Anda di halaman 1dari 27

KONSEP & KEDUDUKAN

AKAL, INDERA, DAN WAHYU


MK. Studi Islam III

Ns. Rully Annisa,M.Kep


AKAL
Pengertian Akal
Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-
ya’qilu’ yang secara lughawi memiliki banyak
makna. Dalam kamus bahasa Arab dijelaskan
bahwa ‘aqala memiliki makna adraka
(mencapai, mengetahui), fahima (memahami),
tadarabba wa tafakkara (merenung dan
berfikir).
Menurut pendapat Abu al-Huzail, akal
adalah daya untuk memperoleh
pengetahuan, daya yang membuat
seseorang dapat membedakan dirinya
dengan benda-benda lain, dan
mengabstrakkan benda-benda yang
ditangkap oleh panca indera.
Dengan demikian akal dalam pengertian Islam,
bukanlah otak, akan tetapi daya berfikir yang
terdapat dalam jiwa manusia, daya untuk
memperoleh pengetahuan dengan
memperhatikan alam sekitarnya. Dalam
pengertian inilah akal yang dikontraskan dengan
wahyu yang membawa pengetahuan dari luar
diri manusia, yakni dari Allah SWT.
Fungsi Akal Dalam Islam

Dalam hubungan dengan upaya memahami islam, akal


memiliki fungsi yaitu sebagai berikut:
1. sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan
mengetahui kebenaran yang terkandung dalam Al-
Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah
sumber utama ajaran islam.
2. Merupakan potensi dan modal yang melekat pada
diri manusia untuk mengetahui maksud yang
tercakup dalam pengertian Al-Qur’an dan Sunnah
Rosul.
3. Sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan
semangat Al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan
acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan
umat manusia dalam bentuk ijtihat.
4. Untuk menjabarkan pesan yang terkandung dalam
Al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan
fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk
mengelola dan memakmurkan bumi dan seisinya.
5. Sebagai tolak ukur akan kebenaran dan kebatilan.
6. Sebagai alat untuk mencerna berbagai hal dan cara
tingkah laku yang benar.
7. Sebagai Alat penemu solusi ketika permasalahan
datang.
Kedudukan Akal Dalam Islam
1. Allah SWT hanya menyampaikan kalam-Nya
(firman-Nya) kepada orang-orang yang
berakal, karena hanya mereka yang dapat
memahami agama dan syari'at-Nya. Allah
subhanahu wa'ta'ala berfirman:
Artinya:"Dan kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan
(Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rohmat dari kami dan
pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai
fikiran". (QS. Shaad [38]: 43).
2. Akal merupakan syarat yang harus ada dalam
diri manusia untuk mendapat taklif (beban
kewajiban) dari Alloh subhanahu wa'ta'ala.
Hukum-hukum syari'at tidak berlaku bagi
mereka yang tidak mempunyai akal. Dan
diantaranya yang tidak menerima taklif itu
adalah orang gila karena kehilangan akalnya.
Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallama
bersabda:
 
3. Allah SWT mencela orang yang tidak
menggunakan akalnya. Misalnya celaan Allah
SWT terhadap ahli neraka yang tidak
menggunakan akalnya: Allah SWT
berfirman:
Artinya:"Dan mereka berkata: "Sekiranya
kami mendengarkan atau memikirkan
(peringatan itu) niscaya tidaklah kami
termasuk penghuni-penghuni neraka yang
menyala-nyala". (QS. 067. Al Mulk [67]: 10)
4. Penyebutan begitu banyak proses dan
aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur'an,
seperti tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan
lainnya. Seperti kalimat "La'allakum
tafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir)
atau "Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak
berakal), atau "Afalaa Yatadabbarunal
Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi
kandungan Al-Qur'an) dan lainnya.
5. Al-Qur'an banyak menggunakan penalaran
rasional. Misalnya ayat-ayat berikut ini:
Artinya:"Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al
Quran itu bukan dari sisi Alloh, tentulah
mereka mendapat pertentangan yang banyak
di dalamnya". (QS. An Nisaa' [04]: 82)
Kesimpulan
Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang
berfungsi untuk membedakan yang salah dan yang
benar serta menganalisis sesuatu yang kemampuannya
sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat
pendidikan, formal maupun informal, dari manusia
pemiliknya. Jadi, akal bisa didefinisikan sebagai salah
satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk
mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai
apakah sesuai benar atau salah. Namun, karena
kemampuan manusia dalam menyerap pengalaman dan
pendidikan tidak sama. Maka tidak ada kemampuan
akal antar manusia yang benar-benar sama.
INDERA
• Allah swt berfirman dalam surat an-Nahl ayat
78 : ”Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur”.
• Islam tidak hanya menyebutkan pemberian
Allah kepada manusia berupa indra, tetapi
juga menganjurkan kita agar
menggunakannya, misalnya dalam alQur’an
surat Yunus ayat 101 Allah swt berfirman:
Surat Yunus ayat 101
• Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag
ada di langit dan di bumi. Tidaklah
bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan
rasul-rasul yang memberi peringatan
bagi orang-orang yang tidak beriman".
WAHYU
• Kata Wahyu dalam arti bahasanya adalah
isyarat yang cepat, wahyu adalah kata
masdhar yang memiliki pengertian dasar
tersembunyi dan cepat, terkadang juga
wahyu digunakan dalam kata isim maf’ul,
diwahyukan. Wahyu sendiri secara syara’
adalah sumber pengetahuan yang diberikan
Allah kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
Wahyu adalah sumber pengetahuan yang
bersandar pada otoritas Allah SWT sebagai sang
Maha Ilmu. Namun arti yang paling terkenal
adalah “apa yang disampaikan Allah SWT kepada
nabi-nabi”. Yakni sabda Allah SWT yang
disampaikan kepada orang pilihan-Nya agar
diteruskan kepada manusia untuk dijadikan
pegangan hidup
• Dilihat dari segi sumbernya, wahyu Al-
Qur’an bersumber dari tiga (3) subyek, yaitu
• pertama Tuhan, misalnya QS. Al-An’am
(6):106,
• Terjemah :
“Ikutilah apa yang telah diwahyukan Tuhanmu
kepadamu (Muhammad); tidak ada tuhan
selain Dia; dan berpalinglah dari orang-orang
musyrik.”
• Kedua Nabi, misalnya QS. Maryam
(19):11, Terjemah :
“Maka dia keluar dari mihrab menuju
kaumnya, lalu dia memberi isyarat
kepada mereka; bertasbihlah kamu pada
waktu pagi dan petang.”
• Ketiga Syaithan, misalnya QS. Al-An’am (6):112 dan 121.
Terjemah :
112. Dan demikianlah untuk setiap nabi Kami menjadikan
musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin,
sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain
perkataan yang indah sebagai tipuan. Dan kalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak akan melakukannya,
maka biarkanlah mereka bersama apa (kebohongan) yang
mereka ada-adakan.
121. Dan janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan)
yang (ketika disembelih) tidak disebut nama Allah, perbuatan
itu benarbenar suatu kefasikan. Sesungguhnya setan-setan
akan membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu. Dan jika kamu menuruti mereka, tentu
kamu telah menjadi orang musyrik.
Kedudukan Wahyu

wahyu adalah Al-Qur’an bukan hanya karena seluruh


kandungan wahyu terdapat dalam Al-Qur’an, tetapi
juga Al-Qur’an secara jelas dinyatakan sebagai
wahyu. Bagi umat nabi Muhammad saw, wahyu
adalah Al-Qur’an. Akan tetapi tidak semua wahyu
merupakan Al-Qur’an.
Dalam konteks ini, yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah
bacaannya, Alquran bagi manusia berfungsi sebagai
nasehat (mau’izhah), obat (syifa’), petunjuk (hūdan),
rahmat, dan pembeda (furqān). Sedangkan wahyu adalah
kitab yaitu semua firman Allah termasuk kedalam wahyu
contohnya kitab zabur, kitab taurat, kitab injil dan kitab Al-
Qur'an. Sedangkan Al-Qur'an adalah firman atau wahyu
Allah yang Allah turunkan khusus kepada nabi Muhammad
Saw melalui malaikat Jibril dan hukum membacanya
termasuk kedalam ibadah.
Hubungan Akal, Indera,
dan Wahyu
Ketika dilahirkan dari rahim ibunya, manusia
tidak memiliki pengetahuan tentang sesuatu,
walau sedikitpun. Namun, disamping ketidak
tahuan tersebut, manusia dibekali Allah Swt
dengan potensi psiko-fisik yang dapat
diberdayakan sebagai instrument untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, sampai pada
level pengetahuan untuk bersyukur kepada
Tuhan.
Kemampuan awal yang dimiliki manusia
untuk mendapatkan pengetahuan adalah
panca indera. Kita mengetahui manisnya
gula melalui indera pencicip (lidah).
Mengetahui warna melalui indera
penglihatan, mengetahui suara binatang
lewat indera pendengaran. Mengetahui
dinginnya air salju dan es lewat indera
peraba (kulit). Demikian pula mengetahui
harumnya parfum melalui indera
penciuman (hidung).
• Ketika beranjak dewasa, secara bertahap
kita mulai menyadari bahwa tidak semua
pengetahuan yang diperoleh melalui
panca indera bisa dipercaya atau
dipedomani. Sebagai contoh, ketika kita
melihat bintang, bulan dan matahari
tampak kecil. Benarkah demikian? Maka
sejak saat ini kita mulai memfungsikan
akal sebagai sumber pengetahuan.
Akal adalah alat berpikir, berpikir adalah
bertanya, bertanya adalah mencari jawaban,
mencari jawaban adalah usaha untuk
menemukan kebenaran, sehingga dengan
demikian para filosof memandang bahwa akal
adalah salah satu alat yang ampuh untuk
mencari hakekat kebenaran. Dengan demikian,
dapatlah dipahami bahwa keistimewaan
manusia, terletak pada akal yang merupakan
potensi untuk berpikir. Bertambah tinggi daya
berpikir manusia, bertambah pula kemampuan
untuk memecahkan problema yang dihadapinya.
Ketika akal mampu melakukan penalaran
dan mencapai kesimpulan bahwa Tuhan
wajib al-wujud dan manusia wajib
berterimakasih kepada Tuhan, namun
dengan akal atau penalaran rasional kita
tidak pernah mampu menemukan siapa
sebenarnya Tuhan itu, apalagi sampai
merasakan kehadirannya. Maka dengan ini
kita memerlukan wahyu sebagai pemberi
pengetahuan tersebut

Anda mungkin juga menyukai