Anda di halaman 1dari 37

Meningitis

Oleh : Hardianti
Pembimbing :
Dr. Wilasari Novantina, Sp.N
dr. Helda Juliani Siahaan, Sp.S
DEFINISI
Meningitis adalah inflamasi pada meninges yang melapisi otak danmedula spinalis. Hal
ini paling sering disebabkan oleh infeksi (bakteri,virus, atau jamur) tetapi dapat juga terjadi
karena iritasi kimia, perdarahansubarachnoid, kanker atau kondisi lainnya.

Definisi lain menyebutkan meningitis adalah sindrom klinis yangditandai dengan


peradangan pada meninges, yaitu lapisan membran yangmelapisi otak dan sumsum tulang
belakang.
Membran yang melapisi otakdan sumsum belakang
terdiri dari tiga lapisan 

Dura Meter Pia Meter


01 Lapisan terluar dan keras 03 Lapisan meninges yang
melekat erat pada otak yang
mengikuti alur otak yang
membentuk gyrus dan sulcus

Arachnoid
02 Lapisan tengah membentuk
trabekula yang mirip sarang
laba laba
FAKTOR RESIKO

● Usia, biasanya < 5 tahun ● Alkoholisme, serosis


dan >60 tahun hepatis
● Imunosupresi atau ● Talasemia mayor
penurunan kekebalan ● Riwayat kontak yang
tubuh baru terjadi dengan
● DM, insufisiensi renal pasien meningitis
atau kelenjar adrenal ● Defek dural baik karena
● Infeksi hiv trauma, kongenital
● Anemia sel sabit dan maupun operasi
splenektomi ● Ventriculoperitoneal
shunt
Etiologi
Di bagi menjadi 2 berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak :

 Meningitis serosa
Di tandai dengan jumlah sel dan protein yang meninggi
di sertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman tuberculosis dan virus.

 Meningitis Purulenta atau meningitis bakteri


bersifat akut dan menghasilkan eksudat berupa pus serta
bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus.
Yang paling sering terjadi adalah Meningitis meningococcus.
Klasifikasi meningitis
menurut jenis kuman mencakup sekaligus kausa meningitis,:

● Meningitis virus
● Meningitis bakteri
● Meningitis spiroketa
● Meningitis fungus
● Meningitis protozoa
● Meningitis metazoa
Golongan umur pada infeksi purulenta/bakteri
1. Neonatus
 Escherichia Coli
 Streptococcus Beta Haemolyticus
 Listeria Monocytogenes

2. < 5 tahun (Balita)


 Haemophilus influenzae
 Meningococcus
 Pneumococcus

3. Umur 5-20 tahun


 Haemophilus influenzae
 Neisseria meningitis
 Streptococcus pneumococcus
4. (> 20 tahun)
 Meningococcus
 Pneumococcus
 Staphylococcus
 Streptococcus
 Listeria

penyebab meningitis virus yang paling sering ditemukan :


• Mumpsvirus
• Echovirus
• Coxsackie virus
Epidemioligi meningitis

● Orang/manusia
● Tempat
● Waktu
● Agen infeksi
Anatomi dan Fisiologi meningitis
Selaput Meninges :

 Dura meter
 Arachnoid
 Pia meter
Sawar Darah Otak

Sawar darah otak merupakan barier fungsional yang mencegah masuknya


beberapa substansi, seperti antibiotik dan bahan kimia dan bahan toksin bakteri dari
darah ke jaringan saraf.
sawar ini terletak di antara darah dan cairan serebrospinalis serta cairan otak.
Sawar juga terdapat pada plexus koroideus dan membran kapiler jaringan.
Sawar darah otak sangat permeabel terhadap air, karbondioksida, oksigen, dan
sebagian besar zat larut lipid seperti alkohol dan zat anastesi. Dan hampir tidak
permeabel terhadap protein plasma dan banyak molekul organik berukuran besar
yang tidak larut dalam lipid.
Plexus Koroid dan Cairan Cerebrospinal

Plexus koroid terdiri atas lipatan lipatan kedalam dari pia meter yang
menyusup kebagian dalam ventrikel. Dapat ditemukan pada atap ventrikel ketiga
dan keempat dan sebagian pada dinding ventrikel lateral.
Fungsi utama plexus koroid adalah membentuk cairan cerebrospinal, yang
hanya mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal sentral
dari medula spinalis, ruang subarachnoid dan ruang perivaskular. Penting untuk
metabolisme susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan
cairan dalam ruang subarachnoid.
Patofisiologi Meningitis
Manifestasi klinis
Trias meningitis :

 Demam
 Nyeri Kepala
 Kaku Kuduk

selain itu juga di tandai dengan gejala panas mendadak, letargi,


mual muntah, penurunan nafsu makan, nyeri otot, fotofobia, mudah
mengantuk, bingung, gelisah, parese nervus kranialis dan kejang.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan serebrospinal
(CSS) melalui pungsi lumbal.
Meningitis virus
Di tandai :
1. Cairan cerebrospinal jernnih
2. Rasa sakit penderita tidak terlalu berat
3. Disebabkan oleh mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise,
diikuti oleh pembesaran kelenjar paratiroid sebelum invasi kuman ke susunan
saraf pusat.
4. yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala, muntah,
sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan
ekstremitas
5. Pada coxsackie virus tampak lesi vaskuler pada palatum, uvula, tonsil, lidah
pada tahap lanjut timbul kelumpuhan berupa sakit kepala, muntah, demam, kaku
kuduk, dan nyeri punggung.
Meningitis bakteri
Di tandai :
1. Gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal
2. Terjadi secara akut, dengan gejala panas tinggi, mual, muntah,
gangguan penafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan
konstipasi, ditandai dengan fontanella yang mencembung.
Meningitis virus
Stadium I selama 2-3 minggu, dengan gejala ringan dan
nampak seperti gejala infeksi biasa :

A. Pada anak anak


 Bersifat subakut - Opstipasi
 Sering tanpa demam - Pola tidur terganggu
 Muntah muntah - Apatis
 Nafsu makan berkurang
 Murung
 BB turun
 Mudah tersinggung
 Cengeng
A. Pada orang dewasa

 Panas hilang timbul


 Nyeri kepala
 konstipasi
 Kurang nafsu makan
 Fotofobia
 Nyeri punggung
 Halusinasi
 Sangat gelisah
Meningitis virus
Stadium II atau stadium transisi selama 1-3 minggu, dengan
gejala lebih berat :
 Nyeri kepala hebat
 Gangguan kesadaran
 Kejang terutama bayi dan anak anak
 Tanda rangsangan meningeal mulai nyata
 Terjadi parase nervus kranialis
 Hemiparese atau quadripare
 Tubuh kaku
 Tanda tanda peningkatan intrakranial
 Ubun ubun menonjol dan muntah lebih berat
Meningitis virus

Stadium III atau stadium terminal :


 Kelumpuhan semakin parah
 Gangguan kesadaran lebih berat sampai koma
 Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu
3 minggu bila tidak mendapat pengobatan sebagai mana
mestinya.
Penegakan diagnosis

1. Anamnesa
Dapat diketahui adanya trias meningitis seperti demam, nyeri kepala dan kaku
kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu makan, mudah
mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang dan penurunan kesadaran. Anamnesa dapat
dilakukan pada keluarga pasien yang dapat dipercaya jika tidak memungkinkan
untuk autoanamnesa.
Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan kaku kuduk
2. Pemeriksaan kernig
3. Pemeriksaan brudzinski 1 (leher)
4. Pemeriksaan brudzinski 2 (kontralateral tungkai)
5. Pemeriksaan brudzinski 3 (pipi)
6. Pemerksaan brudzinski 4 (simfisis)
7. Pemeriksaan Lasegue
Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan fungsi lumbal


2. Pemeriksaan darah
3. Kultur
4. pemeriksaan radiologis
penatalaksanaan
Meningitis virus
 Penatalaksanaan umum meningitis virus adalah terapi suportif seperti
pemberian analgesik, antpiretik, nutrisi yang adekuat dan hidrasi. Meningitis
enteroviral dapat sembuh sendiri dan tidak ada obat yang spesifik, kecuali jika
terdapat hipogamaglobulinemia dapat diberikan imunoglonbulin.
 Beberapa ahli tidak menganjurkan pemberian asiklovir untuk herpes kecuali
jika terdapat ensefalitis. Dosis asiklovir intravena adalah (10mg/kgBB/8jam).
 Gansiklovir efektif untuk infeksi Cytomegalovirus (CMV), namun karena
toksisitasnya hanya diberikan pada kasus berat dengan kultur CMV positif
atau pada pasien dengan imunokompromise. Dosis induksi selama 3 minggu 5
mg/kgBB IV/ 12 jam, dilanjutkan dosis maintenans 5 mg/kgBB IV/24 jam.
Meningitis Bakteri
Meningitis bakterial adalah suatu kegawatan dibidang neurologi karena
dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang signifikan. Oleh karena itu
pemberian antibiotik empirik yang segera dapat memberikan hasil yang baik.
Age or Predisposing Feature Antibiotics
Age 0-4 wk Amoxicillin or ampicillin plus either cefotaxime or an aminoglycoside

Age 1 mo-50 y Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone*


Age >50 y Vancomycin plus ampicillin plus ceftriaxone or cefotaxime plus vancomycin*

Impaired cellular immunity Vancomycin plus ampicillin plus either cefepime or meropenem

Recurrent meningitis Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone


Basilar skull fracture Vancomycin plus cefotaxime or ceftriaxone
Head trauma, neurosurgery, or CSF shunt Vancomycin plus ceftazidime, cefepime, or meropenem

CSF = cerebrospinal fluid.

*Add amoxicillin or ampicillin if Listeria monocytogenes is a suspected pathogen.


Meningitis Bakteri

Selain antibiotik, pada infeksi bakteri dapat pula diberikan kortikosteroid


(biasanya digunakan dexamethason 0,25 mg/kgBB/ 6 jam selama 2-4 hari).
meskipun pemberian kortikosteroid masih kontroversial, namun telah terbukti
dapat meningkatkan hasil keseluruhan pengobatan pada meningitis akibat H.
Influenzae, tuberkulosis, dan meningitis pneumokokus. Dalam suatu penelitian
yang dilakukan oleh Brouwer dkk., pemberian kortikosteroid dapat mengurangi
gejala gangguan pendengaran dan gejala neurologis sisa tetapi secara umum
tidak dapat mengurangi mortalitas.
Meningitis sifilitika

 penisilin G kristal aqua dengan dosis 2-4 juta unit/hari setiap 4 jam selama
10-14 hari.
 diikuti pemberian penisilin G benzatin IM dengan dosis 2.4 juta unit.
 penisilin G prokain dosis 2.4 juta unit/hari IM dan probenesid dosis 500 mg
oral setiap 6 jam selama 14 hari
 diikuti pemberian penisilin G benzatin IM dengan dosis 2.4 juta unit
 pasien dengan alergi penisilin harus menjalani penisilin desensitisasi. Setelah
dilakukan pengobatan, pemeriksaan cairan serebrospinal harus dilakukan
secara teratur setiap 6 bulan sekali, hal ini penting dilakukan untuk melihat
keberhasilan terapi.
Meningitis Fungal

 Pada meningitis akibat kandida dapat diberikan terapi inisial amphotericin B


(0.7 mg/kgBB/hari), biasanya ditambahkan Flucytosine (25 mg/kgBB/ 6 jam)
untuk mempertahankan kadar dalam serum (40-60 µg/ml) selama 4 minggu.
 Setelah terjadi resolusi, sebaiknya terapi dilanjutkan selama minimal 4
minggu. Dapat pula diberikan sebagai follow-up golongan azol seperti
flukonazol dan itrakonazol.
Meningitis Tuberkulosa

Pengobatan meningitis tuberkulosa dengan obat anti tuberkulosis sama


dengan tuberkulosis paru-paru. Dosis pemberian adalah sebagai berikut :

a. 1. Isoniazid 300 mg/hari

b. 2. Rifampin 600 mg/hari

c. 3. Pyrazinamide 15-30 mg/kgBB/hari

d. 4. Ethambutol 15-25 mg/kgBB/hari

e. 5. Streptomycin 7.5 mg/kgBB/ 12 jam


Meningitis Tuberkulosa

Pengobatan dilakukan selama 9-12 bulan. Jika sebelumnya


telah mendapat obat antituberkulosis, pengobatan tetap
dilanjutkan tergantung kategori. Pemberian kortikosteroid
diindikasikan pada meningitis stadium 2 atau 3. Hal ini dapat
mengurangi inflamasi pada proses lisis bakteri karena obat anti
tuberkulosis. Biasanya dipilih dexamethason dengan dosis 60-
80 mg/hari yang diturunkan secara bertahap selama 6minggu.
Meningitis Parasitik
Meningitis karena cacing ditatalaksana dengan terapi suportif seperti
analgesia yang adekuat, terapi aspirasi cairan serebrospinal dan
antiinflamasi seperti kortikosteroid. Pemberian obat antihelmintic dapat
menjadi kontraindikasi karena dapat memperparah gejala klinis dan
bahkan menyebabkan kematian sebagai akibat dari peradangan hebat
yang merupakan respon terhadap proses penghancuran cacing.

Meningitis amuba yang diakibatkan oleh Naegleria fowleri adalah fatal.


Diagnosis dini dan pemberian dosis tinggi IV amfoterisin B atau
mikonazol dan rifampisin dapat memberikan manfaat terapi.
Komplikasi meningitis
 Onset Akut :
perubahan status mental, edema serebri dan peningkatan tekanan
intrakranial, kejang, empiema atau efusi subdural, parese nervus kranialis,
hidrosefalus, defisit sensorineural, hemiparesis atau quadriparesis, kebutaan.

 Onset lanjut :
dapat terjadi epilepsi, ataxia, abnormalitas serebrovaskular, intelektual yang menurun
dan lain sebagainya.

 Komplikasi sistemik
syok septik, disseminated intravascular coagulaton (DIC), gangguan fungsi
hipotalamus atau disfungsi endokrin, kolaps vasomotor dan bahkan dapat menyebabkan
kematian.
Prognosis
 Meningitis tergantung kepada umur, mikroorganisme spesifik yang menimbulkan
penyakit, banyaknya organisme dalam selaput otak, jenis meningitis dan lama
penyakit sebelum diberikan antibiotik. Penderita usia neonatus, anak-anak dan
dewasa tua mempunyai prognosis yang semakin jelek, yaitu dapat menimbulkan
cacat berat dan kematian.

 Pengobatan antibiotik yang adekuat dapat menurunkan mortalitas meningitis


purulenta.

 Meningitis Tuberkulosa, angka kecacatan dan kematian pada umumnya tinggi.


Prognosa jelek pada bayi dan orang tua. Angka kematian meningitis TBC
dipengaruhi oleh umur dan pada stadium berapa penderita mencari pengobatan.
Penderita dapat meninggal dalam waktu 6-8 minggu.
Pencegahan meningitis
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah mencegah timbulnya faktor resiko meningitis
bagi individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan pola hidup
sehat.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan penyakit sejak awal, saat masih
tanpa gejala (asimptomatik) dan saat pengobatan awal dapat menghentikan perjalanan
penyakit.

3. Pencegahan Tertier

Pada tingkat pencegahan ini bertujuan untuk menurunkan kelemahan dan kecacatan akibat
meningitis, dan membantu penderita untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi-kondisi
yang tidak diobati lagi, dan mengurangi kemungkinan untuk mengalami dampak neurologis
jangka panjang misalnya tuli atau ketidakmampuan untuk belajar.
THANK you
CREDITS: This presentation template was created
by Slidesgo, including icons from Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Please keep this slide as attribution.

Anda mungkin juga menyukai