Anda di halaman 1dari 10

PATOFISOLOGI MUSCULOSKELETAL I

dr. Mukhlas Hamidy


A.    Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat
Infeksi (Osteomielitis)

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih


sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan jaringan
lunak karena terbatasnya asupan darah, respons
jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang
baru di sekeliling jaringan tulang mati) (Kholid Rosyidi:
2013).
Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70%
sampai 80% infeksi tulang. Organisme patogenik
lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi
Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. 
Patofisiologi Osteromielitis meliputi sebagai berikut :
1.      Osteomilitis hematogen akut.
§  Kuman masuk ke dalam melium menyebar ke seluruh tulang.
§  Kuman menuju korteks menembus lapisan korteks timbul
abses supreteal keluar melalui ulkus menoris lalu meluas
keseluruh bagian dan bisa menjadi petrel permukaan kulit.
§  Kuman masuk ke arah sendi sehingga terjadi arthtritis septik
2.      Osteomilitis Kronik
Selanjutnya tergantung pada askemi yang terjadi pada masa
akut, bila peredaran darah berkurang masa osteobala akan
meletakkan osteod sehingga peredaran darah tidak terjadi dan
tulang mati mengandung kuman sekuesterum yang akan
dibungkus oleh involokrom yang ditembus oleh saluran untuk
keluarnya pus, daerah terselubung ini dapat menjadi tenang
tetapi sewaktu dapat aktif lagi
B.     Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat
Degenaratif (Osteoarttritis)

Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit


kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang
seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai
dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi
sendi.
Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses
pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting
rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu.
Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan
karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi
infeksi sendi deformitas congenital da
n penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan
trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen
atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada
akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi
penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
C.    Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat
Metabolik (Osteomalasia)

Osteomalasia adalah penyakit metabolisme tulang yang


dikarakteristikkan oleh kurangnya mineral dari tulang
(menyerupai penyakit yang menyerang anak-anak yang disebut
rickets) pada orang dewasa, osteomalasia berlangsung kronis dan
terjadi deformitas skeletal, terjadi tidak separah dengan yang
menyerang anak-anak karena pada orang dewasa pertumbuhan
tulang sudah lengkap (komplit).
Osteomalasia dapat terjadi sebagai akibat kegagalan absorpsi
kalsium atau kehilangan kalsium yang berlebihan dari tubuh.
Kelainan GI dimana absorpsi lemak tidak memadai sering
menimbulkan osteomalasia melalui kehilangan vitamin D dan
kalsium, kalsium diekskresikan melalui feces dalam kombinasi
dengan asam lemak.
D.    Patofisiologi Gangguan Sistem Muskuloskeletal Akibat
Trauma ( Fraktur)

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, retak atau patahnya


tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik yang
ditentukan jenid dan luasnya trauma.

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat
di serap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan
rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum
dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan lunak yang
membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan
terbentuklah hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera
berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini
menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi,
eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.
Proses penyembuhan tulang
Tulang bisa bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain.
Fraktur merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang
yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara
ujung patahan tulang. Tulang baru dibentuk oleh aktivitas
sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang yaitu :
1.      Stadium satu – pembentukan hematoma
Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar
daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk fibrin guna
melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat
tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini
berlangsung 24-48 jam dan perdarahan berhenti sma sekali.
2.      Stadium dua – proliferasi seluler
Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro
kartilago yang berasal dari periosteum, endosteum dan bone marrow yang
telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk
ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadilah proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru
yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini
berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.
3.      Stadium tiga – pembentukan kalus
Sel-sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik,
bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan
juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan
osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati.
Massa sel yang tebal dengan tulang imatur dan kartilago, membentuk kalus
atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang
imatur anyaman tulang menjadi lebih padat sehingga gerakan pada tempat
fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.
4.      Stadium empat – konsolidasi
Bila aktivitas osteoklas dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang
berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan
mungkin osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis
fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoklas mengisi celah-celah yang
tersisa di antara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah
proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum
tulang kuat untuk membawa beban yang normal.
5.      Stadium lima – Remodelling
Fraktur telah di jembatani oleh suatu manset tulang yang padat.
Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini di bentuk
tulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus
menerus. Lamellae yang lebih tebal di letakkan pada tempat yang
tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak di kehendaki di buang,
rongga sumsum di bentuk dan akhirnya di bentuk struktur yang
mirip dengan normalnya.

Anda mungkin juga menyukai