Anda di halaman 1dari 74

SOSIALISASI

HAK PASIEN DAN KELUARGA


TIM HPK
RS INSAN PERMATA
TANGERANG SELATAN

By:
Nova sagiayu
Ita kartika
Lina nofiana
HPK 1

Standar HPK 1.
Rumah sakit menerapkan proses yang mendukung
hak-hak pasien dan keluarganya selama pasien
mendapatkan pelayanan dan perawatan di rumah
sakit
CONTOH FORMULIR HPK
PROSEDUR PENJELASAN HAK PASIEN DAN
KELUARGA

1. Hak dan kewajiban serta tanggung jawab pasien secara


lengkap tercantum dalam Formulir Hak dan Kewajiban Pasien.
2. Pasien/keluarga wajib membaca uraian hak dan kewajiban
serta tanggung jawab pasien yang tercantum dalam Formulir
Hak dan Kewajiban Pasien.
3. Petugas front office mempunyai tanggung jawab dalam
memberikan penjelasan kepada pasien/keluarga tentang hak
dan kewajiban serta tanggung jawab pasien dengan bahasa
yang mudah dipahami.
4. Bila halangan dalam bentuk pasien tidak bisa membaca dan
cacat fisik seperti buta maka informasi Hak dan Kewajiban
pasien Rumah Sakit Insan Permata akan disampaikan dengan
dibacakan oleh staf Rumah Sakit Insan Permata, bila halangan
dalam bentuk bisu atau tuli maka akan disampaikan dalam
bentuk tulisan, gambar atau isyarat
 
HAK-HAK PASIEN (undang-undang no.44 tahun 2009)
1.Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2.Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3.Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4.Memperoleh layanan kesehatan yg bermutu sesuai dengan standar prosedur dan standar
prosedur opersional.
5.Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik
dan materi
6.Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7.Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginan dan peraturan yang berlaku
di Rumah Sakit
8.Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain (second opinion)
yang mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik didalam maupun di luar Rumah Sakit
9.Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya
10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan
medis, alternatif tindakan, risiko komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap
tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenagakesehatan terhadap penyakit yang diderita-nya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yg dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit
15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana, dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui
media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
GENERAL
CONSENT
HPK 1.1

Standar HPK.1.1
Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik,
bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam
mengakses dan memberikan layanan serta
memberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga dalam bahasa dan cara yang dapat mereka
pahami.
LANJUTAN...

Tersedia akses yang aman ke unit perawatan/pelayanan,


Tersedia rambu-rambu disabilitas dan rambu- rambu lain seperti penunjuk
arah atau alur evakuasi yang mencakup penggunaan rambu multi bahasa
dan/atau simbol internasional, dan
Disediakan penerjemah yang dapat digunakan untuk pasien dengan
kendala bahasa.
Rumah sakit menyiapkan pernyataan tertulis tentang hak dan tanggung
jawab pasien dan keluarga yang tersedia bagi pasien ketika mereka
dirawat inap atau terdaftar sebagai pasien rawat jalan.
HPK 1.2 HPK 1.3
Staf memberikan perawatan yang Rumah sakit menjamin kebutuhan
penuh penghargaan dengan privasi pasien selama perawatan dan
memerhatikan harkat dan martabat pengobatan di rumah sakit.
pasien. Kerahasiaan informasi pasien dijaga
Rumah sakit menghormati keyakinan sesuai dengan peraturan perundangan
spiritual dan budaya pasien serta Rumah sakit memiliki proses untuk
nilai-nilai yang dianut pasien. meminta persetujuan pasien terkait
Rumah sakit memenuhi kebutuhan pemberian informasi.
pasien terhadap bimbingan rohani. Rumah sakit memiliki proses untuk
memberikan pasien akses terhadap
informasi kesehatan mereka.
Tatalaksana
(Panduan Identifikasi Nilai-Nilai Kepercayaan)

Saat pasien akan dirawat inap di Rumah Sakit insan permata,maka pasien
diwajibkan mengisi kolom agama yang dianut dan suku bangsa di formulir
pendaftaran pasien.
Selanjutnya petugas TPP mengidentifikasi apakah pasien memiliki nilai-nilai dan
kepercayaan, lalu menuliskannya di form general consent.
Saat tiba diruang rawat, perawat melakukan asessmen awal pasien rawat inap
tentang spiritual pasien.
Jika pasien memiliki kebutuhan khusus yang berkaitan dengan spiritual, maka
perawat akan menindaklanjuti dengan berkoordinasi kepada petugas TPP. (diatur
dalam SPO Pelayanan Kerohanian Pasien)
Tatalaksana
(Panduan Identifikasi Nilai-Nilai Kepercayaan)
Staf rumah sakit harusmenghormati kepercayaan pasien terhadap suatu hal sesuai
dengan aturan Rumah Sakit, misalnya :
Menolak dilakukan transfusi darah karena kepercayaan.
Menolak pulang hari tertentu karena kepercayaan.
Menolak dilayani oleh petugas laki-laki dan perempuan.
Menolak diberikan imunisasi pada anaknya.
Menolak dirawat oleh petugasmedis dan mencari pengobatan alternatif.
Tidak memakan suatu jenis makanan tertentu, misal : daging sapi, ikan tidak bersisik,
dll.
Staf rumah sakit menyakinkan kepada pasien bahwa petugas rumah sakit akan bersedia
membantu pasien jika mengalami kesulitan dalam melaksanakan kepercayaannya
selama masa perawatan.
Petugas Rumah Sakit harus menunjukkan sikap empati pada perasaan pasien.
Form Persetujuan Umum (General consent)
Form pelayanan kerohanian
FORM PERMINTAAN YAN ROHANI FORM PELAKSANAAN YAN
ROHANI
HPK 1.4 HPK 1.5
Rumah sakit menetapkan proses Rumah sakit mengembangkan dan
untuk mencatat dan melindungi menerapkan proses untuk melindungi
pertanggungjawaban harta benda semua pasien dari serangan fisik dan
pasien. verbal.
Rumah sakit mengidentifikasi populasi
Pasien mendapat informasi mengenai yang memiliki risiko lebih tinggi untuk
tanggung jawab rumah sakit untuk mengalami serangan.
melindungi harta benda pribadi Rumah sakit memantau area fasilitas
mereka. yang terisolasi dan terpencil
HPK 1.2

Standar HPK.1.2
Informasi tentang pasien adalah rahasia
Rumah sakit diminta menjaga kerahasiaan informasi pasien
serta menghormati kebutuhan privasinya
Tatalaksana (Panduan Pemenuhan Privasi Pasien)
Identifikasi privasi yang akan dilindungi:

Pasien rawat jalan :


Wawancara tidak dilakukan ditempat terbuka dengan suara yang keras sehingga
didengar oleh pasien yang lain.
Tidak membicarakan hasil pemeriksaan saat melakukan wawancara terhadap pasien
di ruang jaga keperawatan
Saat melakukan pemeriksaan fisik/tindakan medis/tindakan keperawatan,
lingkungan pasien harus diperhatikan seperti gorden tertutup, terpisah dengan pasien
lain.
Diagnosa pasien tidak boleh diketahui oleh pasien lain dan keluarga tanpa
persetujuan dari pasien.
.....lanjutan
Pasien rawat inap..
Pada semua tindakan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter atau
perawat di kamar perawatan pastikan privasi pasien terlindungi dengan :pintu
dan tirai kamar tertutup.
Untuk pasien yang akan transfer antar unit karena akan dilakukan
pemeriksaan penunjang atau pindah rawat/kamar, pastikan saat transfer privasi
pasien terlindungi, contoh dengan menggunakan selimut.
Pastikan dokumen/ file pasien terdapat pada tempatnya.
Memastikan seluruh staff rumah sakit tidak membicarakan hal-hal yang
menyakut pasien di area umum
Diagnosa pasien tidak boleh diketahui oleh pasien lain dan keluarga tanpa
persetujuan dari pasien.
FORMULIR GENERAL CONSENT
(PRIVASI PASIEN)
Pelaksanaan persetujuan membuka rahasia kedokteran
kepada pihak luar oleh pasien,
Misal : asuransi, bpjs, perusahaaan dan dinkes
HPK 1.3

Standar HPK 1.3


Rumah sakit menetapkan ketentuan untuk melindungi harta
benda milik pasien dari kehilangan atau pencurian
HPK 1.4

Standar HPK 1.4


Pasien yang rentan terhadap kekerasan fisik dan kelompok
pasien yang beresiko diidentifikasi dan dilindungi
Kategori kelompok beresiko :
 
•Pasien dengan cacat fisik dan mental
•Pasien usia lanjut
•Pasien bayi dan anak-anak
•Korban kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT )
•Pasien napi, korban dan tersangka tindak pidana
•Gangguan Jiwa
•Pasien Pasca Bedah

•Perawat mengisi formulir kelompok beresiko dan memberikan formulir


tesebut kepada petugas keamanan (security) untuk dilakukan pengawasan
lebih kepada pasien yang beresiko
HPK 2

Standar HPK.2
Rumah sakit menetapkan regulasi dan proses untuk
mendukung partisipasi pasien dan keluarga di dalam proses
asuhan
(second opinion)
Prosedur (SPO Second Opinion)
 Pasien setelah mendapatkan penjelasan kondisi medis, rencana pelayanan, tindakan
medis, pengobatan atau hasil tindakan/pemgobatan kondisi kesehatan oleh dokter
yang memeriksanya, berhak menanyakan/mendiskusikannya kepada DPJP
 Apabila pasien/keluarga merasa kurang yakin, maka pasien/keluarga berhak
mendapatkan pendapat dokter lainnya (second opinion).
 DPJP wajib menghargai hak pasien/keluarga tersebut dan mempersilahkan pasien
untuk meminta pendapat kepada dokter lain baik di dalam maupun di luar rumah
sakit.
 DPJP wajib menyertakan resume medis dan obat-obatan yang telah diberikan untuk
disampaikan kepada dokter lain yang akan dituju oleh pasien/keluarga.
 Setelah pasien mendapat second opinion dari dokter lain, dan ternyata pasien lebih
yakin dengan pendapat DPJP, maka pasien boleh kembali ke DPJP.
 Semua proses second opinion didokumentasi di rekam medis pasien.
HPK 2.1

Standar HPK 2.1


Pasien diberitahu tentang semua aspek asuhan medis dan
tindakan
Prosedur (SPO Pemberian Informasi Penyakit, Hasil
Pemeriksaan Penunjang dan Pengobatan)
 Pada saat dokter telah melakukan pemeriksaan anamnesa serta fisik, menerima
hasil pemeriksaan penunjang dan sudah melakukan analisa serta membuat rencana
tindak lanjutnya maka dokter memberikan penjelasan kepada pasien/ keluarga
pasien tentang penyakit, hasil pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang telah
dan akan dilakukan.
 Tanyakan kepada pasien apakah sudah mengerti tentang penyakit, hasil
pemeriksaan penunjang dan pengobatan yang telah dan akan dilakukan
 Jika pasien sudah mengerti, minta kepada pasien/Orang tua/Keluarga untuk
menandatangani formulir edukasi pasien dan keluarga dan bila diperlukan
persetujuan pengobatan/tindakan secara tertulis maka menandatangani fornulir
persetujuan pengobatan atau tindakan.
 Dokter berkolaborasi dengan bagian keperawatan.
 Dokumentasikan
HALAMAN DEPAN
HALAMAN BELAKANG
HPK 2.3

Standar HPK 2.3


rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak dan
tanggungjawab mereka yang berhubungan dengan penolakan / tidak melanjutkan
pengobatan
PROSEDUR PENGHENTIAN/PENOLAKAN PENGOBATAN
• Perawat pelaksana bertanggung jawab menjelaskan penolakan • Informasikan / pastikan pasien / keluarga mengetahui :
pengobatan berhubungan dengan proses keperawatan dalam suatu 1. Hak untuk tidak melanjutkan rencana keperawatan
tindakan keperawatan 2. Konsekuensi dari keputusan tersebut
• Perhatikan prioritas pemberi persetujuan untuk penolakan pengobatan / 3. Tanggung jawab mereka terkait keputusan tersebut
penolakan keperawatan pada orang yang harus menandatangani 4. Tersedianya alternatif pengobatan berhubungan dengan keperawatan
• Bila ada penolakan tindakan dari invasive ( pasang infuse, NGT, bila ada.
kateter, ambil darah pemeriksaan laboratorium dan program dokter / • Jelaskan penolakan pengobatan berhubungan dengan keperawatan
pemberian obat oral / injeksi, inhalasi dan lain-lain ), anjurkan pasien / dan mengisi formulir penolakan medis untuk menolak tindakan atau
keluarga untuk mengisi formulir penolakan tindakan medis sesuai pengobatan
standar yang ditetapkan. • Arsipkan formulir penolakan tindakan pada status rekam medis pasien
• Bila ada penolakan tindakan dari invasive anjurkan pasien / keluarga • Bila pasien / keluarga menindak lanjuti pulang atas permintaan, diberi
untuk mengisi formulir penolakan tindakan medis sesuai standar yang penkes pulang perawatan sesuai discharge planning dan isi form
ditetapkan. resume pasien pulang atas permintaan yang berlaku
• Menjelaskan pasien / keluarga mengambil keputusan sesuai norma • Informasikan dokter / DPJP untuk persiapan pasien pulang atas
agama, persyaratan peraturan yang berlaku. permintaan sendiri dengan isi form resume pasien pulang atas
• Pasien / keluarga diberi kesempatan bertanya / mengungkapkan, bila permintaan yang berlaku
“MENOLAK” • Perawat mendokumentasikan pada formulir catatan perkembangan
• Beri kesempatan waktu berunding dengan batas waktu dan sesuai terintegrasi, bila ada perubahan mengambil keputusan, akan
dengan kondisi pasien dilaksanakan lebih lanjut sesuai indikasi tindakan keperawatan.
• Perawat memotivasi pasien / keluarga untuk tidak menolak pengobatan
berhubungan dengan keperawatan
HPK 2.4

Standar HPK 2.4


rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk menolak pelayanan
resusitasi, menunda atau melepas bantuan hidup dasar (DO NOT
RESUCITATE/DNR)
PENOLAKAN RESUSITASI DNR
adalah penolakan pemberian bantuan hidup dasar yang berupa tindakan
pertolongan segera untuk mengatasi henti jantung dan henti nafas tanpa
menggunakan alat.
Prosedur penolakan resusitasi (DNR)
1. Pasien/keluarga mengutarakan keputusannya kepada dokter untuk tidak
meneruskan perawatan yang mempertahankan denyut kehidupannya.
2. Pasien/keluarga bila pasien dalam kondisi tidak mampu menanda tangani
form permintaan penolakan tindakan resusitasi (DNR)
3. Perawat memasang gelang warna ungu pada pergelangan tangan pasien.
4. Form penolakan resusitasi didokumentasikan di dalam rekam medis
pasien
HPK 2.5

Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien terhadap asesmen yang
sesuai manajemen nyeri yang tepat.
Prosedur
(SPO Asessment Derajat Nyeri Pasien Dewasa/Geriatri)
Memperkenalkan diri dan menerangkan pada pasien dan keluarga pasien
penilaian yang akan dilakukan
Menanyakan kepada pasien apakah merasakan nyeri/tidak.
Meminta pasien untuk menentukan lokasi nyeri, dan menandai lokasi
nyeri pada dokumen status penilaian derajat nyeri pasien.
Meminta pasien menentukan derajat nyerinya dalam bentuk angka 0 -10
(Numerical Rating Scale), dimana skala “0” menandakan “tidak ada
nyeri”, skala “1-3” menandakan adanya “nyeri ringan”, skala “4-6”
menandakan adanya “nyeri sedang”, dan skala “7-10” menandakan adanya
“nyeri hebat” dan atau meminta pasien memilih dari gambar yang ada,
gambar yang menggambarkan derajat nyeri yang dirasakannya (Faces
Scale / Skala Nyeri berdasarkan ekspresi wajah).
Prosedur
(SPO Asessment Derajat Nyeri Pasien Dewasa/Geriatri)
Mencatat pada status / rekam medis pasien derajat nyeri pasien pada
initial assessment pasien.
Pada pasien rawat inap, penilaian berikutnya (re-assessment) dilakukan
tiap 8 jam dan dicatat pada status terintegrasi serta catatan rawat inap
pasien.
Pada pasien rawat jalan / ODC, penilaian berikutnya dilakukan pada saat
pasien melakukan kontrol atau apabila pasien tetap merasakan nyeri yang
tidak dapat ditangani dapat datang kembali ke IGD untuk dilakukan
penilaian ulang derajat nyeri dan tatalaksananya oleh DPJP, Tim
tatalaksana nyeri, dan dokter spesialis lain yang ditunjuk.
skala wajah atau FACES scale
Prosedur
(SPO Asessment Derajat Nyeri Pasien Anak)
Melakukan penilaian derajat nyeri dapat menggunakan :
a. skala wajah atau FACES scale
Anak diperlihatkan gambar-gambar wajah menggunakan skala nyeri wajah.
Anak diminta memilih gambar mimik wajah yang sesuai dengan derajat nyeri yang
dirasakannya.
b. Penilaian dengan menggunakan skala nyeri perilaku Face,Legs
Activity,Cry,Consolability Scale (FLACCS)
Skala nyeri perilaku FLACCS digunakan untuk menilai nyeri pada anak yang belum dapat
menyampaikan nyeri secara verbal
Jumlahkan skor semua nyeri dari kelima kategori tersebut
Tentukan derajat nyeri pasien anak tersebut
Dokumentasikan dalam status rekam medis pasien.
skala wajah atau FACES scale
FLACCS ( Face, Legs, Activity, Cry, Consolability Scale)
Prosedur
(SPO Asessment Derajat Nyeri Pada Neonatus)
Penilaian derajat nyeri pada neonatus adalah dengan menggunakan skala
Newton.
Keluarga pasien dijelaskan mengenai prosedur penilaian yang akan
dilakukan dan dapat dilibatkan dalam melakukan penilaian.
Pengamat memperhatikan dengan seksama neonatus tersebut.
Dengan menggunakan skala nyeri Newton seperti dibawah ini, tentukan
derajat nyeri pasien dan mendokumentasikannya dalam status rekam
medis pasien sebagai dasar untuk menentukan tatalaksana nyeri
selanjutnya
ASESMEN NYERI PADA NEONATUS SKALA NEWTON
ASESMEN NYERI PADA NEONATUS SKALA NEWTON
ASESMEN NYERI PADA NEONATUS SKALA NEWTON
 Lakukan penilaian nyeri pada pasien dengan penurunan keasadaran dengan menggunakan
skala sikap dan perilaku pasien / Behavioral Pain Scale (BPS), yaitu dengan melihat
ekspresi wajah, pergerakan atau posisi ekstremitas atas, dan toleransi terhadap ventilasi
mekanik.
Nilai <5 berarti pasien bebas nyeri
Nilai >5 berarti pasien mengalami nyeri yang perlu diterapi.
 Dapat juga dilakukan penilaian terhadap nyeri pada pasien dengan penurunan kesadaran
dengan melihat tanda-tanda vital pasien (frekuensi nadi dan tekanan darah) dan selanjutnya
dengan penilaian sikap dan perilaku pasien.
 Apabila didapatkan tekanan darah pasien meningkat dan juga disertai peningkatan frekuensi
nadi dapat menunjukkan pasien mengalami nyeri, perhatikan hal-hal yang dapat
menyebabkan keadaan tersebut., seperti trauma, prosedur medis (pemasangan WSD,CVP,
dll), pengambilan darah, prosedur rutin (suction, perubahan posisi, pencabutan drainage
atau kateter, perawatan luka), atau pasien dengan ventilasi mekanis.
 Penilaian nyeri kembali dilakukan setiap 8 jam atau pada saat dilakukan prosedur medis.
HPK 2.6

Standar HPK.2.6
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapat
pelayanan yang menghargai dan penuh kasih sayang pada
akhir kehidupannya.
Prosedur (SPO Pelayanan Pasien Tahap Terminal)
 Dokter yang merawat mengidentifikasi pasien dengan tahap terminal dari segi medis
 Perawat mengidentifikasi gejala umum fase akhir kehidupan, kondisi fungsional, pengobatan
yang diterima saat ini dan memberikan kenyamanan terhadap gejala yang dihadapi pasien
 Dokter dan perawat mencatat setiap assessment di berkas rekam medik pasien
 Dokter dan perawat menginformasikan keadaan pasien kepada keluarga pasien dalam sebuah
diskusi interaktif
 Dokter dan perawat mengidentifikasi pengetahuan dan pandangan serta harapan dan
kebutuhan pasien dan keluarga terhadap kondisi pasien dan membuat persetujuan keluarga
pasien mengenai target terapi yang akan dilakukan
 Dokter dan perawat memberikan terapi paliatif dengan persetujuan pasien dan atau keluarga
pasien
 Dokter melibatkan keluarga pasien untuk semua aspek pelayanan yang diberikan
 Memberikan asuhan spiritual sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianut pasien.
ASESMEN PASIEN TAHAP TERMINAL
ASESMEN PASIEN TAHAP TERMINAL
Tanda-tanda meninggal secara klinis :
 Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total
 Tidak ada gerakan dari otot khususnya pernafasan
 Tidak ada reflek
 Gambaran mendatar pada EKG
HPK 3

Standar HPK.3
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang adanya proses
untuk menerima, menanggapi dan menindaklanjuti bila ada pasien menyampaikan keluhan,
konflik dan perbedaan pendapat tentang pelayanan pasien. Rumah sakit juga
menginformasikan tentang hak pasien untuk berpartisipasi dalam proses ini
HPK 4

Standar HPK.4
Setiap pasien dijelaskan mengenai hak dan kewajiban dengan
metode yang mudah dimengerti
Prosedur
(SPO Penjelasan Hak dan Kewajiban Pasien)
 Pasien mendapat penjelasan tentang hak dan kewajibannya setelah melakukan
proses pendaftaran atau registrasi
 Penjelasan dilakukan oleh petugas TPP ( untuk pasien rawat inap ) dengan
menggunakan surat persetujuan yang ditandatangani oleh pasien / keluarga dan
disimpan di rekam medis pasien
 Untuk pasien rawat inap dan IGD, penjelasan hak dan kewajiban pasien dilakukan
setiap kali kedatangan
 Jika pasien tidak bisa membaca atau tidak mengerti bahasa indonesia maka
petugas TPP atau registrasi akan menjelaskan secara lisan dan mengupayakan
menggunakan bahasa dan cara yang dimengerti oleh pasien
 Penyediaan informasi tentang hak dan kewajiban pasien dibuat dalam bentuk
banner yang dipasang di tempat-tempat tertentu dan dalam bentuk flyer yang
sudah disediakan di tempat TPP dan registrasi
 Dilakukan sosialisasi tentang hak dan kewajiban pasien kepada dokter,
keperawatan dan staf RS lainnya.
Semua petugas memahami tentang hak dan kewajiban
pasien
HPK 5

Standar HPK.5
Pada saat pasien diterima waktu mendaftar rawat jalan dan
rawat inap diminta menandatangani persetujuan umum
(general consent) harus menjelaskan cakupan dan batasannya.
Pasien setelah selesai melakukan proses registrasi, akan mendapat
penjelasan tentang general consent dari petugas TPP atau registrasi
Untuk pasien Rawat jalan (RWJ) maka penjelasan general concent dari
petugas registrasi hanya dilakukan satu kali saat pertama kali datang
Untuk pasien rawat inap ( RWI) dan Instalasi gawat darurat ( IGD ) maka
pasien mendapatkan penjelasan general consent dari petugas TPP RWI
setiap kali pasien datang untuk dirawat
Setelah mendapat penjelasan general consent dan memahaminya maka
pasien menandatangani form general consent tersebut.
Form general consent disimpan di rekam medik pasien
HPK 5.1

Standar HPK 5.1rumah sakit menetapkan regulasi pelaksanaan


persetujuan khusus (informed consent ) oleh DPJP dan dapat
dibantu oleh staff yang terlattih dengan bahasa yang dapat
dimengerti sesuai peraturan perundang-undangan
Prosedur (SPO Persetujuan Tindakan Kedokteran)
 Dokter menjelaskan informed consent yang didalamnya termasuk informasi :
Diagnosis dan tata cara tindakan medis.
Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
Alternatif tindakan jika diperlukan dan resikonya.
Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
Resiko yang terjadi bila tidak dilakukan tindakan tersebut .
Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
 Dokter mengkonfirmasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan
sehingga pasien/keluarga mampu mengambil keputusan dengan segala
konsekuensinya.
 Pasien/keluarga membuat keputusan untuk menyetujui/menolak dan bertanggung
jawab terhadap keputusannya dengan menanda tangani formulir informed concent.
 Jika pasien menolak tindakan kedokteran yang akan dilakukan, dokter
menginformasikan alternatif pelayanan dan pengobatan lain bila ada.
 Informed consent bisa diberikan oleh orang lain jika pasien tidak mempunyai
kapasitas mental atau fisik untuk menganbil keputusan,bila budaya atau kebiasaan
memerlukan orang lain yang memutuskan,atau bila pasiennya seorang anak
 Orang lain tersebut dicatat dalam rekam medis pasien .
 Informed consent diberikan sebelum operasi, sebelum tindakan invasif, sebelum
tindakan anastesi, sebelum penggunaan darah atau produk darah dan
pengobatan/tindakan lainnya yang beresiko tinggi.
 Identitas dokter yang memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga dicatat
dalam rekam medis pasien.
 Semua Informed concent ditanda tangani oleh dokter yang memberi penjelasan
dan pasien, keluarga atau orang lain yang ditentukan serta didokumentasikan di
dalam rekam medis pasien.
HALAMAN DEPAN
HALAMAN BELAKANG
HPK 5.3

Standar HPK.5.3
Rumah saakit menetapkan proses, dalam konteks peraturan
perundang-undangan, siapa pengganti pasien yang dapat
memberikan persetujuan dalam persetujuan khusus (informed
consent) jika pasien tidak kompeten
Pihak yang berhak memberikan persetujuan
Yang berhak untuk memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi adalah :
Pasien sendiri, yaitu apabila telah berumur 21 tahun atau telah menikah.
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun, persetujuan ( informed consent ) atau
penolakan tindakan medis diberikan oleh mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1.Ayah / Ibu Kandung
2.Saudara-saudara kandung
Bagi pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang
tuanya berhalangan hadir, persetujuan ( informed consent ) atau penolakan tindakan
medis diberikan oleh mereka menurut hak sebagai berikut :
1.Ayah / Ibu Adopsi
2.Saudara-saudara Kandung
3.Induk Semang
Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, berada dibawah pengampunan
( curatelle ), Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, persetujuan atau
penolakan tindakan medik diberikan oleh mereka menurut urutan hal tersebut.
1. Ayah / Ibu kandung
2. Wali yang sah
3. Saudara-saudara kandung

Anda mungkin juga menyukai