Anda di halaman 1dari 16

Akuntansi Forensic &

Tekhnik Audit Forensic

Dr. Hj. Nuzulul Hidayati, SE, MM,


Ak, CA

1
I.
“PENGERTIAN AKUNTANSI FORENSIK”

1. Pengertian Akuntansi Forensik.


Menurut Beberapa Ahli
1. Merriam Webster’s Collegiate Dictionary (edisi 10) :
“berkenaan dengan pengadilan” atau “berkenaan dengan penerapan
pengetahuan ilmiah pada masalah hukum”. Akuntansi forensik dapat
diartikan penggunaan ilmu akuntansi untuk kepentingan hukum.
2. D. Larry Crumbley editor-in-chief dari Journal of Forensik Accounting (JFA) :
secara sederhana , akuntansi forensik adalah akuntansi yang akurat (cocok
untuk tujuan hukum). Artinya, akuntansi yang dapat bertahan dalam kancah
perseteruan selama proses pengadilan, atau dalam proses peninjauan
judicial atau administratif.
2. Akuntan Forensik.
Tertuang dalam pernyataan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHP) pasal 179 ayat (1) menyetakan bahwa : “Setiap orang yang
diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran, kehakiman atau dokter
atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan”.
Banyak orang memahami profesi dokter dalam peraturan diatas dikenal
dengan sebutan dokter forensik, namun “ahli lainnya” yang dalam hal
ini termasuk juga akuntan belum banyak dikenal sebutannya sebagai
akuntan forensik. Akuntan forensik bertugas memberikan pendapat
hukum dalam pengadilan (litigation), namun juga berperran dalam
bidang hukum diluar pengadilan (non litigation) misalnya dalam
membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara dalam sengketa,
perumusan perhitungan ganti rugi dan upaya menghitung dampak
pemutusan / pelanggaran kontrak
PERBANDINGAN ANTARA AUDIT
FORENSIK DENGAN AUDIT TRADISIONAL
(KEUANGAN)

Audit Tradisional Audit Forensik


Waktu Berulang Tidak berulang
Laporan Keuangan secara
Lingkup Spesifik
umum
Membuktikan fraud
Hasil Opini
(kecurangan)
Adversarial (Perseteruan
Hubungan Non-Adversarial
hukum)
Metodologi Teknik Audit Eksaminasi
Standar Audit dan Hukum
Standar Standar Audit
Positif
Praduga Professional Scepticism Bukti awal
GAMBARAN PROSES AUDIT FORENSIK
Identifikasi masalah
Dalam tahap ini, auditor melakukan pemahaman awal terhadap
kasus yang hendak diungkap. Pemahaman awal ini berguna untuk
mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkup sehingga audit
bisa dilakukan secara tepat sasaran.

Pembicaraan dengan klien


Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pembahasan bersama klien
terkait lingkup, kriteria, metodologi audit, limitasi, jangka waktu,
dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk membangun kesepahaman
antara auditor dan klien terhadap penugasan audit.
GAMBARAN PROSES AUDIT FORENSIK
Pemeriksaan pendahuluan
Dalam tahap ini, auditor melakukan pengumpulan data awal dan
menganalisanya. Hasil pemeriksaan pendahulusan bisa dituangkan
menggunakan matriks 5W + 2H (who, what, where, when, why, how, and
how much). Investigasi dilakukan apabila sudah terpenuhi minimal 4W + 1H
(who, what, where, when, and how much). Intinya, dalam proses ini auditor
akan menentukan apakah investigasi lebih lanjut diperlukan atau tidak.
Pengembangan rencana pemeriksaan
Dalam tahap ini, auditor akan menyusun dokumentasi kasus yang dihadapi,
tujuan audit, prosedur pelaksanaan audit, serta tugas setiap individu dalam
tim. Setelah diadministrasikan, maka akan dihasilkan konsep temuan.
Konsep temuan ini kemudian akan dikomunikasikan bersama tim audit serta
klien.
GAMBARAN PROSES AUDIT FORENSIK
Pemeriksaan lanjutan
Dalam tahap ini, auditor akan melakukan pengumpulan bukti serta melakukan analisa
atasnya. Dalam tahap ini lah audit sebenarnya dijalankan. Auditor akan menjalankan
teknik-teknik auditnya guna mengidentifikasi secara meyakinkan adanya fraud dan pelaku
fraud tersebut.
Penyusunan Laporan
Pada tahap akhir ini, auditor melakukan penyusunan laporan hasil audit forensik. Dalam
laporan ini setidaknya ada 3 poin yang harus diungkapkan. Poin-poin tersebut antara lain
adalah:
1. Kondisi, yaitu kondisi yang benar-benar terjadi di lapangan.
2. Kriteria, yaitu standar yang menjadi patokan dalam pelaksanaan kegiatan. Oleh
karena itu, jika kondisi tidak sesuai dengan kriteria maka hal tersebut disebut sebagai
temuan.
3. Simpulan, yaitu berisi kesimpulan atas audit yang telah dilakukan. Biasanya mencakup
sebab fraud, kondisi fraud, serta penjelasan detail mengenai fraud tersebut.
3. Syarat Akuntan Forensik

1. Memiliki pengetahuan dasar akuntansi dan audit


yang kuat.
2. Pengenalan perilaku manusia dan organisasi

Akuntan 3. Pengetahuan tentang asspek yang mendorong terjadinya


Forensik kecurangan
4. Pengetahuan tentang hukum dan peraturan

5. Pengetahuan tentang kriminologi dan viktimologi


6. Pemahaman terhadap pengendalian internal.
7. Kemampuan berpikir seperti pencuri
4. PENERAPAN AKUNTANSI FORENSIK DI INDONESIA
1) Bulan Oktober 1997, Indonesia telah menjajaki kemungkinan untuk meminjam dana
dari IMF dan Worl Bank untuk menangani krisis keuangan yang semakin parah.
Sebagai syarat pemberian bantuan, IMF dan World Bank mengharuskan adanya proses
Agreed Upon Due Dilligence Process (ADDP) yang dikerjakan oleh akuntan asing
dibantu beberapa akuntan Indonesia. Temuan ADDP ini sangat mengejutkan karena
dari sample Bank Besar di Indonesia menunjukkan perbankan kita melakukan
overstatement asset sebesar 28%-75% dan understatement kewajiban sebesar 3%-
33%. Temuan ini segera membuat panik pasar dan pemerintah yang berujung pada
likuidasi 16 bank swasta. Likuidasi tersebut kemudian diingat menjadi langkah yang
buruk karena menyebabkan adanya penarikan besar-besaran dana (rush) tabungan dan
deposito di bank-bank swasta karena hancurnya kepercayaan publik pada pembukuan
perbankan. ADDP tersebut tidak lain adalah penerpan akuntansi forensik atau audit
investigasi.
2) Pricewaterhouse Cooper (PwC) sebuah kantor akuntan besar dunia (The Big Four)
dalam membongkar kasus Bank Bali. PwC dengan softwere khususnya mampu
menunjukkan arus dana yang rumit berbentuk seperti diagram cahaya yang mencuat
dari matahari (sunburts). Kemudian PwC meringkasnya menjadi arus dana dari orang-
orang tertentu. Sayangini keberhasilan ini tidak diikuti dengan keberhasilan sistem
pengadilan.
1) Kasus lainnya pada tahun 2006, Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi
Keuangan (PPATK) mampu membuktikan kepada pengadilan bahwa Adrian
Woworuntu terlibat dalam penggelapan L/C BNI senilai Rp. 1,3 triliun,
dengan menggunakan metode follow of the money yang mirip dengan
metode PwC dalam kasus Bank Bali.

2) PPATK juga berhasil mengungkap beberapa transaksi “ganjil” 15 Pejabat


Kepolisian kita yang memiliki saldo rekening Milyaran Rupiah padahal
penghasilan mereka tidak sampai mengasilkan angka fantastis tersebut.
II.
METODOLOGI AKUNTANSI FORENSIK

1) Perbedaaan utama akuntansi forensik maupun audit konvensional lebih terletak pada
mindset (kerangka pikir. Metodologi kedua jenis akuntansi tersebut tidak jauh berbeda.

2) Akuntansi forensik lebih menekankan pada keanehan (exeption, oddities, irregularities) dan
pola tindakan (product of conduct) daripada kesalahan (errors) dan keteledoran (ommisions)
seperti pada audit umum. Prosedur utama dalam akuntansi forensik menekankan pada
analytical review dan teknik wawancara mendalam (in depth interview) walaupun seringkali
masih juga menggunakan teknik audit umum seperti pengecekan fisik, rekonsiliasi,
konfirmasi dan lain sebagainya.

3) Akuntansi forensik biasanya memfokuskan pada area-area tertentu (misalnya penjualan, atau
pengeluaran tertentu) yang ditengarai telah terjadi tindak kecurangan baik dari laporan pihak
dalam atau orang ketiga (tip off) atau, petunjuk terjadinya kecurangan (red flag), petunjuk
lainnya. Data menunjukkan bahwa sebagian besar tindak kecurangan terbongkar karena tip
off atau ketidaksengajaan (accident)
MENGAPA PERLU AKUNTANSI FORENSIK ?
1) Kasus korupsi di Indonesia seakan tidak pernah ada habisnya. Tingkat korupsi yang masih
tinggi juga menjadi pendorong yang kuat untuk berkembangnya praktik akuntansi forensik
di Indonesia.

2) Pada pertemuan Asia Pasific mengenai fraud tahun 2004, Deloitte Touche Tohmatsu
melakukan polling terhadap 125 delegasi. 82% menyatakan mengalami peningkatan dalam
corporate fraud dibanding tahun sebelumnya, 36% menyatakan peningkatan fraud yang
sangat besar. Fraud terjadi karena corporate governance yang rendah, lemahnya
enforcement, standar akuntansi dan lain-lain konsistem dengan tingkat korupsi dan
kelemahan dalam penyelenggaraan negara.

3) Berdasarkan forcat BMI kwartal ke empat 2006 mengenai lingkungan usaha diperoleh
bahwa sistem hukum di Indonesia yang tidak handal dan pembasmian korupsi akan
meningkatkan minat para investor untuk menanamkan uang mereka di Indonesia.
III.
LINGKUP AKUNTANSI FORENSIK

1. Praktek di Sektor Swasta


1) Bologna dan Lindquist perintis mengenai akuntansi forensik menekankan
beberapa istilah dalam perbendaharaan akuntansi, yakni : fraud auditing,
forensic accounting, investigative support, dan valuation analysis
2) Litigaton support merupakan istlah yang paling luas, segala sesuatu yang
dilakukan dalam akuntansi forensik bersifat dukungan untuk kegiatan
litigasi.
3) Akuntansi foresik dimulai sesudah ditemukan indikasimawal adanya fraud.
Audit invesigasi merupakan bagian awal dari akuntansi forensik.
4) Sedangkan valuation analysis berhubungan dengan dengan akuntansi atau
unsur hitung-hitungan. Mis : menghitung kerugian negara karena terjadi
korupsi.
2. Praktek di Sektor Pemerintahan.

1) Praktiknya sama akuntansi forensik pada sektor swasta, perbedaanya


adalah bahwa tahap-tahap dalam seluruh rangkaian akuntansi forensik
terbagi-bagi di dalam berbagai lembaga.
2) Ada lembaga yang melakukan pemeriksaan keuangan negara (BPK),
ada lembaga yang merupakan bagian dari pengawasan internal
pemerintah (BPKP), ada lembagalembaga pengadilan, ada lembaga
yang menunjang kegiatan memerangi kejahatan pada umumnya,dan
korupsi khususnya (PPATK), dan lembaga-lembaga lainnya seperti KPK.
Juga ada lembaga swadaya masyarakat yang berfungsi sebagai
pressure group.
KUALITAS YANG HARUS DIMILIKI OLEH AKUNTAN FORENSIK

kemampuan
untuk
mempertimbangka Akuntan Forensik mempercaya
n interpretasi lain i diri
sehingga kita
dapat
kreatif Tidak menyerah Business sense bertahan di
bawah cross
examination
Rasa ingin tahu Akal sehat Percaya diri
keinginan
untuk kemampuan
menemukan untuk maju kemampuan
apa yang terus pantang untuk memahami
sesungguhnya mundur bagaimana bisnis
terjadi dalam kemampuan untuk sesungguhnya
rangkaian mempertahankan berjalan,
peristiwa dan perspektif dunia
situasi nyata
Akuntan forensik sering disebut juga sebagai auditor forensik
atau auditor investigasi. Di Indonesia terlihat peran-peran
akuntan forensik, seperti KPK, BPKP, BPK, dan aparat
pengawasan internal pemerintah menghitung kerugian
keuangan negara dalam tindak pidana korupsi.

Anda mungkin juga menyukai