Anda di halaman 1dari 47

METODE KEFILSAFATAN

METODE FILSAFAT ILMU


1. DEDUKSI (METODE BERFIKIR YANG BERTOLAK
DALAM HAL-HAL YANG UMUM KE KHUSUS)
2. INDUKSI (METODE BERFIKIR YANG BERTOLAK DARI
HAL-HAL YANG KHUSUS KE UMUM)
3. DIALEKTIKA (METODE MENCAPAI DEFENISI SEBUAH
KONSEP DENGAN CARA MENGUJI CIRI-CIRI UMUM
YANG DITEMUKAB DALAM SEBUAH CONTOH KHUSUS
DARI KONSEP ITU)—DIALEKTIKA ADALAH
PENGETAHUAN METAFISIKA YANG MENDATANGKAN
ATAU MENGHASILKAN PENGETAHUAN TERTINGGI
4. LOGIKA (METODE BERFIKIR DENGAN MENGGUNAKAN
PENALARAN LOGIS DAN SISTEMATIS DENGAN
BERDASARKAN PADA HUKUM DAN KETENTUAN
YANG BERLAKU)
RUANG LINGKUP FILSAFAT
RUANG LINGKUP FILSAFAT

4
Ontologi
Ontology : Membicarakan tentang
hakikat segala yang ada dan mungkin ada
Disebut Teori hakikat karena mengkaji
secara mendalam objek – objek
pengetahuan sampai pada hakikatnya
Membahas tentang Logika, Etika dan
estetika; Materi dan Forma
Yang “Ada”
Yang dimaksud dengan “yang ada” adalah
pengertian dasar dari segala sesuatu
Sesuatu yang wujud baik dalam penginderaan,
pengetahuan, pengalaman, pemikiran maupun
keyakinan, dan perasaan, bahkan “yang ada”
bisa melampaui itu semua.
Yang “Nyata”
“Nyata” merupakan definisi khusus dari sesuatu
“yang ada”
Yang nyata adalah realitas yang ditemui
manusia dalam kehidupannya
Terjadi secara inderawi maUpun logika
Eksistensi adalah sesuatu Eksistensi :
“yang ada” , “yang nyata” dan
berada dalam konteks ruang
dan waktu

Eksistensi adalah sesuatu


yang wujud, ditemui dalam
kenyataan pengalaman pada
suatu tempat dan suatu
penyebutan urutan waktu
Esensi :
Esensi adalah inti sesuatu

Jika inti itu tidak ada, maka


sesuatupun menjadi tidak ada

Esensi merupakan pokok


adanya segala sesuatu
Substansi :

Substansi adalah sifat yang


melekat pada sesuatu

Jika sifat itu tidak ada, maka


sesuatu tidak akan disebut
sesuatu
Epistimologi

Epistemologi : Membicarakan sumber


pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan
Pengetahuan dihimpun dari tiga hal,
yaitu 1) sains, 2)akal / logika / rasio dan
3) hati / latihan rasa
Epistimology
Aristoteles menyatakan bahwa indera hanya
dapat menggapai bentuk, pengalaman inderawi
terbatas pada situasi yang konkret
Maka akal budi juga diperlukan untuk mengkaji
materi atau pengertian bersama tentang esensi
sesuatu.
Manusia tidak seperti benda – benda, ia berada
di tengah dunia dengan caranya yang khas.
Manusia sadar akan benda – benda yang ada
di sekitarnya
Kesadaran akan kehadiran yang lain inilah
yang akan melahirkan pegetahuan
Epistimology
 Heraclitos menegaskan bahwa indera adalah
cara memahami dunia
 Parmeneides yakin akal budilah cara yang
terbaik
 Plato dan Socrates menyatakan bahwa
penalaran akal dan budi yang paling tepat

Epistimology : Membicarakan sumber


pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan
Empirisme, rasionalisme, idealisme, dsb
Paradigma Dasar Keilmuan
Rasionalisme Empirisme
• Akal adalah dasar • Pengalaman adalah sumber
kepastian pengetahuan pengetahuan yang benar
• Pengetahuan diperoleh • Bagaimanapun
dengan sejauh mana akal kompleksnya pengetahuan
menangkap objek manusia, selalu dapat
• Akal bekerja karena ada dicari ujungnya pada
stimulasi / bahan dari pengalaman indera
indera • Tumpuan metode pada
• Methode menggunakan aliran ini adalah
logika tanpa dukungan eksperimen
data empiris, menekankan • Selain sumber pengalaman
pada pola deduktif inderawi, terdapat juga
sumber pengalaman
berupa ide yang disebut
empiric logik
Aksiologi
 Aksiologi: Membicarakan tentang kegunaan dan nilai
dari filsafat.
 Aksiology terdiri dari perkataan “axios” yang berarti
nilai dan “logos” yang berarti ilmu, Jadi aksiology
adalah ilmu tentang nilai.
 Filsafat sebagai theory; Filsafat sebagai Pandangan
Hidup; Filsafat sebagai Methodology Pemecahan
masalah
 Nilai berkaitan dengan logika, etika dan estetika
 Logika mempermasalahkan tentang nilai kebenaran
dalam pemikiran berdasarkan sistem berfikir
 Etika berbicara tentang nilai kepatutan atau
kebaikan
 Estetika bertutur tentang nilai keindahan
Aksiology

Apakah Teori bebas nilai ??


Sejauh mana penyelidikan berperngaruh terhadap
obyek yang dipelajari ??
Sejauh mana ilmu berupaya mencapai perubahan
sosial ??
FILSAFAT ILMU
DEFINISI-DEFINISI (1)
• Sokrates dan Plato (427 – 347 SM), filsafat adalah
pengetahuan tentang segala sesuatu yang ada.

• Aristoteles (384 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan


yang meliputi kebenaran, di dalamnya terkandung ilmu:
matematika, logika, retorika, etika, politik, ekonomi,
estetika. Dalam hal ini filsafat menyelidiki sebab dan azas
segala sesuatu

• Marcus T. Cicero (106 – 43 SM), filsafat adalah pengetahuan


tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha untuk
mencapainya.

18
DEFINISI-DEFINISI (2)
• Imanuel Kant (1724 – 1804 M), filsafat adalah ilmu pokok
dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup (misalnya):

(a) apakah yang dapat kita ketahui?  dijawab oleh


metafisika,

(b) apakah yang dapat kita kerjakan?  dijawab oleh


etika,

(c) sampai dimanakah pengharapan kita?  dijawab


oleh antropologi.

19
 Secara terminologi :
 Filsafat sebagai sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan
alam yang biasanya diterima secara tidak kritis.
 Filsafat sebagai proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang kita junjung tinggi.
 Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran
keseluruhan.
 Filsafat sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan
tentang arti kata dan konsep.
 Filsafat sebagai sekumpulan proble-ma-problema langsung yang
menda-pat perhatian dari manusia.
SIFAT DASAR FILSAFAT
1. Berpikir Radikal: menemukan akar seluruh kenyataan
2. Mencari Asas: menemukan sesuatu yang menjadi esensi
realitas
3. Memburu Kebenaran
4. Mencari Kejelasan: baik kejelasan pengertian maupun
kejelasan intelektual
5. Berpikir Rasional; logis, sitematis dan kritis
PERANAN FILSAFAT
1. Pendobrak: ketika intelektualitas tertawan dalam penjara
tradisi dan kebiasaan
2. Pembebas: membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan
cara berpikir mistis
3. Pembimbing: manusia menjadi rasional
Latar Belakang Lahirnya Filsafat
Dari Mitos menuju Logos
Abad Yunani kuno dianggap sebagai titik tolak
lahirnya filsafat

Asal Mula Filsafat


Empat hal yang melahirkan filsafat

Ketakjuban
Ketidapuasan
Hasrat untuk bertanya
Keraguan
FILSAFAT DAN PENGETAHUAN
• Dalam filsafat, ada filsafat pengetahuan. "Segala manusia
ingin mengetahui", itu kalimat pertama Aristoteles dalam
Metaphysica. Obyek materialnya adalah gejala "manusia
tahu".
• Tugas filsafat ini adalah menyoroti gejala itu berdasarkan
sebab-musabab pertamanya. F
• Filsafat menggali "kebenaran" (versus "kepalsuan"),
"kepastian" (versus "ketidakpastian"), "obyektivitas" (versus
"subyektivitas"), "abstraksi", "intuisi", dari mana asal
pengetahuan dan kemana arah pengetahuan.
KEDUDUKAN FILSAFAT
ILMU PENGETAHUAN
Filsafat:
Filsafat
upaya untuk mempelajari dan
mengungkapkan pengembaraan manusia
di dunia

24
CABANG-CABANG
FILSAFAT (1)
1. Filsafat etika (menyoroti tingkah laku manusia
agar ia hidup dan berperilaku baik)
2. Filsafat pengetahuan (menyoroti/membahas
atas manusia, alam, ketuhanan dan patokan-
patokan: yang benar)  menurut faktanya/
kenyataannya disadari dengan tepat.

25
CABANG FILSAFAT
 METAFISIK; filsafat yang meninjau tentang hakikat segala
sesuatu yang terdapat di alam
 EPISTEMOLOGI; filsafat yang membahas tentang
pengetahuan dan kebenaran
 LOGIKA; filsafat yang membahas tentang cara berpikir yang
benar
 ETIKA; filsafat menilai perilaku manusia, nilai, norma
masyarakat dan agama
OBYEK MATERIAL
FILSAFAT
Mengungkapkan pengembangan
manusia sebagai materi (bahan) yang
dikupas/dipelajari. Obyek material ini
dipelajari juga oleh berbagai sudut
(ilmu), misal: fisika, sejarah, agama dan
sastra.

27
OBYEK FORMAL
FILSAFAT
mempelajari “berbagai sudut (ilmu)”  obyek
formal ialah cara pendekatan pada suatu obyek
material yang khas/unik, sehingga mengkhususkan
bidang bersangkutan seperti fisika, sejarah, sastra
(pengetahuan).
Obyek formal filsafat ilmu:
ilmu
cara pendekatan tentang manusia (filsafat manusia),
dunia, dan akhirat (filsafat ketuhanan)

28
MAZHAB FILSAFAT
Socrates
 Dalam sejarah Filsafat, Socrates merupakan filsuf dini dengan
karakter yang kontroversial, berani berpendapat beda.

 Meninggal karena di jatuhi hukuman mati minum racun , thn. 399


SM, dalam usia 70 thn.

 Filsafat Socrates:
 Objek pemikiran bukan alam semesta tapi manusia
 Manusia adalah mahluk sadar dapat mengatur perilaku
sendiri manusia hidup dalam masyarakat
 Berbuat baik adalah satu-satunya kebahagiaan hidup manusia
 Pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab
 Apakah hidup yang baik?
 Apakah kebaikan yang mengakibatkan kebahagiaan manusia?
 Apakah norma untuk menentukan baik buruknya manusia?
 Untuk dapat menjawab pertanyaan, digunakan metode
dialektika yang berarti menggali/membedah sesuatu dengan
cara berdialog disebut maieutika tekhne (teknik kebidanan)
ia membidani jiwa dan pengetahuan dalam jiwa manusia.
Socrates
 Tujuan kehidupan manusia adalah membuat jiwanya sebaik mungkin
karena jiwa (psikhe) adalah inti manusia.
 Manusia tidak berbuat kesalahan karena sengaja, tapi karena keliru
atau ketidaktahuan. Seandainya tahu apa yang baik baginya, maka ia
akan melakukan kebaikan itu.
 Tujuan kehidupan manusia adalah kebahagiaan (eudamonia)
 Mencapai kebahagiaan dengan arete (virtue, kebajikan, keutamaan)
 Keutamaan adalah pengetahuan diartikan secara moral. Keutamaan
sebagai pengetahuan tentang yang baik merupakan pengetahuan
menyeluruh.
 Keutamaan yang membuat manusia menjadi baik adalah pengetahuan.
Plato
 Lahir 428 SM 2. Idea konkrit merupakan benda-
benda jasmani yang ditangkap
 Murid dari Socrates. Ajaran Socrates oleh pancaindera. Idea konkrit
dan hukuman mati terhadap Socrates adalah realitas yang berada dalam
membuahkan pemikiran-pemikiran perubahan. Contoh baju sekarang
Plato. bersih, lalu menjadi kusut dan
kotor.
 Idea : inti dari filsafat Plato  idea
bukan semata subjektif tapi juga 3. Jadi ada :
objektif, bisa terlepas dari subjek 1. Dunia Jasmani : selalu ada
pemikir.. perubahan dan ditangkap oleh
indera.
 Idea bisa merupakan idea umum dan
idea konkrit. 2. Dunia Ideal : tidak ada
perubahan dan sifatnya abadi
1. Idea umum contohnya ilmu pasti  Mendamaikan pendapat
ataupun pikiran abstrak. Segi tiga atau Herakleitos ( yang ada itu
lingkaran, dan dalil dalil yang berlaku tetap) dan Parmenides (yang
secara umum pada semua segitiga ada itu menjadi)
dan semua lingkaran adalah idea
umum . Dan ada segitiga yang ada
tapi tidak ditangkap oleh
pancaindera, hanya ditangkap melalui
pengertian.
Plato
Politeia :
 Teorinya tentang negara yang menjadi karya sentral Plato
 Manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, sehingga
hidup dalam polis atau negara.  untuk hidup baik, negara harus
diatur baik. Ada timbal balik. (bandingkan dengan cara hidup
nomad)
 Menyusun negara yang baik harus berdasar pada :
— Ekonomi: setiap orang punya keahlian masing-masing untuk
membangun ekonomi dari polis. petani, pedagang, tukang
— Penjagaan : dalam suatu negara harus ada yang menjaga
kelangsungan kehidupan ekonomi negara dan kedaulatan negara
sehingga butuh pemimpin dan tentara profesional.
— Pimpinan negara dan pemikir
 Komunisme: Kehidupan negara akan pincang bila ada perbedaan
golongan kaya dan miskin. Tidak boleh punya uang atau milik
pribadi.
Aristoteles


 Teori Gerak dan Penyebab
Lahir di Yunani utara 384 SM.
(Causa) Teori terjadinya sesuatu
 Buah pemikiran filsafatnya disusun
secara sistematis, dan dikelompokkan  Gerak berlangsung antara dua hal
ke 8 bagian : berlawanan, contoh antara panas
1. Logika (jalan pikiran/proses nalar) dan dingin
2. Filsafat Alam (alam/ semesta/fisika)  3 faktor dalam setiap perubahan :
3. Psikologi (jiwa manusia)  Keadaan/ciri terdahulu (dingin)
4. Biologi (hayati)  Keadaan/ciri baru (panas)
5. Metafisika (melampaui fisik)  Dasar yang tetap (air)
6. Etika (kebaikan/moral)
7. Politik dan ekonomi  Analisanya: ada aksi dan potensi.
Dari Potensial menjadi Aktual.
8. Retorika dan Poetika (bahasa dan
kesenian)
Aristoteles

Ada 4 penyebab:
1. Penyebab efisien (Efficient Cause) : yaitu sumber kejadian,
faktor yang menjalankan kejadian. Contoh : tukang kayu yang
membuat meja makan.
2. Penyebab final (Final Cause) : yaitu tujuan yang menjadi arah
kejadian. Contoh : meja makan dibuat untuk makan
3. Penyebab material (Material Cause): yaitu bahan dari mana
benda dibuat. Contoh : meja makan dibuat dari kayu.
4. Penyebab formal (Formal Cause) : yaitu bentuk yang menyusun
bahan. Contoh : bentuk meja ditambah pada kayu, sehingga kayu
menjadi sebuah meja.
MASHAB-MAZHAB FILSAFAT
1. Rasionalisme
Mazhab Rasionalisme muncul pada abad 17.Aliran ini
berpendapat bahwa sumber pengetahuan adalah yang
dapat dipercaya atau masuk akal ( rasio).
Hanya pengetahuan yang melalui akallah yang memenuhi
syarat dan dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah.
Pengalaman hanya dipakai untuk mengukuhkan
pengetahuan yang telah didapatkan oleh akal dan
sesungguhnya akaal tidak memerlukan pengalaman.
Metode yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu
suatu penalaran yang mengambil kesimpulan dari suatu
kebenaran yang bersifat untuk diterapkan kepada hal-hal
yang bersifat khusus.umum.
Contoh : Setiap makhluk yang hidup pada suatu saat akan
mati, Badu adalah makhluk hidup, maka Badu akan mati.
Tokoh Rasionalisme Rene Descartes yang disebut bapak
filsafat modern. Pernyataan yang terkenal dalam aliran ini
adalah saya perpikir, karena saya ada. Apa saja yang kita
pikirkan, walaupun suatu khayalan, tetapi manusia yang
berpikir yang berpikir itu bukana khayalan, maka manmusia
yang berpikir itu ada.Menurut Descartes, manusia
mempunyai kebebasan berkehendak. Manusia dapat
merealisasikan kebebasannya dengan mengendalikan hawa
nafsu, karena kebebasan adalah ciri khas kesadaran
manusia yang berpikir.
2. Empirisme
Mazhab ini muncul jaman rasionalissme yaitu pada abad ke
17. Mazhab ini kebalikan dari rasaionalisme . Dimana
Mazhab ini berpendapat bahwa empiris atau
pengalamanlah yang menjadi sumber pengetahuan, baik
pengalaman lahiriah maupun pengalaman batiniah.
Metode yang dipakai adalah metode induktif, yaitu suautu
penalaran yang mengambil kersimpulan dari suatu
kebenaran yang bersifat khusus untuk diterapkan kepada
hal-hal yang bersifat umum.
Orang yang pertama yang mengikuti mazhab ini adalah
Thomas Hobbes ( 1588-1679). Bagi Hobbes, filsafat adalah
suatu ilmu pengetahauana yang bersifat umum, sebab
filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan tentang efek-efek
atau aakibat-akibat atau tentang penampakan-
penampakan seperti kita peroleh dengan
merasionalisasikan pengetahuana yang kita miliki dari
sebab akibatnya.
Sasaran filsafat adalahfakrta-fakta yang diamati dengan
maksud untuk mencari sebab-sebabnya. Sedangkan alat
yang dipakai adalah pengertian-pengertian yang
diungkapkan dalam akata-kata yang menggambarkan
fakta-fakta tersebut.Pengalaman adalah awal dari
pengetahuan. Hanaya pengalamanlah yang memberi
jamianana akan kepastian.
John Locke adalah penerus tradisi empiris. Locke
meneentang teori rasionalisme mengenai ide-ide dan asas-
asas pertama sebagai bawaan manusia. Menurut Locke
pengetahuan didapatkaan dari pengalaman dan akal
adalah pasif pada saat pengetahuan didapatkan. Rasio
manusia mula-mula harus dianggap sebagai kekrta putih
yang kosong as a white paper, kertas kosong tersebut baru
terisi melalui pengalaman.
Ada dua macam pengalaman, yaitu pengalaman lahiriah dan
pengalaman batiniah. Kedua macam pengalaman ini
salaing berhubungan. Pengalaman lahiriah menghasilkan
gejala-gejala psikis yang harus ditanggapi oleh pengalaman
batiniah.
Dengan demikian mengenal adalah identik dengan
amengenaala secara sadar.
Berdasarkan asas teori pengenalan tersebut, maka dalam
etikanya Locke menolak adanya pengertian kesusilaan yang
telah menjadi bawaan tabiat manusia. Sedangkan yang
menjadi tabiat bawaan hanyalah kecenderungan-
kecenderungan yang menguasai perbuatan manusia.
Semua kecenderugngan dapat dikembalikan kepada usaha
untuk mendapatkan kebahagiaan. Tentang bagaimana kita
harus berbuat diajarkan oleh pengalaman.
3. IDEALISME
Kata idealisme pertama kali digunakan secara filosofis oleh
Leibniz pada awal abab ke 18. Istilah idealisme digunakan
dengan maksud untuk menerapkan pemikiran Plato.
Idealisme berpendapat seluruh realitas bersifat
spiritual/psikis, dan materi bersifat fisik sebenarnya tidak
ada.
Leibniz menjebatani pertentangan antara rasionalisme dan
empirisme, meskipun tidak memberikan suatu sistem
untuk memadukannya.
Hegel, Yang mutlaak adalah roh yang mengungkapkan diri di
dalam alam, dengan maksud agar dapat sadar akan dirinya
sendiri. Haakekat roh adalah ide atau pikiran. Pernyataan
Hegel. “semuanya yang real bersifat rasional dan
semuanaya yang resional bersifat real..
Maksudnya, bahwa luasnya rasio sama dengan luasnya realitas. Realitas
seluruhnya adalah proses pemikiran ( ide) yang memikirkan dirinya
sendiri. Filsafat Hegel menggunakan metode dialektika. Menurut Hegel
dialektika memiliki tiga fase, yaitu fase pertama disebug tesa, yang
dilawankan dengan fase kedua yang disebut antitesa. Kemudian fase
ketig a yang disebut sintesa,yang memperdamaikan.
Contoh :
Tesa: Bentuk negara diktator, hidup masyarakat diatur dengan baik tetapi
warga negara tidak mempunyai kebebasan apapun.
Antitesa: Bentuk negara anarki; para warga negara mempunyaia kebebasan
tanta batas, tetapiu hidup kemasyarakatan menjadi kacau.
Sintesa; bentuk negara demokratis konstitusional, kebebasan para warga
negara dijamin dana dibatasi oleh undang undang dasar dan hidup
kemasyarakatan berjalan dengan memuaskan.
4. Positivisme
Positivisme berpendapat bahwa pemikirana filsafat
berpangkal dari apa yang telah dikektahui, yang faktual,
yang positif, sehingga sesuatu yang siufatnya metafisik
ditolak. Pengetahuan kita tidak boleh melewati fakta-fakta.
Positivisme merupakan mazhab yang menekankan
pemikiran pada apa yang telah diketahui, yang faktual,
nyata, dan apa adanya. Positivis mengandalkan pada
pengalaman individu yang tampak dan dirasakan dengan
pancaindera. Dengan demikian ilmu pengetahuan empirik
diangkat menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan. Namun ada perbedaan dengan empirisme,
yaitui positivisme hanya membatasi pada pengalaman-
pengalaman objektif yang tampak, tapi empirisme
menerima pengalaman-pengalaman batiniah atau
pengalaman-pengalaman subjektif. Tokoh Positivisme
adalah August Comte.
5. Pragmatisme
Pragmatisme muncul pada awal abd ke-20. Mazhab ini
menegaskah bahwa segala sesuatunya haruslah bernilai
benar apabila membawa manfaat secara praktis bagi
manusia. Artinya, pengetahuan yang berasal dari
pengalaman, rasio, pengamatan, kesadaran lahiriah
maupun batiniah, bahkan yang bersifat abstrak atau mistis
pun akan diterima menjadi sebuah kebenaran apabila
membawa manfaat praktis. John Dewey (1859-1852)
merupakan tokoh dalam mazhab ini yang berpendapat
bahwa filsafat tidak boleh hanya mengandalkan pemikiran
metafisis yang tidak bermanfaat praktis bagi manusia,
melainkan harus berpijak pada pengalaman yang diolah
secafa aktif kritis dan memberikan pengarahan bagi
perbuatan manusia dalam kehidupan nyata.
6. Fenomenologi
 Fenomenologi  merupakan mazhab yang bersandar pada kemunculan
fenomena-fenomena baik yang nyata maupun semu. Fenomena
tidak hanya bisa dirasakan oleh indera, juga dapat digapai tanpa
menggunakan indera. Artinya suatu fenomena tidak perlu harus
diamati dengan indera, sebab fenomena juga dapat dilihat atau
dititik secara rohani, tanpa melewati indera. Tokoh dalam mazhab ini
adalah Edmund Husserl (1859-1938) yang menegaskan hukum-
hukum logika yang memberi kepastian sebagai hasil pengalaman
bersifat a priori dan bukan bersifat a posteriori.
7. Eksistensialisme
Eksistensialisme dipelopori oleh Jean Paul Sartre (1905-1980) yang
mengembangkan pemikiran bahwa filsafat berpangkal dari realitas
yang ada dan manusia itu memiliki hubungan dengan keberadaannya
dan bertanggung jawab atas keberadaan tersebut. Mazhab ini
menekankan pada bagaimana cara manusia berada di dunia yang
berbeda dengan benda-benda atau objek lainnya. Dengan kata lain,
eksistensialisme menegaskan tentang bagaimana cara manusia
bereksistensi dan bukan sekadar hanya berada sebagai mana benda-
benda lainnya.
Manusia berada didunia justru berhubungan dengan semua manusia
dan berhubungan dengan benda-benda. Benda-benda berarti karena
beradanya manusia. Untuk membedakan dua cara berada dalam
eksistensialisme, yaitu dengan dua kata yang berbeda, untuk benda
berada, sedangkan manusia bereksistensi.
Jean Paul Sartre, dalam bukunya yang terkenal L etre et leneant
( keberadaam dan ketiadaan). Sartre, membagi ada atau berada ( l
etre) menjadi dua macam, yaitu :
a. L etre-en-soi (berada-dalam-diri)
b. L etre-pour-soi (ber-ada-untuk-diri)

Anda mungkin juga menyukai