memerlukan informed consent
(ada daftarnya ) (HPK 5.2)
25. Bukti RS menetapkan proses dalam konteks peraturan
perundang-undangan siapa pengganti pasien yang memberikan
persetujuan khusus (informed consent) bila pasien tidak
kompeten ( HPK 5.3 )
Yang harus diperhatikan
1. di general consent
sudah dibunyikan tentang pelayanan privasi dan penyimpanan barang berharga
milik pasien harus ada formulir yang harus diisi mulai dari pendaftaran

2.tentang pemasangan infus dan lain-lain, ini sebagai persetujuan keluarga


terhadap tindakan yang tidak memerlukan informed consent, tapi bila pasien atau
pun keluarga menolak, kita berikan penolakan pengobatan

3.penyimpanan barang berharga milik pasien berlaku


a.di unit darurat
b.pasien pelayanan 1 hari (one day care)
c.rawat inap, yang tidak mampu menjaga barang miliknya
d.yang tidak mampu membuat keputusan tentang barang miliknya
dan barang ini disimpan di loker UGD dan tanggung jawab oleh petugas
pendaftaran, kunci brankasnya dipegang oleh petugas pendaftaran dan bila
mau diambil di jam kantor, formulir penyimpanan difotocopi rangkap 2,1 sama
pasien, dan 1 lagi di berkas rekam medik pasien
Yang menandatangani di formulir penyimpanan barang berharga milik
pasien di jam kantor, staf/pegawai rumah sakit,petugas informasi /
pendaftaran bila ada sebagai saksi dari keluarga, tapi bila diluar jam
kantor yang beda adalah yang bertanggung jawab dalam jam dinas, dan
dalam kondisi pasien tidak sadar saksi dari pengantar dan dari rs
masing-masing 2 orang

4.Tentang pelayanan kerohanian, keluarga bisa mendapatkan pelayanan


dari rumah sakit ataupun dari keluarga, tentang bayarannya tidak ada
campur tangan dari pihak rumah sakit, rumah sakit hanya menfasilitasi
saja, hal itu bersifat sukarela terhadap kerohaniawan, dan tetap formulir
permintaan dimasukkan kedalam berkas rekam medik

5.Tentang second opinion pembayaran menjadi tanggung jawab pasien /


keluarga
6. Tentang penolakan pengobatan dipakai diluar yang dibunyikan di informed
consent seperti penolakan masuk ICU, dan alasannya bisa dijelaskan di formulir
Materi Edukasi Harian resiko apa yang dapat terjadi bila tidak masuk ICU

7. Informed consent yang sudah diberikan dapat ditarik kembali (dicabut) setiap
saat, kecuali tindakan kedokteran yang direncanakan sudah sampai pada tahapan
pelaksanaan yang tidak mungkin lagi dibatalkan dan seluruh informed consent
wajib diisi

Wajib diingat :
Membubuhkan cap jempol jari kiri, bila tidak dapat menandatangani

setiap formulir informed consent yang ada ceklistnya dikanan, itu yang
melakukan ceklist adalah pasien atau keluarga
DI ALTERNATIF RESIKO WAJIB DIISI JANGAN SAMPAI KOSONG
8.Tentang formulir DNR jika formulir ini ditandatangani bukan oleh
pasien, tuliskan nama wali yang ditunjuk oleh pasien untuk mewakilinya
atau nama keluarga pasien yang menandatangani formulir DNR, usia,
jenis kelamin, alamat lengkap, serta nomor telepon yang dapat dihubungi.

DNR tidak berarti semua tatalaksana / penanganan aktif terhadap pasien


diberhentikan. Pemeriksaan dan penanganan pasien (misalnya terapi
intravena, pemberian obat-obatan) tetap dilakukan pada pasien DNR.
Semua perawatan mendasar harus terus dilakukan, tanpa kecuali. DNR
hanya berarti tidak dilakukan tindakan RJP. Penanganan dan tatalaksana
pasien lainnya tetap dilakukan dengan optimal
Pasien dengan keputusan DNR yang mungkin memerlukan prosedur
pembedahan harus dikonsultasikan kepada tim bedah dan anestesiologis.

Lakukan peninjauan ulang keputusan DNR oleh anestesiologis dan dokter


bedah dengan pasien, wali, keluarga, atau dokter penanggungjawab
pasien (jika diindikasikan) sebelum melakukan prosedur anestesi dan
pembedahan.
Tujuan peninjauan ulang ini adalah untuk memperoleh kesepakatan
mengenai penanganan apa saja yang akan boleh dilakukan selama
prosedur anestesi dan pembedahan.

Terdapat 3 pilihan dalam meninjau ulang keputusan DNR, yaitu:


Pilihan pertama: keputusan DNR dibatalkan selama menjalani anestesi
dan pembedahan, dan ditinjau ulang kembali saat pasien keluar dari
ruang pemulihan. Saat menjalani pembedahan dan anestesi, lakukan RJP
jika terdapat henti jantung / napas.

Pilihan kedua: keputusan DNR dimodifikasi, dengan mengizinkan


pemberian obat-obatan dan teknik anestesi yang sejalan / sesuai dengan
pemberian anestesi
Pilihan ketiga: keputusan DNR tetap berlaku (tidak ada
perubahan).

Pada beberapa kasus, pilihan ini tidak sesuai dengan


pemberian anestesi umum dalam pembedahan.
Pasien dapat menjalani prosedur pembedahan minor
dengan tetap mempertahankan keputusan DNR-nya.
Anestesiologis harus berdiskusi dan membuat
kesepakatan dengan pasien / wali sah mengenai
intervensi apa saja yang diperbolehkan, seperti: kanulasi
intravena, pemberian cairan intravena, sedasi, analgesik,
monitor, obat vasopressor, obat anti-aritmia, oksigenasi,
atau intervensi lainnya
9. Tentang privasi
bila pasien ingin meminta kebutuhan privasi, di SPO sudah
dibunyikan tentang kebutuhan privasi pasien pada saat pasien ditransfer ke
unit lain, pasien harus diberi penutup badan bahkan sampai penutup wajah
apabila pasien meminta dipakaikan, (seperti masker dan topi bisa
menutup sebagian dari wajah dan kepala pasien)

10.Tentang kekerasan fisik


Rumah sakit menjaga keamanan tiga area:
a. area publik yang terbuka seperti area parkir, rawat jalan dan
penunjang pelayanan
b. area tertutup seperti kamar operasi
c. area semi terbuka seperti ruang rawat inap

11.bila ada pelaksanaan asuhan yang menghormati hak pasien yang


menghadapi kematian dengan kebutuhan unik keyakinan seperti pasien
meninggal jenazah tidak boleh disentuh selama 8 jam misalnya, ini tertuang
tertulis diserah terima

Anda mungkin juga menyukai