Anda di halaman 1dari 49

RESPONSIBILITY ACCOUNTING,

FINANCIAL PERFORMANCE
MEASURES AND TRANSFER
PRICE
Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi Pertanggungjawaban
 Akuntansi pertanggungjawaban menurut definisi Hansen dan
Mowen adalah sebagai berikut: “Responsibility Accounting is a
system that measures the results of each responsibility center
according to the information managers need to operate their
centers” (Hansen dan Mowen 2003:530).
Akuntansi Pertanggungjawaban
 Akuntansi pertanggungjawaban adalah sebuah sistem
yang mengukur perencanaan (dengan anggaran) dan
pelaksanaan (dengan hasil aktual) dari tiap-tiap pusat
pertanggungjawaban.
Akuntansi Pertanggungjawaban
 kesimpulan dari pengertian-pengertian diatas bahwa akuntansi
pertanggungjawaban merupakan suatu sistem yang dirancang untuk
mengakumulasikan dan melaporkan biaya, serta mengukur hasil dari
tiap level pusat pertanggungjawaban, sehingga apabila terjadi
penyimpangan dapat ditelusuri penyebab dan penanggungjawabnya.
Akuntansi Pertanggungjawaban
 Akuntansipertanggungjawaban menunjukkan
bermacam-macam konsep dan alat yang digunakan
untuk mengukur kinerja karyawan dan departemen
dalam mencapai tujuan atau behavior congruence.
Pusat Pertanggungjawaban
Pusat Pertanggungjawaban
 Pusat pertanggungjawaban menurut Charles T. Horngren, Gary L.
Sundem dan William O. Stratton adalah sebagai berikut: “A
Responsibility Center is a set of activities assigned to a manager, a
group of managers, or other employees” (Horngern et. Al 1999:331).
Pusat Pertanggungjawaban
 Pusat pertanggungjawaban merupakan suatu tingkatan bisnis
dimana manajer mempunyai pertanggungjawaban untuk
melaporkan aktivitasnya dan mempertanggungjawabkan aktivitas
yang telah dilakukannya, dan dalam pelaksanaannya manajer pusat
pertanggungjawaban dibantu oleh manajer lain dan pekerja-pekerja.
Tipe Pusat Pertanggungjawaban
Menurut Atkinson dan kawan-kawan membagi pusat
pertanggungjawaban menjadi empat tipe, yaitu (2001:522):
1. Cost Center (Pusat Biaya)
2. Revenue Center (Pusat Pendapatan)
3. Profit Center (Pusat Laba)
4. Investment Center (Pusat Investasi).
Tipe Pusat Pertanggungjawaban
1. Cost Center (Pusat biaya)
Pusat biaya menurut Atkinson, Hilton dan kawan-kawan adalah
sebagai berikut: “A cost center is an organization subunit, whose
manager is responsible for the cost of activity for which a well-
defined relationship exists between inputs and outputs” (Hilton et.
Al 2003:758).

2. Revenue Center (Pusat pendapatan)


Menurut Atkinson, Kaplan, Banker dan Young: “A Revenue
Centers are responsibility centers whose members control revenues,
but no control either the manufacturing or the acquisition cost of
the product or service they sell or the level of investment made in
responsibility centers”. (Atkinson et. Al 2001:527).
Tipe Pusat Pertanggungjawaban
3. Profit Center (Pusat laba)
Atkinson dan kawan-kawan mendefinisikan pusat laba sebagai berikut:
“Profit Centers are responsibility centers in which managers and other
employees control both the revenues and the costs of the product or
service they deliver” (Atkinson et. Al 2001:528).

4. Investment Center (Pusat investasi)


Menurut Hilton pusat investasi adalah sebagai berikut: “A investment
center is an organizational subunit whose manager is held
accountable for the subunit’s profit and the invested capital used by
the subunit to generate its profit” (Hilton et. Al 2003:759).
Akuntansi Pertanggungjawaban
Akuntansi Pertanggungjawaban
 PERAN INFORMASI DAN AKUNTABILITAS
Informasi memiliki peran penting agar para manajer bertanggung
jawab terhadap hasil. Akuntabilitas secara tidak langsung
mencerminkan pengukuran kinerja, yang berarti bahwa hasil actual
dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan atau dianggarkan.
Sistem pertanggungjawaban, akuntabilitas, dan evaluasi kinerja
seperti ini sering merujuk kepada akuntansi pertanggungjawaban,
karena peran penting yang dimainkan oleh ukuran dan laporan
akuntansi tersebut di dalam proses.
Pengelolaan Organisasi secara efektif dan efisien
melalui pemotivasian karyawan secara maksimum
Dalam pengelolaan perusahaan, manajemen menetapkan sasaran
yang akan dicapai di masa yang akan datang dalam proses yang
disebut perencanaan. Pelaksanaan rencana memerlukan alokasi
sumber daya secara efisien. Di samping itu, pelaksanaan rencana
memerlukan pengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran
yang telah ditetapkan.
Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja Keuangan
Definisi Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Penilaian Kinerja Pusat Laba
Pusat laba adalah pusat pertanggungjawaban yang manajernya diberi
wewenang untuk mengendalikan pendapatan dan biaya pusat
pertanggungjawaban tersebut.
Penilaian Kinerja Pusat Laba
Untuk mengukur kinerja pusat laba, umumnya digunakan dua ukuran
yang menghubungkan laba yang diperoleh pusat laba dengan investasi
yang digunakan untuk menghasilkan laba. Yaitu Kembalian investasi
(return on investment atau seringkali disingkat dengan ROI) dan
residual income (RI).
Penilaian Kinerja Pusat Laba
Berikut ini diuraikan formula perhitungan kembalian investasi
dan residual income disertai dengan permasalahan yang timbul
dengan digunakannya ukuran tersebut sebagai pengukur kinerja
pusat laba.
Return On Investment
Kembalian Investasi (Return On Investment)
Kembalian investasi (return on investment) merupakan perbandingan
laba dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Formula untuk menghitung return on investment adalah sebagai berikut :
Laba
(1) ROI = _______________
Investasi
 
Penjualan Laba
(2) ROI = ________________ X ______________
Investasi Penjualan
Return On Investment
Dalam menggunakan kembalian (ROI) sebagai ukuran kinerja,
diperlukan kebijakan manajemen yang bersangkutan dengan:
1. Penentuan komponen yang digunakan untuk menghitung laba
a. Komponen pendapatan.
b. Komponen biaya.
2. Penentuan aktivas yang diperhitungkan ke dalam investment base.
3. Pengukuran nilai aktiva yang diperhitungkan ke dalam investment
base.
Manfaat ROI sebagai pengukur kinerja
 ROI sebagai pengukur kinerja pusat laba memiliki tiga manfaat
berikut ini:
 Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba menaruh
perhatian yang seksama terhadap hubungan anatara pendapatan
penjualan, biaya, dan investasi.
 Kembalian investasi mendorong manajer pusat laba melaksanakan
efisiensi biaya.
 Kembalian investasi mencegah manajer pusat laba melakukan
investasi yang berlebihan di dalam pusat laba yang dipimpinnya.
Residual Income
 Residual Income dihitung dengan mengurangi laba yang
diperoleh pusat laba dengan beban modal (capital charge). Tarif
yang digunakan untuk menghitung beban modal ditetapkan oleh
kantor pusat.

 Biasanya tarif tersebut lebih tinggi dari tarif yang dipakai untuk
investasi yang pembelanjaanya berasal dari utang jangka
panjang, karena dana yang diinvestasikan ke dalam pusat laba
merupakan campuran modal dari pinjaman dan modal sendiri.
Pengertian Harga Transfer
Harga atau nilai dari produk/jasa yang
dibebankan pada saat suatu divisi/pusat
laba/pusat pertanggungjawaban memberikan
produk/jasa kepada divisi/pusat laba/pusat
pertanggungjawaban lain dalam suatu
perusahaan.
Harga transfer # harga jual
Harga transfer di satu pihak (divisi yang memproduksi)
merupakan pendapatan bagi pusat pertanggung
jawaban yang menyerahkan/ menjual produk atau jasa.
Dilain pihak (divisi yang membeli) merupakan biaya
bagi pusat pertanggung jawaban yang menerima
produk atau jasa.
Pada umumnya suatu perusahaan melakukan suatu
penetapan harga transfer antara perusahaan dalam suatu
group yang disebut “intracompany transfer pricing”.
Latar Belakang Timbulnya Masalah
Harga Transfer
Diferensiasi adalah proses pembagian
pekerjaan menjadi tugas-tugas yang
diperlukan untuk mencapai sasaran
organisasi, dapat berbentuk vertikal dan
horisontal.
Diferensiasi dapat dilakukan sebagai
pelaksanaan strategi diversifikasi.
…………….lanjutan
Diversifikasi merupakan proses pembentukan unit-
unit organisasi untuk menghadapi berbagai
lingkungan industri.
Diversifikasi biasanya ditempuh melalui proses
divisionalisasi, yang merupakan pembentukan
divisi-divisi yang diberi peran sebagai pusat laba.
Semakin luas tingkat diversifikasi, semakin besar
kebutuhan menajemen puncak akan alat untuk
mengintegrasikan berbagai divisi yang telah
dibentuk.
…………….lanjutan

Desentralisasi adalah pendelegasian kebebasan


untuk mengambil keputusan.
Divisionalisasi tidak selalu diikuti dengan
desentralisasi. Divisionalisasi yang tidak diikuti
dengan desentralisasi akan menimbulkan pseudo
profit centers (pusat laba tidak dalam arti
sebenarnya).
Desentralisasi dapat mengambil salah satu dari 3
bentuk; (1)fungtional decentralizatio,
(2)geographical decentralizatio, dan (profit
decentralizatio)
Manfaat Disentralisasi; (1)manajer tingkat lebih
rendah memiliki pengetahuan terbaik tentang
kondisi setempat, (2)kesempatan berlatih
mengelola unit organisasi, (3)motivasi
berprestasi.
Kelemahan Disentralisasi; (1)keputusan manajer
menguntungkan divisi yg dipimpin tapi
merugikan perusahaan, (2)kecenderungan
manajer memiliki sendiri unit organisasi
penghasil jasa pdhl akan lebih murah jika jasa
disediakan secara terpusat, (3)biaya
pengumpulan&pengelolaan informasi naik
METODE PENENTUAN
HARGA TRANSFER
1. Penentuan harga transfer atas dasar biaya
(cost-based transfer pricing)
2. Penentuan harga transfer atas dasar harga
pasar (market-based transfer pricing)
Perhitungan Harga Transfer dengan Cost-
Based Transfer Pricing
Pendekatan UNSUR BIAYA % MARK UP

FULL Costing Biaya produksi (Biaya nonproduksi + (X% x


Aktiva penuh)) / Biaya produksi

VARIABLE Costing Biaya variabel (Biaya tetap + (X % x Aktiva


penuh)) / Biaya variabel

ACTIVITY-BASED Unit-level activity


Costing Batch-related activity
Product-sustaining activity
Facility-sustaining activity
 Unit-level activity costs. Biaya ini dipengaruhi oleh
jumlah unit produk yang dihasilkan. Contoh: biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya energi, biaya
angkut.
 Batch-related activity costs. Biaya ini tergantung dari
frekuensi order produksi yang diolah oleh fungsi
produksi. Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit
produk yang diproduksi dalam setiap order produksi.
Contoh setup costs untuk menyiapkan mesin dan
ekuipmen sebelum proses produksi, biaya angkutan
bahan baku dalam pabrik, biaya inspeksi, biaya order
pembelian.
Product-sustaining activity costs. Biaya ini
berhubungan dengan penelitian dan pengembangan
produk dan biaya mempertahankan produk agar tetap
dapat dipasarkan. Contoh: desain dan pengujian
produk.
Facility-sustaining activity costs. Biaya ini
berhubungan dengan kegiatan untuk
mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh
perusahaan. Contoh: biaya depresiasi, amortisasi,
asuransi.
Contoh soal 1
PT X memiliki Divisi A dan Divisi B. Divisi A menghasilkan suku
cadang Q ditransfer ke Divisi B. Divisi A direncanakan beroperasi
pada kapasitas normal 1.000 unit, dgn taksiran biaya penuh sbb:
Biaya produksi (T) Rp. 50.000.000
Biaya produksi (V) Rp.150.000.000
Biaya adm.&umum (T) Rp. 40.000.000
Biaya adm.&umum (V) Rp .10.000.000
Biaya pemasaran (T) Rp. 15.000.000
Biaya pemasaran (V) Rp. 5.000.000 +
Total biaya penuh Divisi A Rp.270.000.000
Total aktiva pada awal tahun anggaran diperkirakan sebesar
Rp.1.000.000.000 dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam
tarif kembalian investasi (rate of return on investment) sebesar 20%
Cost-Based Transfer Pricing
Pendekatan Full Costing
Perhitungan markup
Biaya adm.&umum Rp.50.000.000
Biaya pemasaran Rp.20.000.000 +
Total biaya nonproduksi Rp.70.000.000
Laba yang diharapkan
20%xRp.1.000.000.000 Rp.200.000.000 +
Jumlah Rp.270.000.000
Biaya produksi Rp.200.000.000 :
1.35 = 135 %
…….lanjutan full costing

Perhitungan harga transfer


Biaya produksi + markup
= Rp.200.000.000 + (135% x Rp.200.000.000)
= Rp.470.000.000
atau
= Rp.470.000 per unit
Cost-Based Transfer Pricing
Pendekatan Variabel Costing
Perhitungan markup
Biaya produksi T) Rp. 50.000.000
Biaya adm.&umum (T) Rp. 40.000.000
Biaya pemasaran (T) Rp. 15.000.000 +
Total biaya tetap Rp.105.000.000
Laba yang diharapkan
20%xRp.1.000.000.000 Rp.200.000.000 +
Jumlah Rp.305.000.000
Biaya variabel Rp.165.000.000 :
= 1.84 = 184%
……..lanjutan variabel costing

Perhitungan harga transfer


Biaya variabel + markup
= Rp.165.000.000 + (184% x Rp.165.000.000)
= Rp.468.600.000
atau
= Rp.468.600 per unit
Contoh soal 2
PT X memiliki Divisi A dan Divisi B. Divisi A menghasilkan
suku cadang Q dan R ditransfer ke Divisi B. Divisi A
direncanakan beroperasi pada kapasitas normal 1.000.000 unit
suku cadang Q dan 2.000.000 unit suku cadang R. Perusahaan
menggunakan pendekatan activity-based costing dalam
penentuan biaya penuh dgn taksiran biaya penuh sbb:

Keterangan Suku Cadang Q Suku Cadang R


Unit-level activity costs
Biaya standar per unit Rp.1.500 Rp.2.000
Batch-related activity costs
Biaya standar per batch Rp.200.000 Rp.150.000
Product-sustaining activity costs
Biaya per unit Rp.500 Rp.300
Facility-sustaining activity costs
Biaya setahun Rp.200.000.000 Rp.400.000.000
Total aktiva Divisi A pada awal tahun anggaran
diperkirakan sebesar Rp.1.000.000.000 dan laba yang
diharapkan yang dinyatakan dalam tarif kembalian
investasi (rate of return on investment) sebesar 22%.

Misalkan Divisi A mentransfer 100.000 unit suku


cadang Q ke Divisi B dalam bulan Januari. Jumlah
tersebut diproduksi dalam 2 (dua) production run
(batch). Markup untuk suku cadang Q dan R didasarkan
pada unit-level activity costs dihitung sbb:
Laba yang diharapkan=
22%xRp.1.000.000.000 Rp.220.000.000

Unit-level activity costs


Suku cadang Q=1.000.000xRp.1.500= Rp.1.500.000.000
Suku cadang R=2.000.000xRp.2.000= Rp.4.000.000.000 +
Rp.5.500.000.000 :
Markup 4%
Biaya penuh:
Unit-level activity costs
100.000 unit @ Rp.1.500 = Rp.150.000.000
Batch-related activity costs
2 batch @ Rp.200.000 = Rp. 400.000
Product-sustaining activity costs
100.000 unit @ Rp.500 = Rp. 50.000.000
Facility-sustaining activity costs
100.000 unit @ Rp.200* = Rp. 20.000.000 +
Biaya penuh suku cadang Q = Rp.220.400.000
Markup 4% x Rp.150.000.000 = Rp. 6.000.000
Harga transfer Q =Rp.226.400.000

*Rp.200.000.000 /1.000.000unit
Perhitungan Harga Transfer dengan
Market-Based Transfer Pricing
Penentuan harga transfer dengan metode
harga pasar minus (market-price minus).
Unsur pengurang; (1)potongan volume,
(2)biaya penjualan, (3) komisi penjualan, (4)
biaya penagihan, (5) biaya penggudangan.
MASALAH DALAM PENENTUAN
HARGA TRANSFER
Divisi penjual diperlakukan sebagai pusat
biaya. Karena divisi penjual sangat ditentukan
oleh kinerja divisi lain, sehingga laba tidak
dapat mencerminkan kinerja divisi ini.
Tanggung jawab divisi penjual terbatas pada
pengendalian terhadap biaya.
Biaya tetap bulanan (fixed monthly charge).
Produk yang ditransfer ke divisi pembeli
ditentukan harga transfernya sebesar biaya
variabel. Setiap bulan divisi pembeli akan
dibebani dengan beban tetap bulanan,
meskipun divisi tersebut tidak mentransfer
produk ke divisi pembeli. Terdiri dari; (1)
biaya tetap dan (2) laba.
Pembagian laba (profit sharing). Laba
kontribusi yang diperoleh dibagi kepada
divisi penjual dan divisi pembeli menurut
perbandingan proporsi biaya variabel
masing-masing divisi dalam total biaya
variabel produk.
Dua perangkat harga (two sets of prices). Pada saat
divisi penjual mentransfer produk ke divisi pembeli,
rekening pendapatan divisi penjual dikredit sebesar
jumlah unit produk yang ditransfer dikalikan dengan
harga jual produk di pasar luar dikurangi dengan
biaya pemasaran. Divisi pembeli dibebani sebesar
biaya variabel standar. Selisih antara pendapatan dan
biaya variabel tersebut dikreditkan ke rekening
kantor pusat dan dieliminasi pada saat dilakukan
konsolidasi laporan keuangan.
Piutang Divisi Pembeli xxx
Rekening koran kantor pusat xxx
Pendapatan Divisi Penjual xxxx
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai