Anda di halaman 1dari 36

Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako


RSUD UNDATA PALU

REFLEKSI KASUS

G5P3A1 Gravid 37-38 Minggu + Ketuban Pecah Dini


Oleh: Aliyah Rezky Fahira (N11120025)

Pembimbing klinik :
dr. Sasono Udijanto, Sp.OG
LAPORAN

KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Y
Umur : 31 tahun
Alamat : Desa Simagaya
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Tanggal Pemeriksaan : 29 Mei 2022
Tempat : IGD Kebidanan RSUD Undata Palu
Keluhan Utama :
Sakit perut bagian bawah tembus belakang

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien perempuan G5P3A1 masuk dirujuk dari Puskesmas Tambu ke IGD
Kebidanan RSUD Undata tanggal 29 Mei 2022 dengan keluhan sakit perut bagian
bawah tembus belakang sejak tadi malam. Pasien juga mengeluhkan keluarnya cairan
dari jalan lahir sedikit-sedikit sejak malam berwarna bening dan berbau. Keluhan lain
yang juga dirasakan pasien yaitu keluarnya darah dari jalan lahir sekali berupa
bercak-bercak dan tidak menggumpal. Riwayat Keputihan tidak ada, keluhan mual,
muntah, dan pusing disangkal pasien. BAB biasa dengan konsistensi lunak, BAK
lancar dengan warna kuning jernih. Riwayat pernah terjatuh selama masa kehamilan
juga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
a. Hipertensi : Tidak ada
b. Diabetes melitus : Tidak ada
c. Penyakit Jantung : Tidak ada
d. Asma : Tidak ada
e. Alergi : Tidak ada
 
Riwayat Penyakit Keluarga :
f. Hipertensi : Tidak ada
g. Diabetes melitus : Tidak ada
h. Penyakit Jantung : Tidak ada
i. Asma : Tidak ada
j. Alergi : Tidak ada
 
Riwayat Menstrusasi :
Pertama kali haid saat berusia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama haid 4-5 hari,
ganti pembalut 2-3 kali. HPHT : 09 – 09 – 2021.
 
Riwayat Pernikahan :
Pasien menikah usia 20 tahun, jumlah pernikahan 1x: dari tahun 2010-sekarang.
Riwayat Obstetri

NO Tahun Tempat Partus Umur Jenis Penyulit Jenis Kelamin/


Partus Kehamilan Persalinan Berat

1 2011 PKM Tambu Aterm Normal - Laki-Laki, 2900


gram

2 2014 PKM Tambu Aterm Normal - Laki-Laki, 3300


gram

3 2016 Abortus

4 2018 PKM Tambu Aterm Normal - Perempuan,


2800 gram

5 2022 Hamil Sekarang


PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Tanda Vital

a. Kesadaran : Kompos Mentis, GCS = 15 (E4, M6, V5)


b. Tekanan darah : 130/90 mmHg
c. Pernapasan : 28 kali/menit
d. Denyut Nadi : 80 kali/menit
e. Suhu : 36,5°C
f. SpO2 : 99%
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan Leher
- Kepala : Normochepal
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-),pupil
bulat, isokor diameter 2 mm/2 mm, refleks cahaya (+/+).
- Mulut : Mukosa bibir kering (-), tonsil T1/T1, faring
hiperemis (-).
- Leher : Pembesaran KGB (-).
 
Thorax
- Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan simetris ka=ki
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), vokal fremitus
kanan dan kiri sama
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V midline clavicula
sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni reguler, bising (-/-)
 
Ekstremitas
- Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-).
- Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-).
Pemeriksaan Obstetrik
a. Leopold 1 : TFU 1 jari dibawah proceccus xypoideus (34 cm)
b. Leopold 2 : Punggung Kiri
c. Leopold 3 : Presentasi Kepala
d. Leopold 4 : Sudah masuk pintu atas panggul
e. HIS : 3x dalam 10 menit. 40”
f. DJJ : 175 x/menit
g. TBJ : 3565 gram
Pemeriksaan Dalam
a. Portio : Menipis dan lunak
b. Posisi Portio : Anteflexi
c. Pembukaan : 5-6 cm
d. Bagian Rendah : Kepala
e. Ketuban : Pecah
f. Pelepasan : Air ketuban
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin (29 Mei 2022)
Leukosit : 27.2 x103/mm3 ↑
Eritrosit : 4.62x106/mm3
Hemoglobin : 12.6 gr/dl
Hematokrit : 38.6 %
Platelet : 241 x103/mm3
BT : 3 menit
CT : 7 menit
GDS : 128.4 mg/dl
SGOT : 19 U/L
SGPT : 14 U/L
A. RESUME
Pasien perempuan G5P3A1 masuk dirujuk dari Puskesmas Tambu ke IGD
Kebidanan RSUD Undata tanggal 29 Mei 2022 dengan keluhan sakit perut bagian
bawah tembus belakang sejak tadi malam. Pasien juga mengeluhkan keluarnya
cairan dari jalan lahir sedikit-sedikit sejak malam berwarna bening dan berbau.
Keluhan lain yang juga dirasakan pasien yaitu keluarnya darah dari jalan lahir
sekali berupa bercak- bercak dan tidak menggumpal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital yaitu TD: 130/90 mmHg,
Nadi 80x/menit R 28x/ menit, Suhu 36,5°C. Pemeriksaan Leopold 1 : TFU 1 jari
dibawah proceccus xypoideus (34 cm), Leopold 2 : Punggung Kiri, Leopold 3 :
Presentasi Kepala, Leopold 4 : Sudah masuk pintu atas panggul, HIS : 3x dalam 10
menit, 40”, DJJ : 175 x/menit, dan TBJ: 3565 gram. Pada pemeriksaan dalam
didaptkan Portio: Menipis dan lunak, Posisi Portio: Anteflexi, Pembukaan: 5-6 cm,
Bagian Rendah: Kepala, Ketuban: Pecah, Pelepasan : Air ketuban. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan Leukosit : 27.2 x103/mm3.
 
DIAGNOSIS
G5P3A1 Gravid 37-38 Minggu + Ketuban Pecah Dini
 
PENATALAKSANAAN
1. IVFD RL 28 tpm
2. O2 Nasal Canul 4 Lpm (KP)
3. Inj. Anbacim 1gr/12 jam/iv
4. Metronidazole 0,5 gr/8jam/drips
5. Observasi BJF, HIS, dan Kemajuan Persalinan
6. Siap darah 2 bag, gol darah A+
 
Follow Up
29 Mei 2022 08.40: Pasien masuk dengan keluhan sakit perut bagian belakang,
keluar darah dari jalan lahir (-). Pelepasan lender (+). Keluhan
dirasakan sejak tadi malam.
 
08.45: Dilakukan swab antigen hasil negative
 
09.15: Dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium
TD: 130/80 mmHg
N: 80x/m
S: 36,5°C
R: 28x/m
 
Pemeriksaan Leopold:
L1: 34 cm
L2: Punggung Kiri
L3: Presentasi Kepala
L4: Sudah masuk pintu atas panggul
BJF: 175x/m
TBJ: 3.565 gram
Advice: Pasang O2 4 Lpm
09.35: Persiapan darah II labu di BDRS Gol darah A+
09.45: Mengobservasi BJF, BJF: 157x/m
 
10. 17: Hasil Laboratorium Keluar
DR (29/05/2022) jam 10:17
Leukosit : 27,2 x103/mm3 ↑
Eritrosit : 4.62 x106/mm3
Hemoglobin : 12.6 gr/dl
Hematokrit : 38.6 % ↓
Platelet : 289 x103/mm3
 
10.20: Mengobservasi BJF, BJF: 152x/m
11.30: Mengobservasi BJF, BJF: 154x/m

11.48: Advice dari dr. Gladys Susanti, Sp.OG


- Guyur Dextrose 5% setelah itu diganti cairan biasa
- Oxygen NRM 10 Lpm
- Edukasi MOW
- Inj. Anbacim 1 gr/iv/12 jam
- Metronidazole 0,5 gr/8jam/drips
- Inj. As. Tranexamat 1 amp/IV sebelum di dorong ke ruang OK
11.55: Guyur Dextrose 5%
11.58: Melakukan Pemasangan Kateter Tetap
12.00: Melakukan injeksi Anbacim 1 gr/iv
12.10: Melakukan drips Metronidazole 0,5 gr
12.35: Melakukan penggantian cairan ke RL 28 tpm
12.40: Melakukan injeksi Asam Tranexamat/iv
13.30.:Dilakukan Tindakan Sectio Cesarea atas indikasi Ketuban
Pecah Dini oleh dr. Gladys Susanti, Sp.OG

15.00: Pasien setelah selesai Operasi SC dan dipindahkan ke ruang


matahari
S : Nyeri perut bekas (+), Post Transfusi PRC 1 Labu di OK C ito
(jam 16.00)

O: Kesadaran : Compos mentis


KU : Sedang
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/menit
S : 36,4 derjat celcius
P : 24 x/menit

A: P4A1 post SC + KPD


P:
IVFD RL + 20 IU Oxitocin 28 tpm (2 kolf)
Inj. Anbacim 1 g / 12 jam/iv
Metronidazole drips 0,5g / 8 jam/drips
Inj. As. Traneksamat 1 gr/8jam
Inj. Ketorolac 1 gr/8jam/iv
Rencana: Cek DR 6 jam post transfusi, Observasi TTV, perdarahan,
dan urine

17.00: Observasi TTV, Perdarahan dan Urine


TD : 120/70 mmHg
N : 75 x/menit
S : 36,7derjat celcius
P : 20 x/menit
Perdarahan: Masih keluar darah sedikit-sedikit (+)
Urine: 300 cc (dibuang)

17.05: Pemberian Inj. Kalnex 500 mg/iv


17.10: Drips Oxytocin 20 IU
20.20: Pemberian Drips Metronidazole 500 mg
23.00: Pemberian Inj. Ketorolac 1 gr/8jam/iv
23.00: Hasil Laboratorium keluar
DR (29/05/2022)
Leukosit : 24.9 x103/mm3 ↑
Eritrosit : 3.92 x106/mm3 ↓
Hemoglobin : 10.6 gr/dl ↓
Hematokrit : 32.1 % ↓
Platelet : 241x103/mm3

30 Mei 2022 00.55: Pemberian Inj. Anbacim 1 gr/12jam/iv


01.05: Pemberian Inj. Kalnex
04.20: Pemberian Drips Metronidazole 0,5 gr

05.30 S : Nyeri perut bekas Operasi (+),

O: Kesadaran : Compos mentis


KU : Sedang
TD : 110/60 mmHg
N : 85 x/menit
S : 36,6 derajat celcius
P : 24 x/menit
Urin : 700 cc (dibuang)
A: P4A1 post SC + KPD
P:
IVFD RL 28 tpm
Injeksi Anbacim 1 g / 12 jam/iv
Metronidazole drips 0,5 g / 8 jam
Injeksi As. Traneksamat 1 gr/8jam
Injeksi Ketorolac 1gr/8jam

07.40: Pemberian Inj. Anbacim 1 gr/12jam/iv


Drips Metronidazole 0,5g/8jam
Inj. Ketorolac 1 amp/8jam
09.05: Pemberian Inj. Kalnex 500 mg/iv

12.00: Mengukur TTV


TD : 100/70 mmHg
N : 88 x/menit
S : 36,4derjat celcius
P : 21 x/menit
 
12.20: Pemberian Drips Metronidazole 500 mg
12.55: Pemberian Inj. Anbacim 1 amp.iv
15.00: Inj. Ketorolac 1 amp/iv
17.00: Mengukur TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 99 x/menit
S : 36,5derjat celcius
P : 20 x/menit
 
17.05: Pemberian Inj. Kalnex 500 mg/iv
 
17.30: Pasien mengatakan ingin pulang karena tidak nyaman di
rumah sakit.

17.35: Lapor dr. Indah dan didapatkan advice untuk pulang apabila
KU pasien baik, TTV stabil. Koordinasi kebagian anak untuk
bayinya.
 
17.45: Aff infus dan Aff Kateter
 
18.30: Pasien pulang.
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien didiagnosis dengan ketuban pecah dini dan gawat janin
berdasarkan kajian literatur. Pasien perempuan G5P3A1 gravid aterm dengan keluhan
keluarnya cairan dari jalan lahir sedikit-sedikit sejak malam berwarna bening dan
berbau.
Berdasarkan teori KPD adalah ketuban pecah sebelum proses persalinan berlangsung,
ada dua pengertian ketuban pecah dini, yaitu premature rupture of membrane dan
preterm rupture of membrane. Gejalanya sama, yaitu keluarnya cairan dan tidak ada
keluhan sakit. Dari Anamnesis pasien merasakan basah pada vagina, atau
mengeluarkan cairan yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas
dan perlu diperhatikan warnanya.
Pada kasus ini, pasien perempuan G5P3A1 berusia 31 tahun didiagnosis dengan
KPD, hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa penyebab KPD belum
diketahui secara pasti, tetapi ada hubungannya dengan multipara dan usia ibu.
Menurut Wahyuni (2020), wanita yang telah melahirkan beberapa kali maka akan
lebih berisiko tinggi mengalami KPD pada kehamilan berikutnya. Kehamilan yang
terlalu sering dapat memengaruhi embriogenesis, selaput ketuban lebih tipis
sehingga mudah pecah sebelum waktunya, dan semakin banyak paritas semakin
mudah terjadi infeksi amnion karena rusaknya struktur servik pada persalinan
sebelumnya.
Selain paritas, faktor lain yang mempengaruhi yaitu usia. Hal ini sejalan dengan
teori Rahayu (2017), yang menyebutkan bahwa usia ibu melahirkan yang memiliki
risiko rendah adalah umur 20-35,<20 tahun dan >35 tahun memiliki risiko tinggi
dalam proses persalinan. Akan tetapi, untuk KPD sendiri secara patobiologi dari
kehamilan dengan ketuban pecah dini masih belum banyak diketahui.
Pemeriksaan tanda vital pada pasien didapatkan Tekanan Darah 130/90 mmHg, Nadi
80 x/menit, Pernapasan 28x/ menit, dan Suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan HIS: 3x
dalam 10 menit. 40”, DJJ: 175 x/menit, TBJ: 3565 gram. Disebutkan bahwa pada
ketuban pecah dini preterm, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum
insiden infeksi sekunder pada ketuban pecah dini meningkat sebanding dengan
lamanya periode laten. Kriteria klinis infeksi yang digunakan pada KPD yaitu;
adanya febris, uterine tenderness (di periksa setiap 4 jam), takikardia (denyut nadi
maternal lebih dari 100x/mnt), serta denyut jantung janin yang lebih dari 160 x/mnt.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan Portio: Tebal dan lunak, Posisi Portio: Anteflexi,
Pembukaan: 5-6 cm, Bagian Rendah: Kepala, Ketuban: Pecah, Pelepasan : Air
ketuban. Berdasarkan dengan kajian teori didaptkan Pada pemeriksaan dalam didapat
cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik ditunjang dengan adanya pemeriksaan


penunjang berupa darah rutin. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya
peningkatan kadar leukosit sebesar 27.2x103/mm3. Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan penunjang beruapa pemeriksaan
laboratorium yang dilakukan Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria
laboratorium yang digunakan adalah adanya Leukositosis maternal (WBC yang lebih
dari 16.000/uL).6
Pada kasus ini pasien diberikan terapi sesuai dengan usia kehamilan pasien. Pasien
diberikan terapi cairan berupa RL 28 tpm, kemudian karena DJJ janin meningkat
maka diberikan O2 nasal canul 4 lpm pada ibu meskipun ibu tidak mengeluhkan
sesak, pemberian antibiotik intravena berupa Anbacim 1gr/12jam, serta pada pasien
dilakukan observasi BJF, HIS, dan kemajuan persalinan. Hal ini sejalan dengan teori
yang mengatakan KPD dengan kehamilan aterm dapat diberikan antibiotika
prafilaksis, Observasi temperatur rektal, bila ada kecenderungan meningkat
dilakukan terminasi. Menurut Jindal (2008), Oksigen saat ini dianggap sebagai
terapi penting untuk penanganan hipoksemia dan termasuk penyakit paru dan non-
paru sebagai terapi definitif, terapi tambahan, atau terapi paliatif.
Pada kasus, pasien ini ditindaki dengan melakukan persalinan secara sectio caesarea
cito, yang mana sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa dampak terjadinya
KPD dapat menyebabkan infeksi maternal maupun neonatal, hipoksia atau
kompresi tali pusat, sindrom deformitas janin, meningkatnya kelahiran dengan
sectio caesarea atau gagalnya persalinan normal dan meningkatnya morbiditas dan
mortalitas maternal dan perinatal.
Pemberian Metronidazole 0,5 gr juga dapat digunakan sebagai antibiotic profilaksis
sebelum pembedahan, yang mana sejalan dengan teori yang meyebutkan bahwa
pemberian antibiotik profilaksis bedah sangat direkomendasikan dan merupakan
bagian dari pencegahan infeksi. Antibiotik yang diberikan pada pasien bedah
bertujuan untuk mengurangi jumlah koloni bakteri, mengurangi jumlah inokulum
kontaminasi sehingga menurunkan risiko infeksi atau sebagai terapi apabila sudah
dalam keadaan infeksi sebelumnya.
Sebelum dilakukan Tindakan section caesarea terlebih dahulu pasien di edukasi
mengenai Tindakan MOW, maka sebelum dilakukannya tindakan harus meminta
persetujuan dari ibu dan keluarga, Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI.

Adapun juga sebelum mendapat pelayanan kontrasepsi, klien dan pasangannya


harus mendapatkan informasi dari petugas layanan secara lengkap, jelas dan benar
agar dapat menentukan pilihannya dengan tepat. Selanjutnya penentuan pilihan
menggunakan kontrasepsi khususnya (implant/IUD/MOP/MOW) harus dinyatakan
dengan pengisian lembar Persetujuan Tindakan Medik (Informed consent) untuk
memastikan bahwa suami dan istri telah sepakat mengenai pengaturan kelahiran dan
cara yang akan dipakai.
Pada kasus ditemukan bahwa sebelum tindakan operasi section caesarea, pasien
diberikan injeksi Asam tranexamat 1 amp/iv untuk mencegah perdarahan selama
dan pasca operasi. Hal ini sejalan dengan teori yang mengatakan pada masa
pemulihan perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu seperti
infeksi dan terjadinya perdarahan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk mengurangi perdarahan, antara lain pemakaian torniquet dan agen-agen
antifibrinolitik seperti aprotinin, asam traneksamat, dan asam aminokaproat
Pada kasus juga, pasien diberikan Dextrose 5% saat agar kontraksi uterus baik dan
persalinan dapat segera terjadi karena air ketuban sudah pecah. Hal ini sejalan
dengan penelitian pemberian dextrose bisa memperbaiki kontraksi uterus, dan resiko
terjadinya perdarahan postpartum lebih rendah dibandingkan dengan pemberian
oxytocin.
Prognosis dari pasien ini adalah dubia et bonam atau prognosis baik karena
pada pada kasus di dapatkan kehamilan aterm, dan menurut penelitian apabila KPD
terjadi sebelum kehamilan aterm maka lebih banyak masalah dan komplikasi dari
pada terjadi pada kehamilan aterm. Selain itu, pada pasien telah ditatalaksana sesuai
dengan usia kehamilan sehingga mengurangi komplikasi yang terjadi seperti infeksi,
mengurangi morbiditas dan mortalitas pada janin, dengan ibu dan bayi selamat.
Sesuai dengan teori yang menyatakan ketuban pecah dini merupakan sumber
persalinan prematuritas, infeksi dalam rahim terhadap ibu maupun janin yang
cukup besar.16
 
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai