• DIC akut (overt DIC), adalah kondisi dimana pembuluh darah dan
darah serta komponennya tidak dapat mengkompensasi atau
mengembalikan homeostasis dalam merespon injury. Ditandai
dengan abnormalitas dari parameter koagulasi. Akibatnya terjadi
trombosis dan/atau perdarahan yang berujung kegagalan organ
multipel
• DIC kronik (non-overt DIC), adalah kondisi klinik dari kerusakan
pembuluh darah yang memperberat sistem koagulasi. Namun
respon tubuh masih dapat menjaga agar tidak terjadi
pengaktifan lebih lanjut dari sistem hemostasis dan inflamasi.
Etiologi
Bisa terjadi perdarahan di dalam persendian lutut, pergelangan kaki dan siku
sehingga menyebabkan nyeri sendi. Perdarahan sendi bisa tampak sebagai
sendi mengalami bengkak, panas saat dipegang dan sangat sakit saat
digerakkan. Pembengkakan bisa bertambah parah saat perdarahan terus
terjadi. Sendi tidak bisa digerakkan. Jika perdarahan sendi tidak teratasi maka
persendian bisa rusak.
Patofisiologi DIC
1. Aktivasi system koagulasi (consumptive coagulopathy)
2. Gangguan system regulasi (antikoagulan)
- antitrombin
- Activated Protein C (APC)
- Tissue Factor pathway inhibitor (TFPI)
3. Hubungan koagulasi - inflamasi
1. Consumptive Coagulopathy
TOTAL Jika ≥5, overt DIC- tes diulang setiap hari. Jika <5, non-overt DIC – tes
diulang 1-2 hari setelah tes pertama dilakukan.
*jalan pintas dari penilaian fibrin yang berhubungan dengan penanda yang ditegakkan untuk tes
spesifik.
• Airway
• Breathing
• Circulation
• Dissability
• Exposure
• ASUHAN KEPERAWATAN
• Pengkajian
1. Adanya faktor-faktor predisposisi:
· Septicemia (penyebab paling umum)
· Komplikasi obstetric
· SPSD (sindrom distress pernafasan
dewasa)
· Luka bakar berat dan luas
· Neoplasia
· Trauma
2 Pemeriksaan fisik:
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi
prosedur invasif
a. kulit dan mukosa membrane
1. Perembesan difusi darah atau plasma
2. Purpura yang teraba pada awalnya di dada dan
abdomen
3. Bula hemoragi
4. Hemoragi subkutan
5. Hematoma
6. Luka bakar karena plester sianosis akral
( estrimitas berwarna agak
kebiruan, abu –abu, atau ungu gelap )
b. sistem GI
1. Mual dan muntah
2. Uji guayak positif pada emesis atau
aspirasi
3. Nasogastrik dan feses
4. Nyeri hebat pada abdomen
d. sistem pernafasan
5. Peningkatan lingkar abdomen
1. Dispnea
c. sistem ginjal
2. Takipnea
1. Hematuria
2. Oliguria 3. Sputum mengandung darah
e. sistem kardiovaskuler
1. Hipotensi meningkat dan postural
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Nadi perifer tidak teraba
f. sistem saraf perifer
1. Perubahan tingkat kesadaran
2. Gelisah
3. Ketidaksadaran vasomotor
4. Sistem muskuloskeletal
5. Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
1. Insisi operasi
2. Uterus post partum
3. Fundus mata perubahan visual
4. Pada sisi prosedur invasif : suntikan IV, kateter arteral dan selang
nasogastrik atau dada, dll.
5. Kerusakan perfusi jaringan
a. Serebral : perubahan pada sensorium, kacau mental
b. Ginjal : penurunan pengeluaran urin
c. Paru : dispnea dan orthopnea
d. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercak sianosis pada
lengan perifer dan kaki )
Diagnosa Keperawatan