Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
REFLEKSI KASUS
Pembimbing klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG
LAPORAN
KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Y
Umur : 31 tahun
Alamat : Desa Simagaya
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2022
Tempat : IGD Kebidanan RSUD Undata Palu
Keluhan Utama :
Sakit perut bagian bawah tembus belakang
3 2016 Abortus
17.35: Lapor dr. Indah dan didapatkan advice untuk pulang apabila
KU pasien baik, TTV stabil. Koordinasi kebagian anak untuk
bayinya.
17.45: Aff infus dan Aff Kateter
18.30: Pasien pulang.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan ketuban pecah dini dan gawat janin
berdasarkan kajian literatur. Pasien perempuan G5P3A1 gravid aterm dengan keluhan
keluarnya cairan dari jalan lahir sedikit-sedikit sejak malam berwarna bening dan
berbau.
Berdasarkan teori KPD adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung,
ada dua pengertian ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of membrane dan
preterm rupture of membrane. Gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan dan tidak ada
keluhan sakit. Dari Anamnesis pasien merasakan basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas
dan perlu diperhatikan warnanya.
Pada kasus ini, pasien perempuan G5P3A1 berusia 31 tahun didiagnosis dengan
KPD, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa penyebab KPD belum
diketahui secara pasti, tetapi ada hubungannya dengan multipara dan usia ibu.
Menurut Wahyuni (2020), wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan
lebih berisiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat memengaruhi embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya, dan semakin banyak paritas semakin
mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik pada persalinan
sebelumnya.
Selain paritas, faktor lain yang mempengaruhi yaitu usia. Hal ini sejalan dengan
teori Rahayu (2017), yang menyebutkan bahwa usia ibu melahirkan yang memiliki
risiko rendah adalah umur 20-35,<20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko tinggi
dalam proses persalinan. Akan tetapi, untuk KPD sendiri secara patobiologi dari
kehamilan dengan ketuban pecah dini masih belum banyak diketahui.
Pemeriksaan tanda vital pada pasien didapatkan Tekanan Darah 130/90 mmHg, Nadi
80 x/menit, Pernapasan 28x/ menit, dan Suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan HIS: 3x
dalam 10 menit. 40”, DJJ: 175 x/menit, TBJ: 3565 gram. Disebutkan bahwa pada
ketuban pecah dini preterm, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten. Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu;
adanya febris, uterine tenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia (denyut nadi
maternal lebih dari 100x/mnt), serta denyut jantung janin yang lebih dari 160 x/mnt.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan Portio: Tebal dan lunak, Posisi Portio: Anteflexi,
Pembukaan: 5-6 cm, Bagian Rendah: Kepala, Ketuban: Pecah, Pelepasan : Air
ketuban. Berdasarkan dengan kajian teori didaptkan Pada pemeriksaan dalam didapat
cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.