Anda di halaman 1dari 25

TERAPI KELOMPOK

Ruth H.Faidiban, S. Kep.Ns.,M.Med.Ed


A. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah
suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien
pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal antar
anggota.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Secara umum tujuan terapi aktivitas kelompok
adalah meningkatkan kemampuan uji realitas
melalui komunikasi dan umpan balik dengan
atau dari orang lain, melakukan sosialisasi,
meningkatkan kesadaran terhadap hubungan
reaksi emosi dengan tindakan atau perilaku
denfensif, dan meningkatkan motivasi untuk
kemajuan fungsi kognitif dan afektif.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuannya
adalah meningkatkan identitas
diri, menyalurkan emosi secara
konstruktif, meningkatkan
ketrampilan hubungan
interpersonal atau social.
Di samping itu tujuan
rehabilitasinya adalah
meningkatkan ketrampilan
ekspresi diri, social,
meningkatkan kepercayaan diri,
empati, meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan
pemecahan masalah.
C. Karakteristik Pasien

klien dengan masalah keperawatan


seperti resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan,
perilaku kekerasan, defisit
perawatan diri, isolasi social :
menarik diri, dan perubahan
persepsi sensori.
D. Model terapi aktifitas kelompok
1. Focal conflic model
Dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari dan berfokus pada kelompok individu.
Tugas leader adalah membantu kelompok
memahami konflik dan membantu
penyelesaian masalah. Misal ; adanya
perbedaan pendapat antar anggota, bagaimana
masalah ditanggapi anggota dan leader
mengarahkan alternatif penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
• Dikembangkan berdasarkan teori dan
prinsip komunikasi, bahwa tidak
efektifnya komunikasi akan
membawa kelompok menjadi tidak
puas. Tujuan membantu
meningkatkan ketrampilan
interpersonal dan social anggota
kelompok.
Tugas leader adalah memfasilitasi
komunikasi yang efektif antar anggota
dan mengajarkan pada kelompok bahwa
perlu adanya komunikasi dalam
kelompok, anggota bertanggung jawab
terhadap apa yang diucapkan,
komunikasi pada semua jenis : verbal,
non verbal, terbuka dan tertutup, serta
pesan yang disampaikan harus dipahami
orang lain.
3. Model interpersonal
• Tingkah laku (pikiran, perasaan dan
tindakan) digambarkan melalui
hubungan interpersonal dalam
kelompok. Pada model ini juga
menggambarkan sebab akibat
tingkah laku anggota merupakan
akibat dari tingkah laku anggota yang
lain.
Terapist bekerja dengan
individu dan kelompok,
anggota belajar dari interaksi
antar anggota dan terapist.
Melalui proses ini, tingkah laku
atau kesalahan dapat dikoreksi
dan dipelajari.
4. Model psikodrama
• Dengan model ini dapat memotivasi
anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru
terjadi atau peristiwa yang lalu,
sesuai peran yang diperagakan.
Anggota diharapkan dapat
memainkan peran sesuai peristiwa
yang pernah dialami.
E. Fokus Terapi Aktivitas Kelompok
1. Orientasi realitas
- memberikan terapi aktivitas kelompok yang
mengalami gangguan orientasi terhadap orang,
waktu dan tempat.
- Tujuan adalah klien mampu mengidentifikasi
stimulus internal (pikiran, perasaan, sensasi somatic)
dan stimulus eksternal (iklim, bunyi, situasi alam
sekitar), klien dapat membedakan antara lamunan
dan kenyataan, pembicaraan klien sesuai realitas,
klien mampu mengenal diri sendiri dan klien mampu
mengenal orang lain, waktu dan tempat.
- Karakteristik klien : gangguan
orientasi realita (GOR), halusinasi,
waham, ilusi dan depersonalisasi yang
sudah dapat berinteraksi dengan
orang lain, klien kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik,
dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.

 
2. Sosialisasi
• Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist
untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekspresikan iden dan tukar
persepsi dan menerima stimulus eksternal yang
berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Karakteritistik klien : kurang berminat
atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan, sering berada di
tempat tidur, menarik diri, kontak social
kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga,
takut dan cemas, tidak ada inisiatif
memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan,
dan dapat membina trust, mau
berinteraksi dan sehat fisik.
3. Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, stimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses
berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
mal adaptif. Tujuan meningkatkan
kemampuan orientasi realita, memusatkan
perhatian, intelektual, mengemukakan
pendapat dan menerima pendapat orang lain
dan mengemukakan perasaannya.
Karakteristik klien : gangguan
persepsi yang berhubungan
dengan nilai – nilai, menarik diri
dari realita, inisiati atau ide –
ide yang negatif, kondisi fisik
sehat, dapat berkomunikasi
verbal, kooperatif dan
mengikuti kegiatan.
4. Stimulasi sensori
• Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada
klien yang mengalami kemunduran sensoris.
Tujuan meningkatkan kemampuan sensori,
memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan
mengekspresikan perasaan.
5. Penyaluran energi
• Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi
secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi
dari destruktif menjadi konstruktif,
mengekspresikan perasaan dan meningkatkan
hubungan interpersonal.
F. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas
kelompok
• Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen,
1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok
adalah sebagai berikut :
• Pre kelompok
• Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan,
siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
1. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan
tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system
social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam
proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa
dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan
saling ketergantungan yang akan
terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk
mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
2. Fase kerja
• Pada tahap ini kelompok sudah menjadi
tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan
tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
3. Fase terminasi
• Ada dua jenis terminasi (akhir dan
sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses
atau sukses.
G. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.

• Mempersiapkan program terapi


aktivitas kelompok.
• Sebagai leader dan co leader
• Sebagai fasilitator
• Sebagai observer
• Mengatasi masalah yang timbul pada
saat pelaksanaan

Anda mungkin juga menyukai