2. Sosialisasi
• Maksudnya adalah memfasilitasi psikoterapist
untuk memantau dan meningkatkan hubungan
interpersonal, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekspresikan iden dan tukar
persepsi dan menerima stimulus eksternal yang
berasal dari lingkungan. Tujuan meningkatkan
hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan,
memberikan tanggapan terhadap orang lain,
mengekspresikan ide serta menerima stimulus
eksternal.
Karakteritistik klien : kurang berminat
atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan, sering berada di
tempat tidur, menarik diri, kontak social
kurang, harga diri rendah, gelisah ,curiga,
takut dan cemas, tidak ada inisiatif
memulai pembicaraan, menjawab
seperlunya, jawaban sesuai pertanyaan,
dan dapat membina trust, mau
berinteraksi dan sehat fisik.
3. Stimulasi persepsi
Maksudnya adalah membantu klien yang
mengalami kemunduran orientasi, stimulasi
persepsi dalam upaya memotivasi proses
berpikir dan afektif serta mengurangi perilaku
mal adaptif. Tujuan meningkatkan
kemampuan orientasi realita, memusatkan
perhatian, intelektual, mengemukakan
pendapat dan menerima pendapat orang lain
dan mengemukakan perasaannya.
Karakteristik klien : gangguan
persepsi yang berhubungan
dengan nilai – nilai, menarik diri
dari realita, inisiati atau ide –
ide yang negatif, kondisi fisik
sehat, dapat berkomunikasi
verbal, kooperatif dan
mengikuti kegiatan.
4. Stimulasi sensori
• Maksudnya adalah menstimulasi sensori pada
klien yang mengalami kemunduran sensoris.
Tujuan meningkatkan kemampuan sensori,
memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan
mengekspresikan perasaan.
5. Penyaluran energi
• Maksudnya adalah untuk menyalurkan energi
secara konstruktif. Tujuan menyalurkan energi
dari destruktif menjadi konstruktif,
mengekspresikan perasaan dan meningkatkan
hubungan interpersonal.
F. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas
kelompok
• Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen,
1995, fase – fase dalam terapi aktivitas kelompok
adalah sebagai berikut :
• Pre kelompok
• Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan,
siapa yang menjadi leader, anggota, dimana, kapan
kegiatan kelompok tersebut dilaksanakan, proses
evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti
proyektor dan jika memungkian biaya dan keuangan.
1. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan
tahapan yang terjadi yaitu orientasi,
konflik atau kebersamaan.
a. Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system
social masing – masing, dan leader mulai
menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontrak dengan anggota.
b. Konflik
Merupakan masa sulit dalam
proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa
dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan
saling ketergantungan yang akan
terjadi.
c. Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk
mengatasi masalah, anggota mulai
menemukan siapa dirinya.
2. Fase kerja
• Pada tahap ini kelompok sudah menjadi
tim. Perasaan positif dan engatif dikoreksi
dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati, kecemasan menurun,
kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan
tujuan dan tugas kelompok, dan
penyelesaian masalah yang kreatif.
3. Fase terminasi
• Ada dua jenis terminasi (akhir dan
sementara). Anggota kelompok mungkin
mengalami terminasi premature, tidak sukses
atau sukses.
G. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.