Anda di halaman 1dari 343

PROGRAM

HIGIENE INDUSTRI

Dr. Agus Triyono, S.Si, M.Kes

Disampaikan pada : Pelatihan Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja


Di Jakarta - 2021
1
Higiene Perusahaan
Industrial Hygiene :
(Patty’s Industrial Hygiene and Toxicology, volume 3rd, 1994 by John willey & Sons, Inc. New York, edited by Robert L. Harris, Lewis J. Cralley,
Lester V. Cralley)

“Science and art devoted to the recognition, evaluation and


control of those environmental factors or stresses, arising in or
from the workplace, which may cause sickness, impaired
health and well-being, or significant discomfort and
inefficiency among workers or among the citizens of a
community” ……(The American Industrial Hygiene Asociation).

Higiene Perusahaan :
Disiplin ilmu tentang pengenalan, evaluasi dan
pengendalian faktor lingkungan yang terdapat di tempat
kerja untuk mencegah timbulnya penyakit.
NB: Bersifat Teknis; Sasarannya Tempat Kerja
DASAR HUKUM
 Undang-undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat 2
 Undang-undang 13 Tahun 2003 Ps 86 & 87
 Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Tentang
Keselamatan Kerja.
 PP No. 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan
SMK3
 Permenaker No. 5/ MEN/2018 Tentang K3
Lingkungan Kerja.

3
PP 50 Tahun 2012
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
(1). Pengusaha wajib melakukan pemantauan dan
evaluasi kinerja K3.
(2). Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) melalui pemeriksaan,
pengujian, pengukuran, dan audit internal SMK3
dilakukan oleh SDM yang kompeten.
(3). Dalam hal perusahaan tidak memiliki sumber daya
untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
kinerja K3 sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
menggunakan pihak lain.

4
PP 50 Tahun 2012
Bagian Kelima
Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3
(4). Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan
kepada pengusaha.
(5). Hasil pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) digunakan
untuk melakukan tindakan perbaikan.
(6). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi kinerja K3
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
undangan dan /atau standar.
5
Keputusan Menteri Tenaga Kerja
No. 187/MEN/1999 Tentang
Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja
 Kewajiban Perusahaan dengan Potensi bahaya besar
adalah melakukan pemeriksaaan dan pengukuran
faktor kimia sekurang-kurangnya 6 bulan 1 kali.
(Pasal 16 huruf e)
 Kewajiban Perusahaan dengan Potensi bahaya
menengah adalah melakukan pemeriksaaan dan
pengukuran faktor kimia sekurang-kurangnya 1
tahun 1 kali.(Pasal 16 huruf d)
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No. 5/ MEN/2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja.

 Pasal 2 : Pengusaha dan / atau Pengurus wajib


melaksanakan syarat-syarat K3 lingkungan Kerja.
 Pasal 3 : Syarat-syarat K3 yang dimaksud dalam pasal 2
yaitu :
 Pengendalian Faktor Fisika dan Kimia agar berada di
bawah NAB.
 Pengendalian Faktor Biologi, Faktor Fisiologi dan Faktor
Psikologi agar memenuhi standar
 Pasal 62 : Pemeriksaan dan / atau pengujian berkala
dilakukan 1 tahun sekali atau sesuai dengan penilaian
risiko atau peraturan per undang undangan yang berlaku.
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan
No. 5/ MEN/2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja.
Pasal 59
(1). Pemeriksaan dan/ atau Pengujian LK dari Internal dan Eksternal.
(2). Pengujian Internal tidak menggugurkan kewajiban pengujian
eksternal
(3). Pengujian Internal dilakukan oleh Personil K3 bidang Lingkungan
Kerja
(4). Lembaga Eksternal yang menguji Lingkungan Kerja :
a. UPT Pengawasan Ketenagakerjaan.
b. Direktorat Bina K3 beserta UPT Bidang Pelayanan Pengujian K3.
c. UPTD bidang Pelayanan Pengujian K3
d. Lembaga lain yang terakreditasi dan ditunjuk Menaker
(5) Personil yang menguji :
a. Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis Lingkungan Kerja.
b. Penguji K3.
c. Ahli K3 Lingkungan Kerja.
DIREKTORAT BINA K3 DAN BALAI K3 DI INDONESIA
(UPTP DAN UPTD)

DITJEN PPK dan K3

DIREKTORAT BINA K3

BALAI K3 BALAI K3 BALAI BESAR BALAI K3


BALAI K3 BALAI K3
MEDAN SAMARINDA PENGEMBANGAN K3 JAKARTA
BANDUNG SURABAYA
MAKASAR

UPTD UPTD
1. NAD 1. SULUT UPTD
UPTD UPTD
2. BABEL 2. SULTENG DKI JAKARTA
1. LAMPUNG 1. KALBAR
1.
3. SUMBAR 3. SULTRA BALI
2. BANTEN 2. KALSEL 2.
4. RIAU 4. SULBAR NTB
3. JATENG 3. KALTENG 3.
5. JAMBI 5. GORONTALO NTT
4. DI YOGYA 4.
6. BENGKULU 6. MALUKU 5. SURABAYA
7. SUMSEL 7. MALUKU UTARA
8. KEPRI 8. PAPUA
9. IRIAN JAYA BARAT

9
TAHAP INDUSTRIAL HYGIENE
MONITORING
1. PENGENALAN LINGKUNGAN KERJA
(HAZARD IDENTIFICATION ):
Flow Diagram dari proses produksi.
Kondisi Operasi tiap-tiap proses.
Bahan baku, tambahan, hasil utama dan
bahan buangan.

10
2. PENILAIAN LINGKUNGAN KERJA
(RISK ASSESMENT ) :
Mengetahui potensi bahaya dari faktor
bahaya lingkungan kerja, dengan
pengukuran, pengambilan sampel dan
analisa laboratorium, kemudian
dibandingkan dengan standar.

11
3. PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA
(RISK CONTROL )
Penerapan teknik tertentu untuk menurunkan bahaya
sampai batas yang masih dapat ditolerir oleh manusia dan
lingkungannya dengan NAB.

NAB Bahan Kimia : Adalah standar faktor-faktor


lingkungan kerja yang dianjurkan di tempat kerja agar
tenaga kerja masih dapat menerimanya tanpa
mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam
pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu.

12
MONITORING LINGKUNGAN KERJA

 DI DALAM ILMU HIGIENE PERUSAHAAN DIKATAKAN BAHWA


RUANG LINGKUP HIGIENE PERUSAHAAN MELIPUTI
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN
KERJA ,PENGUKURAN DAN PENGUJIAN SERTA PENILAIAN
DAN AKHIRNYA PENGENDALIAN TEKNIS LINGKUNGAN
KERJA SERTA PENCEGAHAN DAMPAK TERHADAP TENAGA
KERJA
 FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA ADALAH SEGALA
SESUATU YANG BERADA DI LINGKUNGAN KERJA PADA
SAAT MELAKUKAN PEKERJAAN YANG DAPAT
MENGGAKIBATKAN GANGGUAN KENYAMANAN KERJA,
KESEHATAN KERJA, SAMPAI PENYAKIT AKIBAT KERJA.

13
TUJUAN MONITORING LINGKUNGAN
KERJA

 EVALUASI KONDISI LINGKUNGAN KERJA APAKAH


TEMPAT KERJA MEMBAHAYAKAN
 MENGETAHUI APAKAH NORMA ATAU PERATURAN YANG
DITETAPKAN ATAU DILAKSANAKAN OLEH PERUSAHAAN
 PENGECEKAN EFEKTIF TIDAKNYA ALAT KENDALI YANG
ADA
 UNTUK MENDAPATKAN DATA LINGKUNGAN KERJA
UNTUK KEPENTINGAN LEGAL
 MERENCANAKAN DALAM PENGADAAN ALAT-ALAT
PELINDUNG DIRI
 SEBAGAI DASAR PERENCANAAN ALAT-ALAT KENDALI
 PENELITIAN / MEMBANTU PENYELIDIKAN APAKAH
KASUS PENYAKIT YANG TIMBUL BERKAITAN DENGAN
KONDISI LINGKUNGAN KERJA

14
15
FAKTOR-FAKTOR BAHAYA LINGKUNGAN KERJA
A. Faktor Fisika :
Kebisingan, Getaran, Tekanan Panas, Tekanan Dingin,
Gelombang Elektro Magnetik, Sinar Ultraviolet,
Pencahayaan
B. Faktor Kimia :
Gas, Uap, Debu, Fume, Asap Kabut, Cairan Dan Benda
Padat Serat
C. Faktor Biologi :
Baik dari Golongan Hewan dan Tumbuhan
D. Faktor Fisiologi :
Sikap dan Cara Kerja, Konstruksi Mesin
E. Faktor Psikologis :
Suasana Kerja, Hubungan Antara Pekerja atau dengan
Pengusaha, Stres Kerja 16
17
Physical
Hazard :
Heat Stres
Noise
Vibration
Lighting
Radiation

18
1. HEAT STRESS / IKLIM KERJA

19
Typical Industries with Heat Stress Potential
 Iron & Steel Foundries  Canneries
 Brick Firing &  Mining
Ceramics  Chemical Processing
 Construction  Smelters
 Glass Products  Steam Turners
 Rubber Products  Laundries
 Utilities  Fire Fighting
 Bakeries  Haz-Mat Applications
 Military  Sports

20
21
Iklim Kerja
 Kombinasi dari parameter suhu kerja,
kelembaban udara, kecepatan gerakan
udara & suhu radiasi pd suatu tempat kerja.
 Suhu udara nyaman adalah
23 – 26 oC dengan selisih suhu diluar
& di dalam tdk lebih dari 5 oC

22
 Faktor-faktor yg menyebabkan pertukaran panas antara
tubuh dgn sekitarnya :
 Konduksi  antara tubuh dgn benda atau
lingkungan sekitarnya melalui kontak langsung
 Konveksi  gerakan molekul2 gas/cairan dgn
suhu yg rendah
 Radiasi  energi gelombang dr kedua benda akan
saling berpengaruh
 Evaporasi/penguapan  keringat yg dihasilkan pd
permukaan kulit melalui pelepasan uap air

 Suhu yg tinggi dpt menyebabkan penyakit a.l.


heat cramps, heat exchaustion, heat stroke dan miliaria.
23
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

ALAT HEAT STRESS MONITOR 24


PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA & TRANSMIGRASI
NOMOR : PER 5/MEN//2018, K3 LINGKUNGAN KERJA

ISBB (0 C)

Pengaturan Waktu Kerja Beban Kerja


Setiap Jam
Ringan Sedang Berat Sangat
Berat

75 % - 100 % 31,0 28,0 - -

50 % - 75 % 31,0 29,0 27,5 -

25 % - 50 % 32,0 30,0 29,0 28


25
0 % - 25 % 32,5 31,5 30,5 30
Pengendalian terhadap Iklim Kerja:
a. menghilangkan sumber panas atau sumber
dingin dari Tempat Kerja;
b. mengganti alat, bahan, dan proses kerja
yang menimbulkan sumber panas atau
sumber dingin;
mengisolasi
c. atau membatasi pajanan
sumber panas atau sumber dingin;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. menyediakan air minum;
f. mengatur atau membatasi waktu pajanan
terhadap sumber panas atau sumber
dingin;
g. penggunaan baju kerja yang sesuai;
h. penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai; dan/atau
i. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
2. KEBISINGAN
Kebisingan
 Kebisingan adalah bunyi yg didengar sbg

suatu rangsangan pd telinga & ketika bunyi


tersebut tsb tdk dikehendaki
 Kualitas bunyi ditentukan oleh frekuensi dan

intensitasnya
 Intensitas bunyi adl besarnya tekanan yg

dipindahkan oleh bunyi satuan desibel (dB)


 Frekuensi adl jumlah getaran per detik (hertz)

yaitu jml gel yg diterima oleh telinga setiap


detiknya. Range yg bisa didengar adl 20 s/d
20.000 hz dan frekuensi manusia
berkomunikasi adl 250 s/d 3000 hz
28
 Kebisingan berdasarkan sifat bunyi :
 Kebisingan continue

 Kebisingan terputus-putus

 Kebisingan impulsif

 Kebisingan impulsif berulang

 Pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja &


lingkungan :
 Pengaruh terhadap pendengaran yaitu

PTS dan TTS


 Efek kebisingan kepada daya kerja

29
Pengukuran Kebisingan

30
Tipe Metoda
Pengukuran Kebisingan:
 Area
 Random Sampling / Sesaat
 TWA /8 jam kerja
 Contour
 Personal
 Dosimetri

31
32
33
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

Sound Level Meter + Octav Band Analyzer

34
NOISE DOSIMETER

35
Pemeriksaan : Audimetri & Ruang Kedap Suara

36
AUDIOGRAM
Frekuensi
500 1000 2000 3000 4000 6000 (Hz)

10

15

20

25

30

dst

50

90

NAD (dB)
 Derajat Ketulian (ISO) :
− 0 – 25 dB : Normal
− 26 – 40 dB : Tuli ringan
− 41 – 60 dB : Tuli sedang
− 61 – 90 dB : Tuli berat
− > 90 dB : Tuli sangat berat

Atau : Koreksi terhadap penurunan ambang


pendengaran 0,5 dB tiap tahun setelah umur 40 tahun
NILAI AMBANG BATAS ( NAB )

NAB. UNTUK KEBISINGAN DI


LINGKUNGAN KERJA MENURUT
PERMENAKER NO. 5 /MEN/2018
ADALAH 85 dB(A) SELAMA 8 JAM
PER-HARI ATAU 40 JAM PER
MINGGU.

40
Waktu Pemaparan Per hari Intensitas Kebisingan dalam (dBA)

8 Jam 85
4 88
2 91
1 94

30 Menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112

28,12 Detik 115


14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 127
0,88 130
0,44 133
41
0,22 136
Pengendalian Administrasi

 Texp : 8
2 (spl-85)/3
Pengendalian bahaya kebisingam
dilakukan dengan melaksanakan program
pencegahan penurunan pendengaran
antara lain:
a. Menghilangkan Sumber Kebisingan dari
Tempat Kerja.;
b. Mengganti alat, bahan dan proses yang
menimbulkan sumber kebisingan.
Memasang pembatas, peredam suara,
c.

penutrup sebagian atau seluruh alat yang


menimbulkan kebisingan.
d. mengatur atau membatasi pajanan
Kebisingan atau pengaturan waktu
kerja;
e. menggunakan alat pelindung diri yang
sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya
sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
3. GETARAN ( Vibration )

Pengukuran getaran bergantung tujuannya :


 Whole body Vibration
 Hands Arm Vibration
 Getaran Mesin (Maintenance)
 Getaran Lantai / Gedung

45
Vibration Exposure
Whole Body

Driving Industrial
Trucks and Heavy
equipment generates
Vibration Health
effects.

46
Vibration Exposure
Whole Body

4 to 7 % of all workers in
Europe and the U.S.A are
expose to whole body
Vibration during their work
activities and are dangerous
to Health.

47
Symptoms – Advanced Stages
 White or Blanched
Finger Tips
 Aggravated by cold
 Mistaken for frostbite
 Few minutes initially
 With Continued Exposure
 Blanching spreads
 Attacks Increase in
 Frequency
 Intensity
 Duration

48
Symptoms – Latter stages
 Occur in all seasons
 On and off job
 Triggered by
 Cold
 Vibrating objects
 Nicotine
 Severe Cases
 Gangrene
 Amputation

49
Health Effects
Vascular Disorders

Muscle

Normal Damage
Artery Artery

Normal
flow
Flow
Restriction
50
Vibration
Whole Body Pad Location Examples:

Seat.
Back Rest.
Standing.

51
Measurements and sensor location
must be done in each work area.

52
Vibration Exposure
Hand Arm

53
PENGENALAN ALAT LAB

ALAT UKUR VIBRASI


54
Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan Lengan dan
Tangan

Jumlah Waktu Pemaparan Per Resultan Percepatan pada


hari kerja ( Jam) Sumbu X, Y, Z

Meter per detik kuadrat


(m/det2)
6 jam s/d 8 jam 5

4 jam dan < 6 jam 6

2 jam dan < 4 jam 7

1 jam dan < 2 jam 10

0,5 jam dan < 1 jam 14

< 0,5 jam 20


55
Nilai Ambang Batas Getaran Untuk Pemaparan
Seluruh Tubuh
Jumlah Waktu Pemaparan Per Nilai Ambang Batas (m/det2)
hari kerja ( Jam)

0,5 3,4644

1 2,4497

2 1,7322

4 1,2249

8 0,8661

56
Pengendalian bahaya getaran dilakukan
dengan:
a.menghilangkan sumber Getaran dari Tempat
Kerja;
b.mengganti alat, bahan, dan proses kerja
yang menimbulkan sumber Getaran;
c.Mengurangi Getaran dengan
menambah/menyisipkan damping/bantalan/
peredam di antara alat dan bagian tubuh yang
kontak dengan alat kerja;
d. membatasi pajanan Getaran melalui
pengaturan waktu kerja;
e. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
4. PENERANGAN

59
DEFENISI PENERANGAN
 Penerangan yang baik adalah Penerangan yang
memungkinkan tenaga kerja melihat obyek-
obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan
tanpa upaya yang tidak perlu.

 Penerangan yang memadai memberikan kesan


pemandangan yang lebih baik dan keadaan
lingkungan yang menyegarkan.
60
RUANG LINGKUP
 PENGENALAN
 PENILAIAN / EVALUASI
 PENGENDALIAN
 PENGENALAN ALAT LAB

61
PENGENALAN
Sifat-sifat penerangan yang baik ditentukan :
a. Pembagian luminensi dalam lapangan
penglihatan
b. Mencegah kesilauan
c. Arah sinar
d. Warna
e. Tidak mengakibatkan panas ruangan

62
ISTILAH

a. Intensitas (kadar) Illuminasi adalah banyaknya


cahaya (kepadatan cahaya) yang dikeluarkan oleh
suatu sumber cahaya dengan arah tertentu
b. Lumen adalah satuan ukuran dari aliran sinar yang
keluar dari sumber sinar
c. Level Illuminasi adalah banyaknya cahaya yang
jatuh pada permukaan sebuah bidang

63
d. Luminance (kecerahan) adalah ukuran dari
banyaknya cahaya yang dipancarkan dari
permukaan sebuah sumber sinar atau cahaya
yang terpantul dari suatu permukaan yang
dikenai cahaya
e. Reflectance (daya pantul) adalah ukuran
berapa besar cahaya dipantulkan dari suatu
permukaan

64
f. Luminaire adalah perlengkapan rumah
lampu
g. Lampu adalah sumber cahaya yang dibuat
oleh orang
h. Satuan – satuan yang sering digunakan:
@ Lux
@ Foot candle

65
Jenis Pencahayaan
 Cahaya (Penerangan) Alami berasal dari
matahari
 Cahaya (Penerangan) Buatan berasal dari
lampu :
@ Langsung
@ Tidak langsung

66
Penerangan Alami yang baik
 Jarak antara gedung-gedung atau bangunan-
bangunan harus sedemikian rupa tidak
mengganggu masuknya cahaya kedalam
ruangan.
 Setiap tempat kerja harus mendapat
penerangan yang cukup untuk melakukan
pekerjaan

67
 Jendela, lobang atau dinding gelas yang untuk
memasukan cahaya harus bersih dan luas
seluruhnya 1/6 luas tempat kerja
 Dalam keadaan terpaksa dapat dikurangkan
menjadi 1/10 luas tempat kerja
 Jendela, lobang atau dinding gelas, dapat
memberikan cahaya yang merata.
 Bila sinar matahari mengenai langsung TK
harus diadakan tindakan untuk
menghalanginya.

68
Pengaruh Pencahayaan
Terhadap Tenaga Kerja
1. Kelelahan mata
2. Kelelahan mental
3. Keluhan pegal di daerah mata
4. Kerusakan indera mata
5. Meningkatkan terjadinya kecelakaan

69
PENGUKURAN PENERANGAN
SNI. 7062:2019
 Alat untuk mengukur penerangan :
adalah Luxmeter
 Penempatan fotocell pada jatuhnya cahaya
pada obyek yang dilihat oleh pekerja dalam
melakukan pekerjaan.

70
PENGENALAN ALAT LABORATORIUM

ALAT LUX METER

71
PENERANGAN LOKAL
 Pengukuran pada lokasi operator melakukan
pekerjaan (vertical/horizontal).
 Contoh :

Meja 1 Meja 3

Meja 2 Meja 4

72
PENERANGAN UMUM
 Titik pengukuran pada titik potong garis
horisontal panjang dan lebar ruangan, dengan
fotocell setinggi 1 meter dari lantai,
berdasarkan luas ruangan.

73
 Luas ruangan kurang
dari 50 meter persegi.
Titik pengukuran pada
titik potong garis
panjang dan lebar
seluas kurang dari 3
meter persegi.

74
 Luas ruangan 50 s/d 100
meter persegi.
Titik pengukuran pada
titik potong garis
panjang dan lebar
minimal 25 titik.

75
 Luas ruangan di atas
100 meter persegi.
Titik pengukuran pada
titik potong garis
panjang dan lebar,
minimal 36 titik.

76
Standar
Intensitas
Pencahayaan
PENGENDALIAN
 Penggunaan cahaya matahari (daylight)
 Penggunaan warna cerah pada dinding
dan langit-langit.
 Menerangi koridor, tangga,landaian dll
yang sering dilalui tenaga kerja.
 Menerangi daerah kerja secara merata.
 Penyediaan penerangan yang cukup pada
setiap pekerjaan.
78
 Penggunaan penerangan lokal pada
pekerjaan yang memerlukan pemeriksaan
dan ketelitian.
 Menghindari kesilauan.
 Penempatan lampu sedapat mungkin dari
arah samping kiri, atas, belakang tenaga
kerja.
 Perawatan lampu-lampu.
79
Beberapa Hal yang Dapat Menurunkan
Intensitas Penerangan
 Adanya debu atau kotoran pada bola
lampu
 Bola lampu yang sudah lama
 Kotornya kaca jendela, untuk penerangan
alami
 Perubahan letak barang-barang

80
5. RADIASI
MENGION & TIDAK MENGION

81
Prof Eric J Hall (Columbia Univ.)
Life on earth has developed with an ever present background
of radiation. Radiation has always been there

82
DEFENISI RADIASI
 SUATU CARA PERAMBATAN
ENERGI DARI SUATU SUMBER KE
LINGKUNGANNYA TANPA
MELALUI MEDIA.

83
RUANG LINGKUP
 PENGENALAN
 PENILAIAN / EVALUASI
 PENGENDALIAN
 PENGENALAN ALAT LAB

84
Application

85
PENGENALAN
 Radiasi 2 jenis :
1. Radiasi mengion (ionizing
radiation
2. Radiasi tidak mengion (non-
ionizing radiation)

86
RADIASI MENGION
(ionizing radiation)
- Energi besar (diatas 12 eV),
diakibatkan o/ disintegrasi
atom membentuk ion

- Radiasi mengion dibagi 2


1. Elektromagnetik : X-Ray,
gamma ray
2. Partikel : elektron, netron,
proton, alpha
87
Sumber Pemaparan Radiasi Mengion :
- Industri tabung sinar katoda
- Pembangkit tenaga nuklir
- Pertambangan
- Rumah sakit (kedokteran gigi,
umum, radiologi, lab.)
- Lembaga penelitian
- Pertanian
- dsb.

88
Estimated dose of radiation/year, US

Source Dose/year (mSv)


- Radon 24
- Cosmic/outer space 0,27
- Terrestrial/earth 0,28
- Internal(K40,C14) 0,39
Total Natural 0,94

- Medical X-ray 0,39


- Nuclear medicine 0,14
- Consumer product 0,10
- Occupational 0,009
- Nuclear fuel <0,01
- Fallout: atomic weapon <0,01
- Miscellaneous <0,01
Total artificial <0,66 89
90
Kasus Chernobyl,
(Rusia, 27 April 1986 ) :
- Ledakan dan kebakaran
terjadi pd reaktor uranium;
kebocoran bhn radioaktif
ratusan mil
- 2 pekerja meninggal seketika;
ribuan cedera berat;
29 meninggal setlh dirawat.
91
Efek Radiasi Mengion :
Menyebabkan terjadinya kerusakan atom/ molekul yg
dilaluinya

Efek radiasi mengion 2 jenis :


1. Efek stokastik,
 Tergantung pd frekuensi pemajanan, tidak
tergantung pd dosis
 Efek stokastik : karsinogen, kelainan genetik
2. Efek Non-stokastik
 Efek yg ditimbulkan tergantung pd frekuensi dan
dosis
 Contoh : erythema pd kulit, katarak pd mata 92
D. Efek Radiasi terhadap Sel
Ionisasi

Kerusakan DNA

Modifikasi Proses Perbaikan


ekspresi gen
Perbaikan tidak sempurna

Kematian sel “aktif” Aberasi kromosom Mutasi Perbaikan sempurna

Sel mati Sel tetap hidup

93
Klasifikasi Efek Radiasi (lanjutan)

Sel terpapar radiasi

Perbaikan secara enzimatis

Sel mati Sel hidup

Disfungsi organ Sel normal Sel abnormal

Efek deterministik Efek stokastik

Efek segera Efek tertunda

Eritema; Sterilitas; Katarak; Kanker;


Retardasi mental Efek pewarisan

94
Efek Radiasi Akut
(Radiation Sickness)
- Mual, muntah, sakit kepala,erythema
(stlh 24 jam)
- Sakit perut, demam (2-3 hari)
- Diare, dehidrasi (minggu ke 2)
- Rambut rontok, lesu, demam, perarahan (minggu
ke 3)
- Jika gejala diatas semakin parah dpt timbul
perdarahan hebat yg menyebabkan kematian (4-6
minggu setlh radiasi)
95
Radiation burns
(28 days, 2400-4800 rad)

96
Efek paparan radiasi oleh Ir-192 (185 GBq) selama 2
jam

Hari ke-5

Hari ke-21
Hari ke-11

97
98
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KESELAMATAN RADIASI
DALAM PRODUKSI PESAWAT SINAR-X RADIOLOGI DIAGNOSTIK
DAN INTERVENSIONAL

Untuk Pekerja :
Max 20 Mili Sievert/Tahun, rata-rata

selama 5 tahun berturut-turut.


Untuk Masyarakat Umum :
Max 1 mili Sievert / Tahun.
Nilai Batas Dosis - NBD
(ditetapkan dlm SK Ka.BAPETEN No.01/Ka.BAPETEN/V/1999
ttg Ketentuan Keselamatan Kerja dg Radiasi)

 NBD utk penyinaran seluruh tubuh 50 mSv (5000


mRem)/thn
 NBD utk wanita usia subur 13 mSv dlm jangka 13
minggu pd abdomen
 NBD utk wanita hamil 10 mSv pd janin, terhitung
sejak dinyatakan mengandung hingga saat bayi lahir
 NBD utk penyinaran lokal rata2 pd setiap
organ/jaringan 500 mSv/thn

100
Persyaratan proteksi radiasi

 Justifikasi :Tdk menerapkan


/menggunakan radiasi, kecuali jika ada
positive net benefit
 Optimisasi :Prinsip ALARA (as low as
reasonably achievable)
 Limitasi : Standar pemajanan/ Dosis
sesuai rekomendasi

101
Pengendalian
 Isolasi peralatan dan daerah radiasi dg
penyekatan
 Maksimalisasi jarak, menjauhkan TK dari
sumber radiasi
 Membatasi waktu pemajanan

 Pemasangan pagar, label dan tanda peringatan


bhy radiasi
 Penggunaan APD(pakaian, kaca mata, dsb.)

 Pelatihan dan pengawasan

 Emergency preparadness, kesiap-siagaan jika


terjadi keadaan darurat

102
Alpha ----> sangat kecil/tidak ada
Beta ----> kecil
Sinar X ---->
besar
Sinar gamma ----> besar
Neutron ----> besar

103
Radiation Shielding Material
Alpha dpt dihambat dengan bhn tipis, mis.
kertas atau lapisan luar kulit mati
Beta penyekatan dg bhn spt aluminium dan
plastik/Al dg ketebalan sp 1 cm
Gamma & Semakin tebal dan tinggi berat jenis
X-ray bhn, semakin besar intensitas radiasi
yg diserap. Pb / tembok beton
Neutron dihambat dg penyekatan bhn yg
mengandung kadar hidrogen tinggi,
shg bhn cair spt air, poliethilen,
parafin dsb. banyak digunakan
104
105
Tingkat keparahan/bahaya radiasi

Bahaya external Bahaya internal


Kurang Alpha Gamma

Beta Beta

Sangat Gamma Alpha

106
Risk factors
(Timbulnya kanker pd organ tubuh, menurut UN Scientific Committee on
the Effects of Atomic Radiation- UNSCEAR)

Body organ Risk factor


- Gonads 1 x 10-2 / Sv
- Breast 2,5 x 10-3 / Sv
- Bone 5 x 10-4 / Sv
- Lung 2 x 10-3 /Sv
- Thyroid 5 x 10-4 /Sv
- Red bone marrow 2 x 10-3 /Sv
107
Ionizing radiation & tissue

Charged particles

Electrical interactions

Ionization occurs

Chemical changes

Biological effect

108
Effect of Radiation on Cells
 Inhibition of cell division
 Damage to chromosome (number of structure)
 Damage to genes (mutation)

Pemajanan radiasi dlm jaringan tubuh tergantung pd sifat


fisik dan kimia dr bahan radioaktif.
Contoh :
 Radioaktif iodine, umumnya mempengaruhi/terkonsentrasi pd
kelenjar thyroid;
 Strontium-90, mengendap pada tulang;

 Cesium, pd jaringan lunak

Setelah terakumulasi, konsentrasinya dpt menurun setelah


beberapa waktu melalui peluruhan atau proses biologi
(Iodine-131, waktu peluruhan 7 hr; plutonium-239, 24 000th;
strontium-90, 28 tahun)
109
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
 UU No. 1/1970 ttg Keselamatan Kerja
 UU No. 10/1997 ttg Ketenaganukliran
 PP No.63/2000 ttg Keselamatan dan
Kesehatan thd Pemanfaatan Radiasi Pengion

110
Berbagai Jenis Survey Meter
111
Berbagai Jenis Personal Dosimeter
112
Detektor Sintilasi

Detektor Surface
Barrier

Detektor Isian Gas

Berbagai Jenis detektor radiasi


113
RADIOGRAFI DENGAN FILM

Peralatan Pesawat Sinar-X


114
RADIOGRAFI DENGAN FILM
KameraGamma

Type Automatic
Type Amersham 660
manual

Crawler Kamera Co-60


115
Konversi :
Dosis ekivalen = dosis absorbsi x quality factor
Sievert = Gray x QF
Rem = rad x QF

1 Gray = 100 rad = 1 J/kg


1 Sv = 100 rem
1 rad = 1.15 roentgen = 0,01 Gray
1 roentgen = 0,87 rad

Dosis radiasi : jml energi yg diserap oleh jaringan tiap satuan


massa pd tempat pengukuran( satuan rad )
116
117
118
RADIASI TIDAK MENGION
(Non ionizing radiation)
• Energi rel. rendah (<12 eV, tdk mengion)
• Spektrum radiasi elektromagnetik tdk mengion
- Frekuensi : 3.105-3.1015 Hz
- Panjang gelombang : 103 m-102 nm
• Yg termasuk radiasi tdk mengion
- Frekuensi radio/TV
- Gelombang mikro
- Infra merah
- Sinar tampak
- Ultra violet

119
1. Gelombang mikro (Microwave)
 Spektrum :
- f : 3.108 Hz – 3.1011 Hz (0,3 - 300 GHz)
- Relatif tdk berbahaya pd pemajanan luar tp sgt berbahaya
jika tertelan/terhirup : 1m – 1 mm
 Sumber :
- alamiah : matahari, bumi, bulan
- buatan : satelit komunikasi, radar, hp, unit diatermi,
dapur peleburan logam/plastik
 Gel mikro : 3
- Frek. Ultra (ultra high frequency-UHF):0,3-3 GHz
- Frek Super (super high frequency – SHF): 3-30 GHz
- Frek Tertinggi (extra high frequency – EHF):30-300 GHz

120
Efek Microwave thd Kesehatan
 Pengaruh termal dan non termal (medan EM,
molekuler dan modulasi)
 Pemajanan melalui proses absorbsi, dipantulkan, dan
dpt berpenetrasi ke dlm tubuh tergantung pd panjang
gelombang. Jaringan dg kandungan air > akan
memudahkan absrbsi gel mikro ke dlm tubuh.
 Radiasi menyebabkan gangguan sistem syaraf,
gangguan reproduksi dan dugaan leukemia

Kasus :Koki pizza menderita kerusakan liver serius


akibat radiasi microwave oven (tanpa tutup
pelindung)

121
2. Infra Red
 Spektrum :
- f : 3.1011 – 3.1014 Hz
-  : 1 mm – 1000 nm
 Sumber : dapur peleburan, pengelasan, lampu
pemanas/pengering
 Efek kesehatan : Katarak pd mata, kulit
terbakar (dugaan : gannguan reproduksi,
sistem syaraf, jantung)
 Standar :10 mW/cm2 u/ radiasi infra red dg 
> 770 nm
122
3. Radiasi Sinar Tampak (visible spectrum)
 f : 3.1014 – 3,5.1014
 : 1000 nm – 500 nm

 Sumber : lampu, sinar/pengelasan, dapur peleburan,


 Efek u/ lingkungan kerja : pencahayaan kurang
dan kesilauan (glare) : kelelahan, ketdk nyamanan
yg dpt menyebabkan kecelakaan kerja
 Standar : Intensitas radiasi sinar tampak 10
mW/cm2 u/ 10.000 dtk (3 jam)

123
4. Ultra Violet
  : 400 nm -180 nm
f : 3,5. 1014 – 3.1015 Hz
 Sumber : sinar matahari, lampu merkuri/halogen,

las listrik, pemotong logam


 Ultra violet dibagi 3, dari segi efek yg ditimbulkan

:
- UV-A : 400-300 nm, pigmentasi kulit
- UV-B : 320-280 nm, erythema pd kulit
- UV-C : 200-180 nm, katarak pd mata

124
Radiasi Sinar Ultra Violet

125
126
Spektrum Radiasi Matahari

127
Health effect
Pada kulit dan mata dimana energi radiasi diserap.

Acute :
 Pd mata Photokeratitis (inflamation of cornea) dan
conjunctivis
 Radiation burn (sunburn)

Chronic :
 Cataract(clouding of the lens)
 Premature ageing, keratosis (dry,spot on the skin)

 Skin cancer

128
Who is at risk?
- Outdoor workers (gardener, road worker,

building & construction workers,


surveyors, forestry workers, agriculture
workers, mining workers, harbour
workers, traffic officer
- Fair skin

129
Pengendalian
 Elimination
 Substitution with safer alternative
 Engineering control (reduction to minimum
level)
 Administrative control (job rotation)
 PPE (clothing, sunglasses, creams SPF15+)

130
UV radiometer

131
 Australia has the highest incidence of
skin cancer in the world.
 2 dr 3 Australian yg mencapai usia 75th
diperkirakan menderita kanker kulit

132
Skin cancer
1. Basal cell carcinoma (BCC)
 Sering dijumpai, bentuk yg rel. tdk berbahaya
 Benjolan di permukaan kulit (muka, leher)
2. Squamous cell carcinoma (SCC)
 Jarang ditemukan (20% kasus kanker kulit), lebih
berbahaya
 Kulit merah, melepuh/luka, dpt menjalar
3. Melanoma
 Paling jarang ditemukan (5% kasus), paling
berbahaya, sangat fatal
 Berawal dari tumor hasil sel yg berpigmentasi di
epidermis
133
Exposure assessment
 Job tasks
 Hours of the day
 Availability of natural shade
 Feasibility of artificial shade (canopies, etc)
 Rescheduling tasks where nat./art. shade is
inadequate
 Reorganizing work (indoor/outdoor)
 Availability of control option

134
5. Gelombang Radio/TV
 f : 3.105-3.108 Hz
 : 1000 m – 1 m

 Sumber : TV, radio, sistem komunikasi, radar


 Efek :
Umumnya non thermal (medan listrik dan magnet) :
gangguan sistem syaraf, jantung, reproduksi, kanker
pd anak2 (Dugaan;
percobaan binatang)
percobaan binatang)

135
136
Electric & Magnetic Field (EMF)

(Efek pada binatang/ percobaan


laboratorium)
 Nervous system;
 change in balance between white & red
blood cell
 Heart; Change in electrical hearth
activity
 Genetic effect; Infertility, Chromosomal
change
 Immune system

137
Studi pd manusia :
 Fewer children were born to workers exposed to high
voltage lines; 8% anak cacat dibanding 3% dari kontrol
group (Swedia)
 More death due to leukemia (confounding factor : benzene
)- USA
 30 pekerja instansi listrik di Paris: kesehatan baik, bukan
perokok&peminum alkohol, 7 - 20 tahun masa kerja, alat
dosimeter setiap 30 detik mengunjukkan nilai paparan
elektromagnetik yang terjadi.
Hasil :penelitian ini dapat dinyatakan bernilai amat
meyakinkan yang membuktikan untuk pertama kalinya,
bahwa paparan spektrum elektromagnetik (teg. Tinggi)
yang berjalan terus-menerus dan kumulatif tidak
menimbulkan efek yang mengganggu (American Journal
of Physiology, June 2005)

138
 DR Sudarti (Univ Jember;Kompas 24 Jan 2006)
- SUTET mempengaruhi faktor psikis warga; rasa
tdkaman/depresi (suara berisik spt letusan yg
muncul malam hari krn arus listrik dg beban
puncak)
- Tidak berpengaruh langsung pada kesehatan
- Mempengaruhi kualitas suara dan gambar TV

Voltage Levels
 Low voltage lines : < 1000 V

 Medium voltage : 1000 V – 60 000 V

 High voltage : 60 000 – 150 000 V

 Extra High voltage : > 150 000 V


139
Nilai Ambang Batas Radiasi Gelombang
Radio / Gelombang Mikro
Pengendalian bahaya radiasi gelombang radio
atau gelombang mikro dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Gelombang
Radio atau Gelombang Mikro dari Tempat
Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang
Mikro;
merancang
c. Tempat Kerja dengan
menggunakan peralatan proteksi radiasi;
d. membatasi waktu pajanan terhadap sumber
Radiasi Gelombang Radio atau Gelombang
Mikro;
e. penggunaan alat pelindung diri yang
sesuai; dan/atau
f. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA
NOMOR : PER-5/MEN/2018, PAJANAN RADIASI SINAR ULTRA UNGU
YANG DIPERKENANKAN

Masa Pemaparan Per Hari Iradiasi Efektif (IEff) mW/cm2


8 jam 0,0001
4 jam 0,0002
2 jam 0,0004
1 jam 0,0008
30 menit 0,0017
15 menit 0,0033
10 menit 0,005
5 menit 0,01
1 menit 0,05
30 detik 0,1
10 detik 0,3
1 detik 3
0,5 detik 6 143
0,1 detik 30
Pengendalian bahaya radiasi Ultra Ungu
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber Radiasi Ultra Ungu
(Ultra Violet) dari Tempat Kerja;
b. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
Radiasi Ultra Ungu (Ultra Violet);
merancang Tempat Kerja dengan menggunakan
c.

peralatan proteksi radiasi;


d. memberikan jarak aman sesuai dengan standar
antara sumber pajanan dan pekerja;
e. membatasi pajanan sumber Radiasi Ultra
Ungu (Ultra Violet) melalui pengaturan waktu
kerja;
f. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Nilai Ambang Batas Medan
Magnet Statis
Pengendalian bahaya medan megnet statis
dilakukan dengan:
• menghilangkan sumber Medan Magnet Statis
dari Tempat Kerja;
• mengganti alat, bahan, dan proses kerja yang
menimbulkan sumber Medan Magnet Statis;
• mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
Medan Magnet Statis;
• mengatur atau membatasi waktu pajanan
terhadap sumber Medan Magnet Statis;
e. mengatur jarak aman sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia antara sumber
pajanan dan pekerja;
f. menggunaan alat pelindung diri yang
sesuai; dan/atau
g. melakukan pengendalian lainnya sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
149
150
KEADAAN FISIK BAHAN KIMIA

GAS

UAP
(PARTIKEL CAIR)

DEBU

CAIRAN
CAIRAN

PADATAN 151
GOLONGAN PARTIKEL

 Debu (Kekuatan mekanis-Alami)


 Mist (Penyemprotan-Pembuihan)
 Fume (Peleburan logam)
 Asap (Partikel karbon < 0,5
mikron bercampur senyawa HC )
 Kabut (Ttk-ttk air mengembun di
udara)
 Smog (Gabungan smog fog)

152
Non Partikel
 Gas bentuk fluida elastis yg
mengisi seluruh ruangan pd
suhu & Tekanan normal
(Uap air, Uap minyak dll.)

153
Menurut
Patologis.. ?
 Racun Sistemik mempengaruhi
seluruh tubuh
 Kerusakan organ-organ tubuh

bagian dlm (organofosfat, Cl,HC)


 Merusak sistem Hematopoitik

(sistem pembuat darah merah)-->


Phenol, Benzene, Naptalen
 Racun Logam Berat (Hg, Pb, Cd)

154
CARA PENGUKURAN F-KIMIA

 Indra Manusia
 SO2 ---> 4 ppm
 H2S ---> 0.2 ppm
 Binatang Percobaan
 Alat Detector
 Gas Monitoring
 Pengambilan Sampel ( cara yg paling
dianjurkan)

155
CARA PENGAMBILAN SAMPEL FAKTOR KIMIA

1. FILTRASI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI UDARA


DENGAN CARA MENGAKIRKAN UDARA MELALUI SUATU KERTAS
FILTER KEMUDIAN KERTAS FILTER DITIMBANG SELISIH
BERATNYA DI LABORATORIUM

2. ABSORBSI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI


UDARA DENGAN CARA MENGALIRKAN UDARA MELALUI
ABSORBEN

3. ADSORBSI : YAITU MENGAMBIL CONTOH FAKTOR KIMIA DI


UDARA DENGAN CARA MENGALIRKAN UDARA MELALUI SUATU
ADSORBENSIMISAL, SILICA GEL ATAU KARBON AKTIF.

156
MEASUREMENT OF WORKER EXPOSURE
A Full period

A B Full period
A B
Single sample
A B C

 A B
Partial Period
A B Consecutive
A B C samples

A B C D E
    
(Random)
  
A B C D Grab Samples

0
1 2 3 4 5 6 7 8
157
HOURS AFTER START OF WORK SHIFT
TIME WEIGHTED AVERAGE

158
BEBERAPA METODE YANG DIGUNAKAN UNTUK
MELAKUKAN MONITORING DI LINGKUNGAN KERJA

CARA MONITORING
 DIRECT READING/PEMBACAAN LANGSUNG
 SEMI DIRECT READING
 PENGAMBILAN CONTOH UJI

METODE PENGUJIAN
 GRAVIMETRI
 TITRASI
 SPEKTROFOTOMETRI
 CHROMATOGRAPHY
 SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
 FLUORESENSE SPEKTROFOTOMETRI
 X RAY DEFRACTOFOTOMETRI

159
PENENTUAN TITIK DAN WAKTU PENGUKURAN

 TITIK PENGUKURAN DITENTUKAN ATAS DASAR TUJUAN DARI


PENGUKURAN, APABILA TUJUAN PENGUKURAN ADALAH UNTUK
MENILAI DAMPAKNYA TERHADAP TENAGA KERJA, MAKA TITIK
PENGUKURAN ADALAH DI TEMPAT TENAGA MELAKUKAN
PEKERJAAN.

 WAKTU PENGUKURAN ADALAH REPRESENTATIF MEWAKILI 8


KERJA PER HARI. DAN BIASANYA DIWAKILI PADA WAKTU MULAI
OPERASIONAL, PEAK HOUR (JAM OPERASIONAL MAKSIMAL) YAITU
1 JAM SEBELUM ISTIRAHAT 1 DAN PADA WAKTU MENJELANG
SELESAI WAKTU KERJA

160
Teknik Penentuan titik pengambilan sampel udara
di tempat kerja

1. Untuk unit kerja besar berbentuk segi empat dengan panjang


dan lebar lebih dari 6 meter
Teknik Penentuan titik pengambilan sampel udara
di tempat kerja

2. Untuk unit kerja besar berbentuk segi empat dengan panjang


dan lebar lebih dari 6 meter
Teknik Penentuan titik pengambilan sampel udara
di tempat kerja

3. Untuk unit kerja besar yang tidak berbentuk segi empat yang
luas
Teknik Penentuan titik pengambilan sampel udara
di tempat kerja

4) Untuk unit kerja kecil yang panjang dan lebar 6 meter atau
kurang
MONITORING PAPARAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI UDARA TEMPAT KERJA
1. Direct reading techniques
Colorimetric Tubes…
…are NOT sorbent tube
 Colorimetric tubes “Drager®
Tube”
 Are compound specific
 Change color to indicate
concentration
 “Direct Reading” for
immediate response
 Advantages
 Require no laboratory
 Easy to use
 Disadvantages
 Accuracy: +/- 25%
 Not all compounds available
Pengukuran Udara Emisi dengan Detector
Kitagawa
PENGUKURAN OPASITAS
CEROBONG ASAP
MONITORING PAPARAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
DI UDARA TEMPAT KERJA
2. Collection techniques

 charcoal
 Impinger  kertas filter tube

UV-Spectrofotometry Analytical Gas AAS


Balance Chromatografi
Particulat Analysis

Desicator
PENGAMBILAN CONTOH UDARA SECARA AKTIF

172
METODA ANALISA KIMIA DI UDARA
 TUBE DETECTOR
PRINSIP : REAGEN (TERADSORBSI) + GAS PERUBAHAN
WARNA
 IMPINGER (ABSORSI LARUTAN PENYERAP)
PRINSIP : MENANGKAP GAS BEREAKSI DIANALISA
 ADSORBSI (CARCOAL TUBE)
PRINSIP : UDARA MENEMPEL PADA REAGEN ANALISA
 GRAVIMETRI
PRINSIP : FILTER, UDARA BERDEBU MENEMPEL PADA
FILTER PAPER DITIMBANG BERATNYA
 DETECTOR (DIRECT READING)
PRINSIP : DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR

173
GAS CHROMATOGRAFI MASS LIQUID
SPECTROFOTOMETRI CHROMATOGRAFI MASS
SPECTROFOTOMETRI

174
Personal Samples

175
Gas & Vapor Sampling

With sorbent tubes

Main bed
Precision drawn
Back-up bed glass tube
Retaining clip

Foam separator

176
NILAI AMBANG FAKTOR KIMIA DI TEMPAT KERJA
MENGACU PADA

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA


NOMOR : PER-5/MEN/2018
TENTANG
K3 LINGKUNGAN KERJA

177
NAB
Faktor
Kimia
Indeks
Pemaja
nan
Biologis
Pengendalian terhadap bahaya faktor kimia
dilakukan dengan:
a. menghilangkan sumber potensi bahaya kimia
dari Tempat Kerja;
b. mengganti bahan kimia dengan bahan kimia lain
yang tidak mempunyai potensi bahaya atau
potensi bahaya yang lebih rendah;
c. memodifikasi proses kerja yang menimbulkan
sumber potensi bahaya kimia;
d. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
potensi bahaya kimia;
e. menyediakan sistem ventilasi;
f. membatasi pajanan sumber potensi bahaya kimia
melalui pengaturan waktu kerja;
g. merotasi Tenaga Kerja ke dalam proses pekerjaan
yang tidak terdapat potensi bahaya bahan kimia;
h. penyediaan lembar data keselamatan bahan dan
label bahan kimia;
i. penggunaan alat pelindung diri yang sesuai;
dan/atau
j. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat risiko.
C. FAKTOR BIOLOGI

182
DASAR HUKUM
 UU No. 1/1970 Tentang Keselamatan Kerja
 PP 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3
 Permenakertrans No.1/1981 Tentang Kewajiban
melapor Penyakit Akibat Kerja.
 Perpres 7 Tahun 2019 Tentang Penyakit Akibat
Kerja.
 Peraturan Menaker No 5 Tahun 2018 Tentang K3
Lingkungan Kerja
 SE Menaker No. M/8/HK.04/V/2020 Tentang
Perlindungan Pekerja/Buruh Dalam Program
Jaminan Kecelakaan Kerja pada Kasus Penyakit
Akibat Kerja Karena Corona Virus Disease 2019
(Covid 19)
JENIS PENYAKIT AKIBAT KERJA
FAKTOR BIOLOGI
(Perpres 7 Tahun 2019)

 Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi


dan penyakit infeksi atau parasit, meliputi:
1. Brucellosis; 2. Virus hepatitis;
3. Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia (human immunodeficiency virus) ;
4. Tetanus; 5. Tuberkulosis;
6. Sindrom toksik atau
inflamasi yang berkaitan dengan kontaminasi
bakteri atau jamur; 7.
Anthrax, 8. Leptospira;
1. BRUCELLOSIS
 Infeksi bakteri yang menular dari hewan ke
manusia.
 Sebagian besar karena produk susu yang

tidak dipasteurisasi.
 Gejala :

Nyeri sendi, dan otot, demam, penurunan


berat badan, dan kelelahan.
Bisa juga sakit perut dan batuk.
 Penanganan : Antibiotik
2. VIRUS HEPATITIS
 Hepatitis adalah radang hati.
 Virus hepatitis adalah penyebab paling umum
hepatitis di dunia, namun infeksi lainnya, zat
beracun dan penyakit autoimun juga dapat
menyebabkan hepatitis.
 Gejala :
 Kulit atau mata menguning, mual, sakit perut,
kelelahan dan demam.
 Beberapa kasus tidak ada gejala.
 Penanganan :
Tergantung jenis hepatitisnya, hepatitis virus dengan
anti virus, hdepatitis alkoholik dengan menghentikan
penggunaan alcohol.
3. HIV
 HIV adalah penyakit infeksiyang disebabkan
oleh Human Imunodeficiency Virus.
 AIDS adalah kondisi yang terdiri dari kumpulan

gejala terkait pelemahan sistem imun.


 Gejala : Nyeri, Demam, Diare, Kelelahan, nyeri

otot dan sendi dll.


 Faktor Riisiko :

Hubungan Sex Tidak Sehat, Tato.Tindik, Narkotik


Suntik dll
4. TETANUS
 Teranus adalah penyakit serius yang disebabkan oleh
toksin bakteri yang mempengaruhi system syaraf.
 Dapat menyebabkan kontraksi otot yang
menyakitkan, terutama rahang dan leher.
 Dapat mengganggu system pernafasan.
 Gejala muncul 4 – 21 hari setelah terinfeksi.
 Demam, pusing, berkeringat berlebihan, jantung
berdebar.
 Bakteri Clostridium Tetani masuk ke kulit melalui
luka.
 Sumber : tanah, Debu, Kotoran Hewan.
 Pencegahan : Vaksinasi Tetanus atau mendapatkan
Anti Tetanus Serum saat luka.
5. TUBERKULOSIS
 Bakteri Mycobacterium Tuberculosis menyebar
Ketika penderita batuk atau bersin.
 Kebanyakan tanpa gejala, bila ada spt

batuk(kadang ada bercak darah), penurunan


berat badan, berkeringat di malam hari dan
demam.
 Sumber :

Penderita dengan dahak mengandung kuman TB


melalui droplet.
 Pengobatan : Antibiotik
6. SYNDROME TOKSIK
 Contoh Keracunan Alkohol.
 Mengkonsumsi alkohol dalam jumlah besar.

 Akibat : Menggangu pernafasan, denyut jantung,

suhu tubuh, dan syaraf.


 Gejala :

Muntah, kejang, bingung, Nafas tidak teratur, kulit


pucat, tubuh terasa dingin, pingsan.
 Penanganan : Pemberian Oosigen, cairan, vitamin,

dan cairan gula


7. ANTRAX
 Penyakit akibat bakteri yang jaran g tapi fatal.
 Penyebab : Bakteri yang membentuk spora.
 Manusia dapat terinfeksi melalui kontakl dengan
hewan yang bterinfeksi atau menghirup spora.
 Cara penularan : sengatan atau gigitan hewan
atau serangga.
 Gejala : Ulkus kulit gelap, sampai kesulitan
bernafas.
 Penanganan : Antibiotik.
8. LEPTOSPIRA
 Penyakit Bakteri yang menyebar melalui
air seni hewan yang terinfeksi.
 Bisa air, tanah, makanan yang
tekontaminasi urine hewan.
 Gejala : Demam tinggi, sakit kepala,
perdarahan, nyeri otot, menggigil, mata
merah, dan muntah.
 Penanganan : Antibiotik.
9. Penyakit yang disebabkan oleh faktor biologi
lain di tempat kerja yang tidak disebutkan di
atas, di mana ada hubungan langsung antara
paparan faktor biologi yang muncul akibat
aktivitas pekerjaan dengan penyakit yang
dialami oleh pekerja yang dibuktikan secara
ilmiah dengan menggunakan metode yang
tepat.
JAMINAN JKK COVID 19
(SE Menaker M/8/HK.04/V2020)
Tenaga Kerja yang mengalami Penyakit Akibat Kerja
karena COVID 19 berhak atas manfaat Program JKK
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1.Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, yang
merawat/mengobati pasien covid 19.
a. Dokter, Dokter Gigi, Dokter Spesialis.,Dokter Gigi Spesialis.
b. Tenaga Keperawatan.
c. Tenaga Kebidanan.
d. Tenaga Teknik Biomedika (Ahli Teknologi Lab Medik)
e. Tenaga Kefarmasian (Apoteker dan Tenaga teknis)
f. Tenaga Kesehatan Masyarakat spt Epidemiologi Kesehtaan.
JAMINAN JKK
2. Tenaga Pendukung/Suporting paad RS
/Faskes/Tempat lain yang ditetapkan dalam
penanganan pasien covid 19.
a. Cleaning service.
b. Pekerja Laundry.
c. Pekerja lainnya yang berisiko Covid 19.

3. Tim Relawan Penanggulangan Covid 19.


Tenaga Kesehatan/Non Kesehatan di
RS/Faskes./Tempat Lain yang ditetapkan dalam
penaggulangan Covid 19.
KARAKTERISTIK FAKTOR BIOLOGI

 Fak. Biologi berbeda dengan Fak.


Kimia dan Fak. Fisik
 Biological hazard tumbuh dan
berkembang
 Infeksi biological hazard terjadi di
tempat kerja dan lingkungan.
 Pekerja yg terinfeksi dpt menjadi
pembawa resiko
PEMAHAMAN FAKTOR. BIOLOGI
 Biological hazard adalah semua bentuk
kehidupan

atau

 Mahluk hidup dan produknya yang dapat


menyebabkan penyakit pada manusia dan
hewan
KATEGORI BIOLOGICAL HAZARD

1. Microorganisma dan toksinnya (virus,


bakteri, fungsi & produknya)
2. Arthopoda (crustacea, arochmid, insecta)
3. Alergen & toksin tumbuhan tingkat tinggi
(dermatitis kontak, rhinitis, asma)
4. Protein alergen dari tumbuhan tingkat
rendah (lichen, liverwort, fern) & hewan
invertebrata (protozoa, ascaris)
Simbol Biological Hazard

199
 Perawatan kesehatan
(merawat pasien, medical dental)
 Pharmasi & produk herbal
 Personal care
(penataan rambut, perawatan kaki)
 Lab. Klinis & lab research
 Bioteknologi
 Perawatan gedung
 Fasilitas pembuangan
 Sistem pembuangan limbah industri.
Karakteristik Biological Hazard
di Indoor Air Quality
Pollen (serbuk sari)
Mengandung bahan alergen
Respon → alergi, hay fever, rhinitis
Dander
Terdiri dari partikel : kulit, rambut, ludah &
urine
Sumber : Kucing, anjing, tikus, mencit,
hewan piaraan, tupai, gerbil, burung
Reaksi → rhinitis, asma
1. Insecta (serangga)
- Exereratory dapat menyebabkan
alergi & gangguan respiratory
2. Mites (tungau)
- Sebagian besar menyebabkan alergi
respiratory
3. Virus
- Merupakan microorganisma yg
sangat penting
Rute Fak. Biologi masuk
ke Dalam Tubuh
1. Inhalasi airborne
2. Pencernaan (kontaminasi makanan,
terbawa dari tangan ke mulut)
3. Kulit (kulit luka atau tergores)
4. Infeksi yg di bawa dari tangan ke mata.
Jenis Penyakit Akibat Faktor Biologi

A. Lingkungan Pertanian
1.Tetanus (closstridium tetani di tanah,
masuk melalui luka)
2.Leptospirosis (virus spirochetes, di urine
tikus yg terinjeksi)
3.Bissinosis (debu kapas →asma)
4.Keracunan mycotoxin (Jamur aspergilus
flavus) → mengkontaminasi kacang, jagung
→ Lever cancer
B. Lingkungan Peternakan
1.Anthrax (bacilius antracis,
menginfeksi kambing, sapi)
2.Brucellosis (brucella, menginfeksi
domba, kambing)
3.Rabies (virus yg dibawa anjing, babi,
tikus)
C. Lingkungan Berdebu
1.Tuberculosis (mycobacterium
Tb→Tempat Kerja berdebu, sempit,
ventilasi buruk, panas)
2.Bronchitis
3.Pnemonia
D. Public Health
( Pusat Pelayanan Kesehatan)
1.Tuberculosis, Mycobacterium Tb
2.HIV/AIDS
3.SARS
4.Influenza
5.Flu burung
6.dsb
E. Perkantoran
1.Legionaire disease (bakteri legionella)
→ Keluhan : demam, batuk, sesak napas,
pegal, lelah
2. Humidifier fever (bakteri thermophilic
actynomicetes)
* dikaitkan dengan sistem pendingin ruangan
* Flue-like illnes (gejala ; demam, batuk, lesu,
sesak→ ” Monday sicknes”
PENILAIAN FAK. BIOLOGI

Penilaian Fak. Biologi di tempat kerja


dilakukan oleh :

PENGUJI K3,
PENGAWAS SPESIALIS LINGKUNGAN KERJA,
AK3 LINGKUNGAN KERJA

Refresh
Mikrobiologi ? Cabang dari ilmu biologi yang
mempelajari kehidupan mahluk
hidup yang bersifat mikroskopis
(berukuran sangat
kecil/mikrobia)

BAKTERI JAMUR PROTOZOA VIRUS


Kandungan Mikroba di Dalam Udara

Meskipun tidak ada mikroorganisme


yang mempunyai habitat asli udara,
tetapi udara di sekeliling kita sampai
beberapa kilometer di atas permukaan
bumi mengandung berbagai macam jenis
mikroba dalam jumlah yang beragam.
Begitu pula udara dalam ruangan
Mikroorganisme di udara merupakan unsur
pencemaran yang sangat berarti sebagai
penyebab gejala berbagai penyakit antara
lain iritasi mata, kulit, saluran pernapasan
(ISPA) dan beberapa penyakit yang menular
melalui udara diantaranya difteri,
tuberculosis, pneumonia dan batuk rejan.
Perlu adanya pemeriksaan kualitas udara
ruangan khususnya bakteri dan jamur
untuk mengantisipasi dan mencegah
pengaruh buruk dari kualitas udara ruangan
Permenaker RI No.05 Tahun 2018 dapat
menjadi acuan menentukan standar jumlah
bakteri dan jamur dalam ruangan
Menurut Pedoman Permenaker RI No.05
Tahun 2018
Standar Kualitas Udara Dalam Ruang
-Parameter Bakteri < 500 cfu/m3

-Parameter Jamur < 1000 cfu/m3

* Jumlah bakteri dan jamur berlebih tidak


menunjukkan resiko kesehatan tetapi sebagai
indikator investigasi lebih lanjut.
Alat Uji Bakteri dan Jamur

Economic Air Inkubator Colony Counter Laminar Air


Flow Flow
Program Pengendalian di
Tempat Kerja
1. Administrasi kontrol
2. Sreening, regular medical check up,
medical record
3. Personal Protective Equipment
4. Standard Work Practice
5. Dilarang makan, minum, di tempat kerja,
personal hygiene, desinfecting process,
pakain khusus
6. Desinfeksi atau dekontaminasi
7. Secara teratur terhadap lantai, dinding,
dan peralatan
8. Program immunisasi
9. Labeling, warning sign
10. Training, education
11. Tentang bahaya terhadap kesehatan,
standard operating procedure (SOP) dll
Permenaker No 5 Tahun 2018
Tentang K3 Lingkungan Kerja
Potensi bahaya Faktor Biologi meliputi:
a. mikro organisma dan/atau toksinnya;
b. arthopoda dan/atau toksinnya;
c. hewan invertebrata dan/atau toksinnya;
d. alergen dan toksin dari tumbuhan;
e. binatang berbisa;
f. binatang buas; dan
g.produk binatang dan tumbuhan yang
berbahaya lainnya.
Pengendalian bahaya faktor biologi dengan:

a. menghilangkan sumber bahaya Faktor Biologi dari


Tempat Kerja;
b. mengganti bahan, dan proses kerja yang

menimbulkan sumber bahaya Faktor Biologi;


c. mengisolasi atau membatasi pajanan sumber
bahaya Faktor Biologi;
d. menyediakan sistem ventilasi;
e. mengatur atau membatasi waktu pajanan
h. memasang rambu-rambu yang sesuai;
i. memberikan vaksinasi apabila memungkinkan;
j. meningkatkan Higiene perorangan;
k. memberikan desinfektan;
l. penyediaan fasilitas Sanitasi berupa air
mengalir dan antiseptik; dan/atau
m. pengendalian lainnya sesuai dengan tingkat
risiko.
Mau pilih yang mana?

Seperti ini? Atau seperti ini?


D. ERGONOMI

222
I. PENGERTIAN
Masalah :
Pekerjaan yang dilakukan manusia.
Peralatan kerja import.
Pekerja tetap sehat dalam bekerja.
Pekerja berproduktivitas tinggi.

Ergonomi:
Ilmu yang mempelajari penserasian antara pekerjaan dengan
lingkungan terhadap orang dan sebaliknya.

Menurut ILO, Ergonomi:


Adalah penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan ilmu
rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan
dan manusia secara optimum, dengan tujuan agar bermanfaat demi
efisiensi dan kesejahteraan.

Ergonomi/Agust.Doc 223
Segitiga Ergonomi

 Manusia : Dokter dan Paramedis


 Mesin/alat : Ahli Teknik
 Lingkungan Kerja : Ahli Hiperkes
dan KK

Tujuan :Efisiensi dan kesejahteraan yang berkaitan erat dengan


produktivitas dan kepuasan kerja.
Sasaran : Seluruh tenaga kerja baik sektor formal, informal dan
tradisional.
Pendekatan Ergonomi : Mengacu pada konsep total manusia, mesin
dan lingkungan yang bertujuan agar pekerjaan dalam industri dapat
berjalan secara efisien, selamat dan nyaman.
Caranya adalah menciptakan kondisi optimal bagi pekerja, antara lain:
 Mengurangi beban kerja.

 Memperbaiki sikap kerja.

 Menyediakan saran psikosensoral pada pemakaian instrumen.

 Mencegah mengingat informasi yang tidak diperlukan.


Ergonomi/Agust.Doc 224
 Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai.
OFFICE WORK

225
OFFICE WORK

226
OFFICE WORK

227
II. KELAINAN YANG SERING TERJADI PADA
BERBAGAI PEKERJAAN
Sering pekerja menghadapi desain kondisi pekerjaan yang tidak
ergonomis. Hal ini menyebabkan beberapa kelainan pada
tangan, tungkai, sendi, punggung atau bagian tubuh lainnya,
terutama disebabkan oleh:
Pengulangan pekerjaan yang menggunakan peraratan bergetar.
 Peralatan atau tenaga yang membutuhkan memutar tangan.

 Menggunakan tenaga pada posisi yang tidak tepat.

 Penekanan lebih pada bagian tangan, punggung, kaki atau

sendi.
 Bekerja di luar jangkauan tangan atau di atas kepala.

 Bekerja dengan kecenderungan memakai punggung.

 Mengangkat dan mendorong beban kerja.

Ergonomi/Agust.Doc 228
No Kelainan Gejala Penyebab
1. Bursitis. Nyeri dan bengkak Berlutut, tekukan pada
Pembengkakan bursa antara pada tempat yang siku, gerkan bahu yang
kulit dan tulang atau tendon dan sakit berulang.
tulang.
Bisa dilutut, siku, bahu
2. Carpal tunnel syndrome. Rasa tertusuk, Pengulangan pekerjaan
Penekanan syaraf yang nyeri, kaku pergelangan tangan
melewati pergelangan tangan. dengan menggunakan
peralatan yang bergetar.

3. Celulitis. Nyeri dan bengkak Menggunakan peralatan


Infeksi telapak tangan karena di telapak tangan tangan, palu.
mencuci berulang
4. Epicondilitis. Nyeri dan bengkak Pengulangan pekerjaan.
Bengkak di daerah dimana di pinggiran luka
tendon dan tulang bersatu . Bila
di siku (tennis elbow)
5. Ganglion. Keras, kecil, Pengulangan gerakan
Kista di selaput sendi atau bengkak tangan.
tendon. sekelilingnya,
biasanya nyeri
Biasanya di punggung, tanganErgonomi/Agust.Doc 229
dan tungkai.
No Kelainan Gejala Penyebab
6. Osteo arthitis. Kaku dan nyeri tulang Beban lebih dalam jangka
Kerusakan sendi akibat belakang, leher dan sendi lama ar itualng belakang
parut di sendi dan lain. dan sendi lain.
tumbuh tulang.
7. Tendonitis. Nyeri, bengkak, ngilu dan Gerakan pengulangan.
Bengkak di area otot bengkak dari tangan,
dan sendi bersatu. kaki, lengan, susah
digerakkan.
8. Tenosynovitis. Nyeri, bengkak, ngilu, Pengulangan gerakn,
Bengkak tendon atau nyeri hebattangan, susah Mengangkat beban yang
selaputnya. digerakkan. tiba-tiba meningkat atau
pengenalan proses baru.
9. Tenson neck. Nyeri terlokalsir di leher Harus mempertahankan
Bengkak di otot dan atau bahu. posisi tegak.
tendon di leher bahu.
10. Triger finger. Tidak bisa menggerakkan Pengulangan gerakan,
Bengkak di tendon atau jari secara pelan tanpa pegangan terlalu lama,
selaput dari jari rasa nyeri. terlalu keras, terlalu
Ergonomi/Agust.Doc sering. 230
No Kelainan Gejala
11. Algias Penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang
posturnya membungkuk ke depan, vertebral syndrome
pada pembawa barang, pengantar barang dan penerjun
payung.
12. Osteo articular Scoliosis pada pemain violin dan operator kerja bangku,
deviations bungkuk (kifosis) pada buruh pelabuhan dan pemikul
keranjang, datarnya telapak kaki pada penunggu,
pembuat roti dan pemangkas rambut.
13. Rasa nyeri pada otot Rusaknya tendon avhiles bagi para penari, tendon
dan tendon paada ekstensor panjang bagi para drummer,
tenosyinvitis pada pemoles kaca, pemain piano dan
tukang kayu.
14. Iritasi pada cabang Saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang
saraf tepi kunci, tukang pandai besi, reparasi arloji, penjilidan
buku, pemotong kaca dan pengendara sepeda.
15. Hernia Nucleus Mengangkat tidak ergonomis
Pulposus/ HNP
16 Low Back Pain Cara kerja tidak ergonomis

17. Repetition Strain SemuaErgonomi/Agust.Doc


rasa nyeri akibat pekerjaan 231
Injury (RSI)
Faktor Risiko
Faktor risiko berkaitan dengan CTD yang
terjadi di perkantoran adalah:
Repetition

Postur Janggal

Pressure yang berlebihan dan lama

Vibrasi

232
Risk Factors: Repetition
 Pengetikan yang berulang-ulang
 Data entry yang berjam-jam, dan hari
ke hari.
 Pen-stempelan yang banyak.
 Angkat angkut yang sering.
 Pergerakan / penggunaan mouse
yang berulang-ulang.

233
Risk Factors:
Posisi Janggal
 Membungkuk
 Mengetik dengan posture pergelangan tangan pada sisi /
sendi alas yang tidak baik.
 Bahu terangkat ketika mengetik
 Pencapaian / posisi mouse yang jauh
 Perputaran leher karena sering mengambil benda lain.
 Mengangkat benda yang terlalu rendah, atau diatas bahu.

234
235
Kerja Tidak Ergonomis

236
III. PRINSIP DASAR ERGONOMI
Penerapan prinsip ergonomi dapat meningkatkan kenyamanan pekerja
secara signifikan, kesehatan, keselamatan dan produktivitas.
Contoh:
Pada posisi berdiri, pekerjaan yang teliti dataran kerja 10 – 20 cm di

atas tinggi siku dan pekerjaan berat dataran kerja 10 – 20 cm di bawah


tinggi siku.
Untuk pekerjaan rakitan, material ditempatkan di posisi otot pekerja

terkuat berkontraksi.
Peralatan yang menggunakan tangan yang tidak enak harus

dimodifikasi / diganti.
Tenaga tidak perlu dikeluarkan pada posisi canggung.

Pekerja perlu mendapat pendidikan teknik mangangkat

yang benar.
Bekerja sambil berdiri hendaknya dihindari.

Rotasi pekerjaan untuk menghindari pengulangan

yang tinggi.
Alat – alat ditempatkan didaerah jangkauan tangan.

Ergonomi/Agust.Doc 237
IDENTIFIKASI FAKTOR RiSIKO
1. Tempat Kerja 2. Desain tempat duduk
Masalah :  Pekerja harus dapat
 Nyeri punggung
menjangkau pekerjaan
 Cedera karena peregangan otot  Posisi duduk di depan
berulang pekerjaan
 Peredaran darah di kaki  Punggung tegak dan
Sebab : bahu rileks
 Desain t empat duduk yang salah  Perlu pemahaman pada
 Berdiri sepanjang hari siku, lengan atau
 Jangkauan yang terlalu jauh
tangan
 Cahaya yang tidak memadai

3. Tempat Kerja B erdiri


Masalah : Action :
 Nyeri pinggang  Penyediaan kursi
 Kaki bengkak  Alas kaki yang sesuai
 Permasalahan peredaran  Pekerja dapat
darah Ergonomi/Agust.Doc
mempertahankan lengan238
dan
 Kelelahan otot kaki
4. Peralatan Yang Menggunakan Tangan
 Desain tombol, pengungkit, stir dll.

5. Pekerjaan yang Memerlukan Tenaga Fisik Berat


Masalah:
 Peningkatan frekuensi pernapasan dan denyut jantung
 Cepat lelah

Action:
• Pekerjaan berat disesuaikan dengan kapasitas kerja pekerja
• Variasi kerja berat dan ringan dalam satu hari
• Pengaturan waktu istirahat yang tepat
• Pengaturan beban angkat, frekuensi, jarak dan waktu.

Ergonomi/Agust.Doc 239
Desain Pekerjaan
Desain:
Jenis pekerjaan yang perlu dikerjakan
 Bagaimana pekerjaan harus dikerjakan
 Berapa macam pekerjaan yang akan dikerjakan
 Perintah dalam pekerjaan yang perlu
 Jenis Peralatan yang diperlukan

Fungsi Desain:
 Mengizinkan pekerja dalam posisi bervariasi
 Mengizinkan pekerja diberikan rangsangan mental
 Mengizinkan pekerja mengambil keputusan dalam
pekerjaannya
 Kesempatan menyelesaikan pekerjaan
 Tersedianya pelatihan tentang pekerjaan
 Tersedianya jadwal kerjaErgonomi/Agust.Doc
dan istirahat 240
 Kesempatan menyesuaikan dengan pekerjaan baru
IV. NORMA ERGONOMI
Norma ergonomi yang telah disepakati meliputi
A. Pembebanan kerja fisik
B. Sikap tubuh dalam bekerja
C. Mengangkat dan mengangkut
D. Olah raga dan kesegaran jasmani
E. Musik dan dekorasi
F. Lingkungan kerja

Pembebanan kerja fisik


1. Bagi tenaga kerja
Penentuan beban kerja fisik perlu memperhatikan kondisi iklim tropis
dan sosial ekonomi
2. Kriteria pembebanan
Tidak lebih dari 30 – 40 % kemampuan kerja maksimum dalam waktu
8 jam/hari
3. Rekomendasi kuantitatif Ergonomi/Agust.Doc 241
Sikap Tubuh dalam Bekerja
 Agar diupayakan kerja dengan sikap duduk atau duduk dan berdiri

secara bergantian
 Beban statis seminimal mungkin

 Posisi dan sikap tubuh menghindari upaya yang tidak perlu

 Tempat duduk dan meja Ergonomis

Mengangkat dan Mengangkut


 Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan

sebanyak mungkin otot tulang belakang yang lemah dibebaskan


dari pembebanan
 Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan

Olah Raga Dan Kesegaran Jasmani


 Pembinaan kesegaran jasmani khusus maupun kegiatan olah raga

 Tes kesegaran jasmani pada seleksi karyawan

 Penyediaan fasilitas olah raga


Ergonomi/Agust.Doc 242
Musik dan dekorasi

Penggunaan musik yang tepat jenis, saat, lama, intensitas dan sifat
pekerjaan meningkatkan kegairahan dan produktivitas.
(Pekerjaan repetitif, tidak perlu konsentrasi tinggi, musik tempo sedang)

Dekorasi dan tata warna memberikan kesan jarak psikis dan suhu

Ergonomi/Agust.Doc 243
No Warna Efek

Jarak Suhu Psikis

1 Biru Jauh Sejuk Menyejukan


2 Hijau Jauh Sangat Menyegarkan
sejuk/netral
3 Merah Dekat Hangat Sangat mengganggu
4 Oranye Sangat dekat Sangat hangat Merangsang
5 Kuning Dekat Sangat hangat Merangsang
6 Sawo matang Sangat dekat Netral Merangsang
7 Ungu Sangat dekat Sejuk Agresif

V. PERAN HEALTH AND SAFETY REPRESENTATIVE


(P2K3 / PK3RS (Panitia Pembina K3 Rumah Sakit)

Menjamin bahwa Ergonomi diterapkan di tempat kerja


Ergonomi/Agust.Doc 244
Cara Mengenal Permasalahan Ergonomi
 Morbiditas keluhan yang terkait dengan pekerjaan

 Peristiwa kecelakaan kerja

 Terhentinya pekerjaan karena gangguan mesin atau pekerja

 Pindahnya pekerja ke perusahaan lain ( Turn Over )

 Absensi sakit pekerja

 Kesulitan pemeliharaan masin atau alat

Strategi penerapan ergonomi di tempat kerja


1. Menjangkau pekerja

a. Sebarkan leafet atau bosur ergonomi

b. Cari masalah ergonomi yang perlu perhatian

c. Tulis nama dan tempat kerja yang tidak menerapkan ergonomi

2. Mengumpulkan informasi untuk mengidentifikasi masalah


3. Mempelajari daerah yang diduga terdapat problem
 Lakukan Walk Trough inspection dan catat hal penting
 Kemungkinan pemecahan Ergonomi/Agust.Doc
masalah 245
4. Mengumpulkan rekomendasi dari :
 Pekerja yang tepapar
 Pekerja maitenance
 Departemen K3
 Health and Safety Specialis

5. Mendorong Perubahan Penting


 Berdasarkan dokumen diajukan ke manajemen
6. Informasian ke Pekerja
 Komunikasi dua arah

Ergonomi/Agust.Doc 246
STASIUN KERJA
KOMPUTER
 Karyawan kantor menghabiskan
sepertiga waktunya perhari
dengan komputer.
 Worker Musculoskeletal disorders
(WMSDs) banyak disebabkan oleh
pekerjaan dengan komputer dan
stasiun kerja.
 Pekerjaan dengan komputer
memberikan kesan bagus dan
efisien.
Lanjutan
 Perhatikan seluruh
stasiun kerja
komputer, tidak hanya
komputer dan kursi
yang ada.
 Perlu diwujudkan
lingkungan kerja
nyaman termasuk cara
kerja yang ergonomis.
PROSEDUR PENGATURAN
STASIUN KERJA KOMPUTER
1. Ketinggian kursi diatur sehingga kaki
membentuk sudut 90o dan tekanan pada
bawah paha merata.
2. Naik turunkan sandaran punggung
sehingga menopang daerah lumbar.
3. Maju mundurkan sandaran punggung
senyaman mungkin.

Fasilitas & Tata Letak/Agus.Doc 249


4. Atur ketinggian meja sehingga siku
bersudut 90o.
5. Pilih jarak permukaan monitor komputer
yang sesuai (450 – 500 mm).
6. Letakkan monitor di sebelah kiri atau
kanan sesuai keinginan operator
komputer.

Fasilitas & Tata Letak/Agus.Doc 250


7. Atur ketinggian monitor
sehingga membentuk sudut
penglihatan antara 10 – 20°.
8. Pilih posisi monitor komputer
pada sudut 90o untuk
menghindari refleksi.
9. Letakkan berbagai sarana
dalam workstation sesuai
keinginan operator agar
dapat berproduktivitas tinggi.

Fasilitas & Tata Letak/Agus.Doc 251


DATARAN KERJA
 Datar
 Tepian tidak tajam.
 Permukaan tidak
menyilaukan.
Kesilauan
 Dapat disebabkan
oleh pengecatan,
cermin, kaca, dan
logam tempat kerja.
 Posisi pekerja dari
jendela dan
pencahayaan
langsung.
PENANGANAN KABEL- KABEL
 Kabel dapat menimbulkan
bahaya.
 Kabel harus diamankan dari
jalan, kemungkinan tarikan,
dan permukaan tajam.
 Ada baiknya kabel diberi kode
untuk identifikasi.
 Matikan peralatan listrik
sehabis digunakan atau akan
meninggalkan tempat kerja.
FILE
 Atur pekerjaan di meja.
 File cabinets yang sering
dipakai diatur setinggi
antara pinggang dan dada.
 File yang berat dan jarang
dipakai diatur di bawah.
 Tidak ada tumpukan
barang di bagian atas.
KEBIASAAN KERJA
 Atur peralatan agar
memudahan proses kerja
dan saat dibutuhkan.
 Atur barang yang sering
digunakan dapat diambil
dengan cepat.
 Perlu istirahat.
 Latihan di tempat kerja.
Latihan di
Tempat Kerja.
 Berkedip dan latihan otot mata
untuk menghindari tegangan di
mata.
 Putar kepala ke kiri dan kanan
dan depan ke belakang.
 Gerakan bahu atas bawah.
 Putar tangan ke depan dan
belakang dan peregangan ke
kiri dan kanan.
 Peregangan 2 kaki ke lantai.
 Putar pergelangan kaki.
 Angkat lutut.
PENILAIAN RISIKO
ERGONOMI

A. Metode RULA (Rapid Upper Limb


Assessment)
B. Metode REBA (Rapid Entire Body
Assissment)
C. The Ovako Working Posture Analysis
System (OWAS)
D. Metode Nordic Body Map (NBM)
E. Brieff Survey
258
NORDIC BODY MAP
Pengantar :
Metode ‘Nordic Body Map’ dengan menggunakan lembar
kerja berupa peta tubuh (body map) merupakan cara yang
sangat sederhana, mudah dipahami, murah dan
memerlukan waktu yang sangat singkat (± 5 menit) per
individu.

Observer dapat langsung mewawancarai atau menanyakan


kepada responden, pada otot-otot skeletal bagian mana
saja yang mengalami gangguan kenyerian atau sakit, atau
dengan menunjuk langsung pada setiap otot skeletal
sesuai yang tercantum dalam lembar kerja kuesioner
‘Nordic Body Map’ ergonomic/agust.doc 260
Nordic Body Map’
meliputi 28 bagian otot-otot skeletal pada kedua sisi
tubuh kanan dan kiri.
Dimulai dari anggota tubuh bagian atas yaitu otot leher
sampai dengan bagian paling bawah yaitu otot pada
kaki.
 

ergonomic/agust.doc 261
Penilaian :
Penilaian dengan menggunakan kuesioner ‘Nordic Body
Map’ dapat dilakukan dengan berbagai cara;

Misalnya dengan menggunakan 2 jawaban sederhana


yaitu ‘YA’ (ada keluhan atau rasa sakit pada otot skeletal)
dan ‘TIDAK’ (tidak ada keluhan atau tidak ada rasa sakit
pada otot skeletal).

Tetapi lebih utama untuk menggunakan desain penilaian


dengan skoring (misalnya; 4 skala likert). Apabila
digunakan skoring dengan skala likert, maka setiap skor
atau nilai haruslah mempunyai definisi operasional yang
ergonomic/agust.doc 262
jelas dan mudah dipahami oleh responden.
 Contoh Desain Penilaian dengan 4 Skala Likert
Skor 1
tidak ada keluhan/kenyerian atau tidak ada rasa sakit sama sekali
yang dirasakan oleh pekerja [tidak sakit].
Skor 2
dirasakan sedikit adanya keluhan atau kenyerian pada otot
skeletal [agak sakit].
Skor 3
responden merasakan adanya keluhan/kenyerian atau sakit pada
otot skeletal [sakit].
Skor 4
responden merasakan keluhan sangat sakit atau sangat nyeri
pada otot skeletal [sangat sakit].
263
ergonomic/agust.doc
Langkah terakhir dari aplikasi metode ‘Nordic Body Map’
ini, tentunya adalah :

Melakukan upaya perbaikan pada pekerjaan maupun


posisi/sikap kerja, jika diperoleh hasil yang menunjukkan
tingkat keparahan pada otot skeletal yang tinggi.

Tindakan perbaikan yang harus dilakukan tentunya sangat


tergantung dari resiko otot skeletal mana saja yang
mengalami adanya gangguan atau ketidak nyamanan.
ergonomic/agust.doc 264
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara,
diantaranya adalah :

Dengan melihat persentase pada setiap bagian otot


skeletal dan dengan menggunakan kategori tingkat resiko
otot skeletal.

Tabel berikut ini merupakan pedoman sederhana yang


dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi
subjektivitas tingkat resiko otot skeletal.
 
ergonomic/agust.doc 265
Klasifikasi Subjektivitas Tingkat Resiko Otot Skeletal
Berdasarkan Total skor Individu

Tingkat Total Skor Tingkat


Tindakan Perbaikan
Aksi Individu Resiko

1 28 – 49 Rendah
Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan

2 50 -70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian


hari.

3 71 -91 Tinggi
Diperlukan tindakan segera.

4 92 - 114 Sangat Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera


Tinggi mungkin.

ergonomic/agust.doc 266
Lembar Kerja Kuesioner Individu Nordic Body Map
Nama :
Usia :
Bagian :
Masa Kerja :
Skoring NBM Skoring
Otot Skeletal Otot Skeletal
1 2 3 4 1 2 3 4

0. Leher Atas         1. Tengkuk        

2. Bahu kiri         3. Bahu Kanan        

4. Lengan Atas Kiri         5. Punggung        

6. Lengan Atas Kanan         7. Pinggang        

8. Pinggul         9. Pantat        

10. Siku Kiri         11. Siku Kanan        

12.Lengan Bawah Kiri         13. Lengan Bwh Kanan        

14. Pergelangan Tangan         15. Pergelangan tangan Kanan        


Kiri

16. Tangan Kiri         17. Tangan Kanan        

18. Paha Kiri         19. Paha Kanan        

20. Lutut Kiri         21. Lutut Kanan        

22. Betis kiri         23. Betis kanan        

24. Pergelangan Kaki         25. Pergelangan Kaki Kanan        


Kiri
26. Kaki Kiri         27. Kaki Kanan        

TOTAL SKOR KANAN   TOTAL SKOR KIRI  

TOTAL SKOR INDIVIDU MSDs = TOTAL SKOR KANAN + TOTAL SKOR KIRI  
ergonomic/agust.doc 267
Reaction Timer
(Alat Ukur Kelelahan)
 Prinsip :
Menilai waktu reaksi antara rangsang
cahaya atau suara dengan respon.
Semakin besar waktu reaksi berarti
keadaan semakin lelah dan begitu
sebaliknya.

ergonomic/agust.doc 268
REACTION TIMER
Prosedur :
Probandus diminta menekan tombol apabila
melihat cahaya atau suara. Angka yang
ditunjukkan merupakan waktu reaksi (mili detik)
Standart :
150 – 240 : Normal
241 - 410 : Kelelahan ringan
411 – 580 : Kelelahan sedang
> 580 : Kelelahan berat
ergonomic/agust.doc 270
E. PSIKOLOGI INDUSTRI
Pengertian
 Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam
hubungannya dengan dunia kerja, baik individual,
interpersonal, manajerial maupun organisasional.

 Tujuan
Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang
baik, sehat, nyaman, serasi dan aman, yang akan
mendukung upaya peningkatan produktivitas.
Teori Kebutuhan Manusia
(Maslow)
 Kebutuhan hidup dasar
 Kebutuhan rasa aman
 Kebutuhan bersosialisasi
 Kebutuhan harga diri
 Kebutuhan aktualisasi
Kondisi Lingkungan Kerja yang
berpengaruh
 Faktor Fisik
 Faktor Kimia
 Faktor Biologis
 Faktor Psikososial
 Tata Letak Ruang
 Warna Ruang Kerja
 Musik
 Rumah Yang Jauh
Beberapa Aspek Psikologi Kerja
 Motivasi Kerja dan Kepuasan
Kerja
 Seleksi dan Penempatan Pegawai
 Pelatihan dan Pengembangan
 Produktivitas Kerja
 Stres Kerja
Motivasi dan Kepuasan Kerja
 Dorongan untuk melakukan aktivitas untuk
memenuhi kebutuhan dalam diri manusia
Tujuan tercapai

 Selama masih ada tuntutan yang belum


terpenuhi  masih selalu timbul dorongan
Motivasi dan Kepuasan Kerja

Kebutuhan Ketegangan Dorongan

Ketegangan Tujuan Kegiatan


mereda Terpuaskan
Motivasi dan Kepuasan Kerja
 Termotivasi:
Bekerja untuk memenuhi
kebutuhannya

 Motivasi Tinggi:
Bekerja untuk mendapat
kesenangan dan kepuasan.
Motivasi dan Kepuasan Kerja
 Setelah bekerja  orang
melakukan penilaian.
 Bila hasil pekerjaan telah
sesuai dengan harapan dan
tujuan  Kepuasan Kerja
 Bila belum  timbul dorongan
untuk mencapainya.
Seleksi dan Penempatan Pegawai
 Seleksi:
Proses dalam penerimaan pegawai
dengan tujuan mengetahui sejauh
mana calon tenaga kerja memiliki ciri
kepribadian yang disyaratkan oleh
perusahaan  ditaksir sejauh mana
keberhasilan dalam bekerja.

 Rekomendasi / keputusan menerima


atau menolak calon pegawai.
Seleksi dan Penempatan Pegawai
 Penempatan:
Mencocokan kualifikasi calon dengan
persyaratan yang telah ditetapkan dari setiap
jenis pekerjaan yang tersedia.

 Rekomendasi atau keputusan untuk


mendistribusikan calon tenaga kerja pada
pekerjaan yang berbeda-beda.
Seleksi dan Penempatan Pegawai
Prosedurnya:
 Analisis Pekerjaan

Data pekerjaan dikumpulkan untuk menentukan ciri


pribadi seperti apa yg diperlukan agar pekerjaan
dilaksanakan sesuai dengan harapan.

 Penetapan alat Ukur/ Test Psikologis:


Untuk mengukur ciri pribadi dan dilengkapi
wawancara untuk hal-hal yang tidak diperoleh dari
test psikologi
Pelatihan dan Pengembangan
Tujuan:
1. Meningkatkan produktivitas
2. Meningkatkan mutu
3. Meningkatkan semangat kerja
4. Menarik dan mempertahankan
tenaga kerja yang baik
5. Menjaga kesehatan dan
keselamatan kerja
Pelatihan dan Pengembangan
 Pelatihan
ialah proses pendidikan
jangka pendek dgn
prosedur yang sistimatis
dan terorganisir, dimana
tenaga kerja non
managerial mempelajari
pengetahuan dan
ketrampilan teknis
Pelatihan dan Pengembangan
 Pengembangan
Ialah proses pendidikan jangka panjang,
dengan prosedur sistimatis dan terorganisir,
dimana tenaga kerja manajerial mempelajari
pengetahuan konseptual dan teoritis
Produktivitas Kerja
 Produktivitas :
Perbandingan antara hasil atau keluaran
(Output) dengan masukan (Input)

 Artinya: Menghasilkan lebih banyak dan


berkualitas (Output) dengan usaha yang sama
(Input)
Produktivitas Kerja
 Produktivitas Tenaga Kerja:
Ialah efisiensi proses menghasilkan sumber
daya yang digunakan, bukan dengan tenaga
kerja bekerja lebih berat tetapi dengan
perencanaan yang tepat, teknologi dan
manajemen yang baik.
Produktivitas Kerja
Faktor yang mempengaruhi:
 Pekerjaan yang menarik

 Upah yang baik

 Keamanan dan perlindungan kerja

 Penghayatan atas arti pekerjaan

 Lingkungan dan suasana kerja yang baik

 Promosi dan pengembangan diri

 Rasa terlibat dalam organisasi

 Pengertian dan simpati atas persoalan pribadi

 Kesetiaan pimpinan pada diri pekerja


STRES KERJA
PENGERTIAN
Luthan (1985)
 Stres Kerja : Adalah respon adaptif terhadap situasi eksternal

yang muncul dalam bentuk deviasi fisik, psikologis dan


perilaku pada anggota organisasi atau para pekerja.

Behr dan Newman dalam Luthan (1995)


 Stres Kerja : Suatu kondisi yang timbul dari interaksi antara

organisma dan pekerjaannya yang menyebabkan terjadi


perubahan organisme yang menimbulkan penyimpangan
fungsi-fungsi normal organisma tersebut.
Ivancevich dan Matteson dalam Luthan 1985).
 Stres Kerja :Adalah respon adaptif yang dipengaruhi oleh
karakteristik individu dan proses psikologis sebagai
konsekuensi dari perilaku atau kejadian-kejadian yang
menimbulkan tuntutan khusus secara fisiologis dan psikologis
terhadap individu.

Dalam keadaan yang menguntungkan stres disebut


EUSTRES dan dalam keadaan merugikan disebut DISTRESS.

Secara umum yang dimaksud stres adalah distress


SUMBER STRES (STRESSOR)
Dunnete (1983) membagi sumber stres kerja ada 6 :

1. Tugas :
Tugas-tugas yang sulit, membingungkan dan jumlahnya
banyak.
2. Peran :
Konflik peran, peran yang membingungkan, peran yang
terlalu banyak.
3. Kondisi Perilaku :
Keresahan dan kerumunan.
4. Lingkungan fisik :
Suhu yang dingin/panas dan bising.
5. Lingkungan sosial
Hubungan interpersonal,
ketidaksepakatan, terganggunya
privacy, dan adanya isolasi.
6. Sistem dalam individu :
Pencemas dan cara individu
mempersepsi sesuatu.
EFEK STRES THD KESEHATAN
1. Gangguan Fisik
 Sistem Otot :
Reumatoid psikogenik, gejalanya adalah : Sakit dan
nyeri pada otot-otot, kaku dan kedutan otot, gigi
gemerutuk dan suara tidak stabil.
 Sistem Sensoris :
Tinitus (telinga berdengung), gejala lain seperti
penglihatan kabur, muka merah/pucat, rasa lemas
dan persaan ditusuk-tusuk.
 Sistem Kardiovaskuler :
Hipertensi, penyakit jantung koroner, infark jantung, angina
pectoris, payah jantung, psikogenik. Gejala yang sering
muncul adalah : takikardia, aritmia jantung, rasa berdebar,
nyeri di dada, denyut nadi mengeras, lesu/lemas seperti mau
pingsan, detak jantung berhenti sekejab.
 Sistem Pernafasaan :
Batuk psikogenik, asma bronchiale, kecekutan psikogenik.
Tanda-tanda lain yang sering timbul : rasa terkenan, sempit
di dada, perasaan tercekik, sering menarik nafas panjang,
nafas pendek dan sesak nafas.
 Sistem Pencernaan :
Ulcus pepticum (ulcus peptik), colitis ulcerativa (radang usus
besar). Gejala lain yang sering timbul : sulit menelan, perut
melilit, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar
di perut, rasa penuh atau kembung, enek, muntah, buang air
besar lembek, konstipasi.

 Sistem Kemih Kelamin :


Dismenore (nyeri haid), vagimismus, poliuri, disuri,amenore,
uretritis tidak khas, menorhagia, frigid, ejakulasi prekok,
ejakulasi retarda dan impotensia.
 Sistem Kulit :
Pruritas ani, pruritas genital,
hiperhydrosis psikogenik,
dermatitis, eksim, urtikaria, acne
vulgaris (jerawat).

 Sistem Kelenjar Endokrin :


Diabetes miletus, hipoglikemi,
hiper/hipotiroid.
 Sistem Syaraf Otonom :
Mulut kering, muka merah, mudah berkeringat,
pusing, sakit kepala, bulu roma berdiri.

 Selain gangguan tersebut di atas, stres juga dapat


menimbulkan : Kanker, penyakit ginjal, obesitas,
gangguan imunologik (influensa), anemia pernisiosa,
dan menurunnya daya tahan tubuh.
2. Gangguan Mental
 Perasaan Ansietas :
Cemas, punya firasat buruk, takut akan
pikiran sendiri, dan mudah
tersinggung.

 Perasaan Ketegangan :
Lesu, tak dapat istirahat dengan tenang,
mudah terkejut, mudah menangis,
gemetar, dan gelisah.
 Ketakutan :
Pada suasana galau, takut ditinggal sendiri, takut pada
keramaian lalu lintas, takut berada di tempat ramai, dan
takut pada orang asing.

 Perasaan Depresi :
Kehilangan minat/gairah, berkurangnya kesenangan pada
hobinya, sedih, terbangun pada dini hari, perasaan selalu
berubah-ubah, putus asa, tak berdaya, merasa tak berguna,
rasa bersalah dan berdosa. Menyalahkan diri sendiri, ada
usaha bunuh diri, merasa butuh pertolongan, dan mudah
curiga.
 Insomnia :
Sulit tidur, sering terbangun, terbangun dini hari, mimpi
buruk, mimpi menakutkan, bangun dengan lesu.

 Gangguan Kecerdasan :
Sulit konsentrasi, daya ingat menjadi buruk.

 Gangguan Sikap/Tingkah Laku :


Gelisah, tak dapat tenang, gemetar, kening sering berkerut,
muka tegang, muka merah, nafas pendek dan cepat.
Potensi Bahaya
Faktor Psikologi (Ps 24)
meliputi:

ketidakjelasan/ketaksaan peran;
konflik peran;
beban kerja berlebih secara kualitatif;
beban kerja berlebih secara kuantitatif;
pengembangan karir; dan/atau
tanggung jawab terhadap orang lain.
Pengukuran Stres Kerja

1. Kuisener Risiko Stres Kerja.


2. Alat Ukur HRV Test
Kuesioner ini tidak diperuntukkan menilai derajat stres
personal.

Ketentuan jumlah responden

n = N / (1+(N x e2)

n : Jumlah responden
N : Jumlah populasi
e2 : Tingkat kesalahan 10%

Jika populasi kurang dari 30 maka jumlah responden


menggunakan total populasi.
Skor ≤ 9 : Tingkat risiko stress RINGAN
Skor 10-24 : Tingkat risiko stress SEDANG
Skor > 24 : Tingkat risiko stress BERAT
HEAT RATE VARIABILITY (HRV)
CARA PENGENDALIAN
STRES KERJA
1. Pengendalian Sosial Budaya
 Menghadiri kegiatan sosial.
 Berusaha mempunyai lingkungan sahabat
dan kenalan.
 Berusaha mengatur waktu secara efektif.
 Setidaknya seminggu sekali
rekreasi/hiburan.
 Bercakap-cakap tentang keberhasilan dan
kehidupan sehari-hari.
 Berusaha mempererat tali persahabatan.
 Berusaha setiap hari mencari waktu untuk
menenangkan diri.
2. Pendekatan Agama
 Berusaha menambah pengetahuan
agama untuk meningkatkan iman dan
taqwa kepada Tuhan.
 Beribadah secara teratur setiap hari.
 Menghadiri pertemuan keagamaan
minimal seminggu sekali.
 Menyadari bahwa hidup di dunia
hanya merupakan persemaian untuk
kehidupan akhirat kelak.
3. Pendekatan Olah raga
 Lakukan olah raga sedikitnya 2 kali
seminggu.
 Usahakan olah raga sampai berkeringat.
 Pilihlah olah raga yang memberikan nilai
kesegaran jasmani dan bersifat sosial seperti
lari pagi, sepak bola, volly ball dll.
4. Pendekatan Medis
 Psikoterapi :
Umumnya yang telah mengalami stres
dapat hidup lebih dewasa, dan
bahagia. Dengan situasi seperti
tersebut diharapkan individu dapat
lebih mudah melakukan adaptasi
dengan stres, karena orang yang
mengalami stres pada prinsipnya
adalah kegagalan individu dalam
menghadapi stres/situasi yang tidak
menyenangkan.
 Medikamentosa :
Anti cemas (anxiolytic)
Anti tegang (tensiolytic)
Anti sedih (antidepressent)
Obat tidur (hipnotic)
Pengendalian Faktor Psikologi
melalui Manajemen Stress
(Sesuai Permenaker No 5 Th 2018) sbb :

a.melakukan pemilihan, penempatan dan pendidikan pelatihan


bagi Tenaga Kerja;
b.mengadakan program kebugaran bagi Tenaga Kerja;

c.mengadakan program konseling;

d.mengadakan komunikasi organisasional secara memadai;


e. memberikan kebebasan bagi Tenaga Kerja untuk
memberikan masukan dalam proses pengambilan
keputusan;
f. mengubah struktur organisasi, fungsi dan/atau dengan
merancang kembali pekerjaan yang ada;
g. menggunakan sistem pemberian imbalan tertentu; dan/atau
h. pengendalian lainnya sesuai dengan kebutuhan.
F. SANITASI INDUSTRI
PENERAPAN HIGIENE DAN SANITASI
(Ps. 26 – Ps. 44 Permenaker No. 5 /MEN/2018)
Bangunan Tempat Kerja
 Halaman;
bersih, tertata rapi, rata, dan tidak becek; dan
cukup luas untuk lalu lintas orang dan barang
 Saluran air pembuangan pada halaman, maka
saluran air harus tertutup dan terbuat dari bahan
yang cukup kuat serta air buangan harus
mengalir dan tidak boleh tergenang.
 Gedung, meliputi dinding dan langit-langit, atap; dan
lantai.
Gedung dalam kondisi:
terpelihara dan bersih;
kuat dan kokoh strukturnya; dan
cukup luas sehingga memberikan ruang gerak paling
sedikit 2 (dua) meter persegi per orang.
Dinding dan langit-langit harus:
 kering atau tidak lembab;

 dicat dan/atau mudah dibersihkan;

 dilakukan pengecatan ulang paling


sedikit 5 (lima) tahun sekali; dan
 dibersihkan paling sedikit 1 (satu) kali
setahun.
Lantai harus:
terbuat dari bahan yang keras, tahan air,

dan tahan dari bahan kimia yang merusak;


datar, tidak licin, dan mudah dibersihkan;

dan
dibersihkan secara teratur.
Atap harus:
mampu memberikan perlindungan dari

panas matahari dan hujan; dan


tidak bocor, tidak berlubang, dan tidak

berjamur

Bangunan Bawah Tanah harus


mempunyai struktur yang kuat;
mempunyai sistem ventilasi udara;
mempunyai sumber Pencahayaan;
mempunyai saluran pembuangan air yang
mengalir dengan baik; dan
bersih dan terawat dengan baik.
Dalam hal bangunan bawah tanah merupakan
ruang terbatas, penerapan Higiene dan Sanitasi
dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Toilet harus:
Fasilitas Kebersihan
bersih dan tidak menimbulkan bau;
meliputi:  tidak ada lalat, nyamuk, atau serangga yang
Toilet dan lainnya;
tersedia saluran pembuangan air yang
kelengkapannya; 

mengalir dengan baik;


loker dan ruang ganti tersedia air bersih;
pakaian; dilengkapi dengan pintu;
memiliki penerangan yang cukup;
tempat sampah; dan
memiliki sirkulasi udara yang baik;
peralatan Kebersihan. dibersihkan setiap hari secara periodik; dan
dapat digunakan selama jam kerja.
Ratio Kebutuhan Jamban dengan Jumlah Tenaga
Kerja (dalam satu waktu kerja)

1-15 orang = 1 jamban;


16-30 orang = 2 jamban;
31-45 orang = 3 jamban;
46 -60 orang = 4 jamban;
61 - 80 orang = 5 jamban;
81 -100 orang = 6 jamban; dan

Setiap penambahan 40 orang ditambahkan 1


jamban.
Jika Toilet laki-laki menyediakan fasilitas
peturasan, jumlah jamban tidak boleh kurang
dari 2 /3 jumlah jamban yang dipersyaratkan
Ratio Kebutuhan Jamban dengan
Jumlah Tenaga Kerja
Area Konstruksi atau Tempat Kerja
Sementara

1-19 orang = 1 jamban;


20 -199 orang = 1 jamban dan 1
peturasan untuk setiap 40 orang;
200 orang atau lebih = 1 jamban dan 1
peturasan untuk setiap 50 orang.

Ukuran Toilet
Ruang Toilet paling sedikit berukuran:
panjang 80 cm, lebar 155 cm, tinggi 220
cm, lebar pintu 70 cm.
Ruang Toilet untuk penyandang
disabilitas harus memenuhi
persyaratan:
Panjang 152,5 cm; lebar 227,5 cm; tinggi 240 cm;
Mempunyai akses masuk dan keluar yang mudah
dilalui;
Mempunyai luas ruang bebas yang cukup untuk
pengguna kursi roda bermanuver 180 derajat;
Lebar pintu masuk berukuran paling sedikit 90 cm
yang mudah dibuka dan ditutup.
Pintu Toilet dilengkapi dengan plat tendang di
bagian bawah pintu untuk pengguna kursi roda
dan penyandang disabilitas netra;
Kemiringan lantai tidak lebih dari 7 (tujuh)
persen; dan
Mempunyai pegangan rambat untuk
memudahkan pengguna kursi roda berpindah dari
kursi roda ke jamban ataupun sebaliknya.
PAKAIAN KERJA DAN RUANG GANTI PAKAIAN

 Tenaga Kerja dalam perusahaan tertentu dapat


diwajibkan memakai pakaian kerja sesuai
syarat-syarat K3 yang ditetapkan.
 Pakaian kerja harus disediakan oleh Pengurus .
 Dalam hal Tenaga Kerja menggunakan pakaian
kerja hanya selama bekerja, Pengurus harus
menyediakan ruang ganti pakaian yang bersih,
terpisah antara laki-laki dan perempuan serta
pemakaiannya harus diatur agar tidak
berdesakan.
 Ruang ganti pakaian harus tersedia tempat
menyimpan pakaian/loker untuk setiap Pekerja
yang terjamin keamanannya.
 Kebutuhan atas udara yang bersih dan
sehat harus dipenuhi pada setiap
Tempat Kerja.
 Pemenuhan kebutuhan udara di
Tempat Kerja dilakukan melalui:
 KUDR;
 ventilasi; dan

 ruang udara. Pasal 39


 Tempat Kerja untuk melakukan jenis
pekerjaan administratif, pelayanan umum
dan fungsi manajerial harus memenuhi
KUDR yang sehat dan bersih.
 KUDR ditentukan oleh suhu, kelembaban,
kadar oksigen dan kadar kontaminan
udara
 Suhu ruangan yang nyaman
harus dipertahankan dengan
ketentuan:
 Suhu Kering 230C– 260C
dengan
 kelembaban 40% – 60%.

 perbedaan suhu antar


ruangan tidak melebihi 5oC Pasal 40
 Kadar oksigen sebesar 19,5%
- 23,5% dari volume udara.
 Kadar kontaminan atau
polutan tercantum dalam
Lampiran dari Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan No.
5 Th 2018.
 Pengurus dan/atau Pengusaha wajib
menyediakan sistem ventilasi udara
untuk menjamin kebutuhan udara
Pekerja dan/atau mengurangi kadar
kontaminan di Tempat Kerja.
 Sistem ventilasi dapat bersifat alami
atau buatan atau kombinasi keduanya.
 Dalam hal menggunakan ventilasi
buatan maka ventilasi tersebut harus
dibersihkan secara berkala paling
sedikit 3 (tiga) bulan sekali atau
sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tempat sampah dan peralatan
Kebersihan harus disediakan pada
setiap Tempat Kerja.

Tempat sampah harus:


 Terpisah dan diberikan label untuk
sampah organik, non organik, dan
bahan berbahaya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
 Dilengkapi dengan penutup dan
terbuat dari bahan kedap air; dan
 Tidak menjadi sarang lalat atau
binatang serangga yang lain.
 Tempat pembuangan pembalut
harus disediakan pada ruang
Toilet perempuan.
 Tempat pembuangan pembalut

harus:
 terbuat dari bahan yang kedap
cairan;
 dilengkapi dengan penutup; dan
 diberikan label yang jelas.

 Tempat pembuangan pembalut


harus dibersihkan setiap hari.
 Setiap orang yang bekerja dalam ruangan
harus mendapat ruang udara (cubic
space) paling sedikit 10 meter kubik.
 Ruangan harus memenuhi ketentuan:
 tinggi Tempat Kerja diukur dari lantai
sampai daerah langit-langit paling
sedikit 3 meter; dan
Pasal 41
 tinggi ruangan yang lebih dari 4
meter tidak dapat dipakai untuk
memperhitungkan ruang udara
Tata Laksana Kerumahtanggaan
Ketatarumahtanggaan yang baik meliputi
upaya:
memisahkan

menata

membersihkan

menetapkan dan melaksanakan prosedur

Kebersihan
mengembangkan prosedur Kebersihan

Alat kerja, perkakas, dan bahan harus ditata


dan disimpan secara rapi dan tertib untuk
menjamin kelancaran pekerjaan dan tidak
menimbulkan bahaya kecelakaan.
Bahan yang disimpan di gudang dan
diberi label yang jelas
G. PERSONIL K3
LINGKUNGAN KERJA
PERSONIL K3
(Ps. 45 – 57)

Pengukuran dan pengendalian Lingkungan Kerja harus


dilakukan oleh personil K3 bidang Lingkungan Kerja,
meliputi:
 Ahli K3 Muda Lingkungan Kerja;

 Ahli K3 Madya Lingkungan Kerja; dan

 Ahli K3 Utama Lingkungan Kerja.

Personil K3 harus memiliki kompetensi sesuai Standar


Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang
ditetapkan oleh Menteri dan kewenangan K3 bidang
lingkungan kerja.
Persyaratan Personil yang Berwenang

Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Ahli K3 Utama


Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja
- Pendidikan D3 - Pendidikan D3 - Pendidikan D3
- berpengalaman - berpengalaman - berpengalaman
paling sedikit 1 paling sedikit 3 paling sedikit 5
(satu) tahun (tiga) tahun (lima) tahun
sebagai Ahli K3 sebagai Ahli K3
- memiliki Muda Lingkungan Madya
sertifikat Kerja Lingkungan
kompetensi - memiliki sertifikat Kerja;
sesuai kompetensi - memiliki
bidangnya sesuai bidangnya sertifikat
- berbadan sehat - berbadan sehat kompetensi
sesuai
bidangnya
- berbadan sehat
Tata Cara Memperoleh Lisensi K3
Melampirkan:
 fotokopi ijazah terakhir;
 surat keterangan pengalaman kerja yang
diterbitkan oleh perusahaan;
 surat keterangan sehat dari dokter;

 fotokopi kartu tanda penduduk;


 fotokopi sertifikat kompetensi:

Ahli Muda Higiene Ahli Madya Higiene Ahli Utama Higiene


Industri (HIMU) - Industri (HIMA) - Industri (HIU) - Ahli
Ahli K3 Muda Ahli K3 Madya Utama K3 Lingkungan
Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Kerja
 2 (dua) lembar pas foto berwarna ukuran 2 x 3 dan 4
x6
 Lisensi K3 berlaku untuk jangka waktu 5
(lima) tahun dan dapat diperpanjang
 Perpanjangan paling lambat 30 (tiga
puluh) hari sebelum masa berlaku
lisensi K3 berakhir
 Lisensi K3 hanya berlaku selama Ahli
K3 Lingkungan Kerja yang bersangkutan
bekerja di perusahaan yang mengajukan
permohonan
 Dalam hal sertifikat kompetensi belum
ada, dapat menggunakan surat
keterangan telah mengikuti pembinaan
K3 yang diterbitkan oleh Direktur
Jenderal.
Tugas dan Kewenangan
Ahli K3 Lingkungan Kerja
Kewajiban Personil K3
 mematuhi peraturan perundang-undangan dan standar
yang telah ditetapkan;
 melaporkan pada atasan langsung mengenai kondisi
pelaksanaan pengukuran, pengendalian lingkungan
kerja, dan penerapan Higiene Sanitasi;
 bertanggungjawab atas hasil pelaksanaan pengukuran,
pengendalian lingkungan kerja, dan penerapan Higiene
Sanitasi di Tempat Kerja;
 membantu Pengawas Ketenagakerjaan Spesialis K3
Lingkungan Kerja dalam melaksanakan pemeriksaaan
dan Pengujian K3 Lingkungan Kerja; dan
 melaksanakan kode etik profesi.


Mekanisme Pengujian

Laporan Riksa Uji SURKET Riksa Uji


memenuhi Berkala
Syarat K3:
YA
Pelaksana Riksa Uji:
Pengawas
Ketenagakerjaan Sp
≤ NAB
K3 LK pada UPT L1, u/ Perusahaan;
UPT atau
Wasnaker; L2, u/ UPT Wasnaker;
Wasnaker memenuhi
standar L3, u/ Ditjen PPK dan K3
Penguji K3 pada
Direktorat Bina K3
beserta UPT K3 dan
UPTD Bidang K3; SURKET Riksa Uji
TIDAK
TIDAK Ulang
AK3 Lingkungan Kerja Memenuhi dan/atau
pada PJK3 Riksa Uji Syarat K3: STIKER
LK
Perusahaan
yang meminta
TERIMA KASIH

Dr. Agus Triyono, S.Si, M.Kes


Kementerian Ketenagakerjaan R.I
Phone : 021.4246335 Mobile : 081511144420
341
Email : agustriyono2000@yahoo.com
SHORT CURICULUM VITAE
Nama : Dr. Agus Triyono, S.Si, M.Kes
Instansi : Inspektur II – Kementerian Ketenagakerjaan
HP 081511144420, Email : agustriyono2000@yahoo.com
Pendidikan K3L:
1. Doktor Ilmu Lingkungan - Universitas Indonesia
2. S-2 Kesehatan dan Keselamatan Kerja – UGM Jogjakarta
3. Improvement of Industrial Safety & Health - Japan
4. Safety Officer – Singapore
5. OSH on SME’s – Philipina
6. OSH – Manajemen System - Beijing China
7. Industrial Ventilation - Malaysia
8. OSH Congres Turkey & Singapore
9. OSH on Forestry – Genewa Swizerland
10. OSH Research Institute - Taiwan
11. Ahli K3 Umum
12. Pengawas Ketenagakerjaan
13. Operator Radiografi
14. Ahli Radiografi
15. Instrumentasi Nuklir
16. Social Acountability Manajemen System 8000
17. Assessor Kompetensi
342
18. Assessor Licensi
19. Lead Auditor OHSAS 18001
Pengalaman Kerja
Dosen Tidak Tetap/Tamu Bidang K3 pada :
1. Magister Kedokteran Kerja - Universitas Indonesia - Jakarta
2. Magister Manajemen (K3) Universitas Trilogi Jakarta
3. Magister Manajemen Kesehatan – Univ Muhamadiyah Jakarta.
4. Magister Kesehatan Masyarakat Universitas MH Thamrin Jakarta
5. Universitas Indonusa Esa Unggul - Jakarta
6. Universitas Pembangunan Nasional (UPN) – Jakarta
7. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKIM) – Jakarta
8. STIE Lembaga Administrasi Negara – Jakarta
9. Stikes BPI Jakarta
10. Polteknaker Jakarta

Organisasi K3
1. Deputy Sekjen Assosiasi Hiperkes dan KK Pusat – Jakarta (2006-2009)
2. Deputy Sekjen Assosiasi Profesi dan Keahlian Higiene Industri Pusat –
Jakarta.
3. Deputy Manajer Mutu Laboratorium K3 Pusat K3 – Jakarta
4. Pengurus Perhimpunan Ergonomi Indonesia (PEI).
5. Kepala Sub Bagian Program & Anggaran Pusat K3 Jakarta
6. Kepala Bagian Tata Usaha Balatrans Ditjen Lattas Jakarta.
7. Kepala Bagian Perlengkapan Biro Umum Sekretariat Jenderal.
8. Kepala Subdit Pengembangan SDM K3 – Direktorat Bina K3
9. Kepala Balai K3 Jakarta – Kemnaker RI 343
10. Inspektur II – Kemnaker RI

Anda mungkin juga menyukai