Anda di halaman 1dari 40

Resusitasi Jantung Paru dan Obstruksi

Jalan Napas
Pembimbing : dr. Ade Rohana, Sp.An

Arini Hikmah Raniyati (41191396100053)


Azza Nur Laila Fitri (41191396100008)
KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI
PERIODE 27 JULI– 7 AGUSTUS 2020
FK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
RSUP FATMAWATI
Definisi
Bantuan hidup dasar (BHD) adalah pertolongan
pertama yang dilakukan pada korban henti jantung atau
henti napas
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah bagian dari
rangkaian tindakan bantuan hidup dasar
Resusitasi Jantung Paru (RJP)/ CardioPulmonary
Resusitation (CPR) adalah Suatu usaha pertolongan
kegawatdaruratan medis untuk memulihkan fungsi
respirasi dan sirkulasi yang mengalami kegagalan
mendadak pada pasien yang masih mempunyai harapan
hidup.
Klasifikasi
AHA 2019
AHA 2020
Emergency Medical Service (pada era covid keluarga
pasien dan yg kemungkinan terkontak tidak boleh
dalam satu mobil), apabila sirkulasi spontan tidak
tercapai setelah usaha resusitasi sesuai -
>dipertimbangkan untuk tidak dibawa ke rumah sakit
agar mengurangi risiko paparan pasien di RS)
AHA 2015
AHA 2020
AHA
2018
AHA 2020
Langkah Bantuan Hidup Dasar pada Dewasa
Amankan diri (penolong), pasien, dan Lingkungan
Donning PPE (Putting on)
Perform hand hygiene
Put on shoe covers (if applicable)
Put on gown
Put on mask/respirator (if applicable)
Put on eye protection (if applicable)
Put on gloves
 Cek kesadaran dengan berteriak “bangun pak/bu” dan menepuk
bahu dan atau memberikan stimulus nyeri
Alert : pasien bangun, meskipun masih dalam keadaan bingung
terhadap apa yang terjadi
Verbal : pasien merespon terhadap rangsangan suara yang
diberikan oleh penolong
Painful : pasien merespon terhadap rangsangan nyeri yang
diberikan oleh penolong
Unresponsive : pasien tidak merespon
• Berteriak untuk mendapat pertolongan terdekat
Pada kesadaran unresponsive- Aktifkan sistem tanggap darurat
melalui telepon seluler (jika tersedia), menyebutkan lokasi,
kejadian, kondisi pasien
 Ambil AED dan peralatan gawat darurat (atau minta seseorang
untuk melakukannya)
 Cek Circulation-Airway-Breathing
Perabaan Nadi
 Meraba nadi dalam 10
detik
 Apabila ada nadi,
breathing bermasalah
dapat menggunakan bag
mask with filter
 Apabila nadi tidak teraba,
breathing tidak ada atau
megap-megap dapat
melakukan CPR
CPR pada Dewasa

Longgarkan pakaian pasien


Letakkan pangkal tangan di tengah
antar mamae atau 2-3 cm dibawah
prosessus xypoideus
Tangan dominan berada diatas
Kompresi : Nafas  30 : 2
Kualitas CPR
 Push Hard
2 inchi dengan kedalaman 5 cm
 Push Fast
dengan kecepatan 100-120 x/menit
 Complete rekoil
diberikan kesempatan dada untuk
mengembang sempurna
 Minimal intruption
Kompresi tidak boleh terputus
 Mengganti orang yang kompresi
setiap 2 menit atau nanti bila lelah
Pemberian Nafas

 Face mask : masker biasa,


atau menggunakan kain,
Bag mask with filter ditutup pada daerah mulut,
hidung pada penolong dan
pasien
Automated External Defibrillator (AED)
Letakkan pada sisi pasien di sebelah
operator
 Hidupkan AED dengan tombol ON
 Pasang elektroda 1 buah pada dada kanan
atas dan 1 buah lainnya pada dada kiri
bawah
 Menjauhlah/tidak bersinggungan dengan
penderita saat AED sedang menganalisa
irama penderita
Lakukan penekanan tombol “shock” bila
AED memberitahukan irama yang ada
memerlukan kejut listrik
 Lakukan pengecekan denyut nadi, jika
tidak terdapat denyut nadi lakukan RJP 5
siklus
CPR pada Anak

Untuk anak usia 1 tahun hingga pubertas bisa


dilakukan dengan 1 atau 2 tangan,
kedalamannya sekitar 5 cm
CPR pada Bayi

• Pada bayi <1 tahun tidak termasuk bayi baru


lahir
• Bisa menggunakan kompresi dengan 2 ibu
jari atau menggunakan 2 jari lainnya.
• Kedalaman 1,5 inc/ 4 cm
Non Breathing Face Mask Supraglotic Airway
Bradikardi
Takikardi
Terima Kasih
Perubahan AHA
ABC -> CAB, paling lama dari resusitasi ke breathing 20
detik
Tidak ada lagi look, listen and feel karena pasien perlu di
resusitasi langsung
Tidak perlu mengecek nadi pada penolong yang awam karena
sulit menemukan titik pulsasi dan akan memakan waktu lama
Kompresi kedalamannya 2 inci dan kecepatannya 100 per
menit
Jika pasien ditemukan tidak respon, breathingnya tidak ada,
mulai CPR
Vasopressin + epinefrin tidak ada manfaat-> ada manfaat
Etiologi Sumbatan Jalan Napas
 Penurunan kesadaran

 Koma

 Trauma kepala

 Radang otak

 Trauma/ kecelakaan

 Trauma maxillofacial

 Trauma leher

 Suatu penyakit

 Radang laring (laryngitis)

 Edema laring

 Benda asing di jalan nafas

 Darah

 Muntahan

 Makanan
Klasifikasi Sumbatan Jalan Napas
Sumbatan Persial
Ada tersedak, bicara, batuk, dan mampu bernapas
Sumbatan Total
Saat tersedak tidak mampu bicara, sulit bernapas, batuk
tanpa suara, tidak sadar
Nilai Keparahan pada Dewasa
 Sumbatan jalan napas sedang, batuk efektif
 Dapat batuk kuat, lanjutkan cek bila ada perburukan
menjadi batuk tidak efektif atau sampai sumbatan teratasi
Sumbatan jalan napas berat, batuk tidak efektif
Sadar atau tidak sadar?
 Apabila sadar-> melakukan abdominal thrust 5x
 Apabila tidak sadar -> aktifkan layanan gawat darurat,
panggil bantuan-> segera baringkan pasien -> mulai
kompresi 30x-> periksa mulut pasien apakah benda asing
sudah keluar atau belum
Nilai Keparahan pada Anak dan Bayi
 Batuk efektif
 Batuk kuat, lanjutkan cek bila ada perburukan menjadi batuk tidak
efektif atau sampai sumbatan teratasi
Batuk tidak efektif
Sadar atau tidak sadar?
 Apabila sadar-> melakukan 5 back blows, bila gagal melakukan 5
thrust (Pada bayi menggunakan chest thrust, Pada anak > 1 tahun
menggunakan abdominal thrust)
 Apabila tidak sadar -> segera baringkan pasien -> mulai kompresi
30x -> periksa mulut pasien apakah benda asing sudah keluar atau
belum
Abdominal thrust Back blow Chest thrust

Anda mungkin juga menyukai