Anda di halaman 1dari 45

KEBUTUHAN OKSIGENASI

TIM PENGAJAR KEPERAWATAN DASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
KUPANG
PENGERTIAN
 Oksigenasi adalah peristiwa menghirup
udara dari luar yang mengandung Oksigen
(O2) kedalam tubuh serta menghembuskan
Carbondioksida (CO2) sebagai hasil sisa
oksidasi
Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh

ditentukan oleh sistem respirasi


(pernafasan), kardiovaskuler dan
hematology.
SISTEM TUBUH YANG BERPERAN
DALAM KEBUTUHAN OKSIGENASI

 Saluran pernapasan bagian atas


 Saluran pernapasan bagian bawah
 Paru
ORGAN PERNAPASAN MANUSIA

1. Hidung
2. Tenggorokan / trakea
3. Bronkus
4. Bronkiolus
5. Alveolus Paru-paru
FISIOLOGI PERNAFASAN

Proses respirasi:
1. Ventilasi Pulmoner
2. Difusi Gas antara alveoli dan
Kapiler Paru
3. Transport O2 dan CO2 melalui
darah ke sel – sel jaringan
1. Ventilasi Pulmoner

Proses
 pertukaran udara alveoli dan atmosfir / udara
luar.
Meningkat saat aktifitas dan dalam keadaan sakit.

Selama inspirasi rusuk akan naik oleh karena aksi


otot leher anterior dan kontraksi otot intercostal


external.
Selama ekspirasi rusuk akan turun oleh karena aksi

otot perut anterior.


Aktifitas otot tambahan dan usaha nafas bertambah

pada klien dengan penyakit obstruksi saluran


pernafasan.
Ventilasi Pulmoner tergantung dari

Kecukupan
 O2 di Udara Luar
Konsentrasi O2 pada tempat tinggi lebih rendah dari di
laut.
Kebersihan Jalan Nafas

Kembang kempis Paru


Pengembangan semua bagian paru dan dada.


Regulasi Respirasi

Pengatur ventilasi paru ( PO2 dan PCO2 ) tetap


konstan, Pusat pengendali pernafasan terletak di
medulla oblongata dan pons.
Volume Pulmoner
Volume tidal ( TV ) : jumlah udara yang digunakan
pada tiap siklus respirasi. 500 ml pada laki – laki dan
400 ml pada wanita.
Volume cadangan inspirasi / Inspiratory reserve
volume ( IRV ) : jumlah udara yang didapat pada
inhalasi maksimal, 3100 ml
Volume cadangan ekspirasi / Expiratory reserve
volume ( ERV ) : jumlah udara yang dikeluarkan
pada saat ekspirasi kuat, 1200 ml.
Volume residu ( RV ) : jumlah udara yang tersisa
setelah ekspirasi, normalnya 1200 ml
Kapasitas Pulmoner
• Kapasitas total paru ( TLC ) : jumlah udara
maksimal dalam paru setelah inspirasi maksimal :
TLC = TV + IRV + ERV + RV, 6000 ml
• Kapasitas vital ( VC ) : jumlah udara yang dapat
diekspirasi setelah inspirasi kuat : VC = TV + IRV
+ ERV ( biasanya 80 % TLC ), 4800 ml
• Kapasitas inpirasi ( IC ) : jumlah udara maksimal
yang didapat setelah ekspirasi normal, IC = TV +
IRV , 3600 ml
• Kapasitas fungsional residu ( FRC ) : volume udara
yang tertinggal dalam paru setelah ekspirasi
normal volume tidal, FRC = ERV + RV, 2400 ml
Tekanan Pulmoner
Saat inspirasi, volume paru
bertambah, dan tekanan
intrapulmoner menurun.
Saat ekspirasi volume paru
menurun, dan tekanan
intrapulmonal meningkat.
2. Difusi Gas
Difusi adalah pergerakan gas/partikel dari tempat bertekanan tinggi ke tempat
bertekanan rendah.
Faktor yang berpengaruh pada difusi gas dari membran respirasi :
1. Ketebalan membran
→ ketebalan membran akan bertambah pada pasien dengan edema pulmoner atau
penyakit pulmoner yang lain.
→ bertambahnya ketebalan membran menyebabkan penurunan difusi gas.
2. Area permukaan membran
3. Koefisien difusi gas
Tergantung berat molekul dan kelarutan gas dalam membran. CO2 dapat
berdifusi 20 kali lebih cepat dari O2.
4. Perbedaan tekanan pada semua sisi membran
perbedaan tekanan udara pada semua sisi membran respirasi berpengaruh pada
proses difusi. Jika tekanan oksigen pada alveoli lebih besar dari darah, maka o2
berdifusi ke darah. Perbedaan normal dari PO2 antara alveoli dan darah adalah 40
mm Hg.
3. Transpor oksigen dan karbon dioksida

Oksigen ke jaringan – jaringan, dan


karbondioksida dari jaringan ke paru.
Normalnya 97 % O2 berikatan dengan

hemoglobin dalam sel darah merah secara


bebas, dan dibawa ke jaringan sebagai
oxyhemoglobin.
Normalnya 25 % atau 5 ml dari O2 per 100

ml didifusikan ke jaringan – jaringan.


Faktor Berpengaruh Transport Oksigen

 Cardiac Output : → 5 liter per menit.


 Jumlah Erytrocit : laki – laki 5juta/mm³ dan wanita 4,5 juta /mm³.
 Latihan

Bertambahnya latihan → peningkatan transport O2 ( 20 x kondisi


normal ), menigkatkan cardiac uotput dan penggunaan O2 oleh sel.
 Hematokrit Darah

Normalnya 40 % – 54 % pada laki – laki, dan 37 % – 47 % pada


wanita.
Meningkatnya hematokrit → peningkatan viskositas
 Bertambanya cardiac output → meningkatnya transport oksigen.

Normalnya, dalam kondisi istirahat sekitar 4 ml CO2 per 100 ml


darah ditransport dari jaringan ke paru – paru.
FAKTOR – FAKTOR YANG BERPENGARUH
TERHADAP OKSIGENASI :

1. Lingkungan / Enviroment : Ketinggian, panas, dingin, dan polusi udara berpengaruh


pada oksigenasi.

2. Latihan / Exercise : Aktifitas atau latihan fisik → meningkatkan respiratory dan


heart rate, dan suplai O2 di dalam tubuh.

3. Emosi / Emotions

4. Gaya Hidup / Life Style


Silicosis → pada seseorang pemecah batu ; Asbestosis → pada pekerja asbes
Antracosis → pada penambang batu bara ; Petani → penyakit debu organic
Rokok cigarret → faktor predisposisi pada penyakit paru

5. Status Kesehatan / Health Status

6. Narcotics : Menurunkan rata – rata dan kedalaman pernafasan oleh karena depresi
pusat respirasi pada medulla.
MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN
FUNGSI RESPIRASI

HYPOXIA
Merupakan kondisi ketidakcukupan oksigen dalam tubuh,
PERUBAHAN POLA NAFAS
Tachypnea → nafas yang cepat ( penurunan O2 dalam darah ).
Bradypnea → nafas yang lambat ( penyebab depresi respirasi ), asidosis
metabolik, dan pasien dengan PTIK ( peningkatan tekanan intrakranial, →
injuri otak ).
Hyperventilasi → jumlah udara dalam paru berlebihan. Sebab udara dalam
alveoli melebihi kebutuhan tubuh.
Hypoventilasi → ketidakcukupan ventilasi alveoli ( ventilasi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh ), sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran
darah. Hypoventilasi dapat terjadi sebagai akibat dari kollaps alveoli,
obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari beberapa obat.
Ritme respirasi abnormal :
Cheyne Stokes → bertambah dan berkurangnya ritme respirasi, dari
pernafasan yang sangat dalam, lambat dan akhirnya diikuti periode
apnea, o.k gagal jantung kongestif, PTIK dan overdosis obat.
Kussmaul’s ( hyperventilasi ) → peningkatan kecepatan dan

kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit. Dijumpai pada


asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
Apneustic → henti nafas, pada gangguan sistem saraf pusat
Biot”s → nafas dangkal, mungkin dijumpai pada orang sehat dan

klien dengan gangguan sistem saraf pusat.


Normalnya bernafas hanya membutuhkan sedikit usaha. Kesulitan
bernafas disebut dyspnea
OBSTRUKSI JALAN NAFAS

Obstruksi partial atau total jalan nafas.


Disebabkan benda asing, sperti makanan,
lidah jatuh ke belakang ( pada pasien tidak
sadar ), penumpukan sekret pada jalan
nafas.
KONTROL SARAF ATAS RESPIRASI

Ventilasi dikontrol oleh pusat napas dibatang


otak bagian bawah di daerah medula dan
pons. Di medula, terdpt neuron2 inspirasi &
ekspirasi yg lepaskan muatan pd waktu yg
berbeda dlm suatu pola kecepatan & irama
yg telah ditentukan sebelumnya.
Neuron2 respirasi menjalankan respirasi dgn
rangsangan neuron motorik yg persarafi
diafragma dan otot2 antar iga 
` Neuron motorik yang menjalankan
respirasi
Neuron motorik utama yg mengontrol pernapasan
adlh saraf frenikus. Apabila diaktifkan oleh
neuron2 inspirasi pusat, maka saraf frenikus
menyebabkan dada mengembang & udara mulai
mengalir dari atmosfir ke dlm paru. Hal ini
disebut inspirasi. Seiring dgn berlanjut inspirasi,
maka pelepasan oleh muatan neuron2 ekspirasi
meningkat, sehingga aktivitas neuron motorik
berhenti & terjadi relaksasi diafragma & otot2
antar iga. Dada kembali mengempis & udara
mengalir keluar paru. Aliran udara yg keluar dari
paru adlh ekspirasi. 
Kemoreseptor sentral
Kemoreseptor sentral di otak berespon terhadap
perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam cairan
cerebrospinalis. Ion hidrogen meningkatkan
kecepatan pelepsan muatan kemoreseptor. Sebaliknya
penu8runan konsentrasi ion hidrogen menurunkan
kecepatan konsentrasi muatan kemoreseptor.
Informasi dari kemoreseptor pusat disalurkan ke
pusat pernapasan otak sebagai respon nyata,
meningkatkan atau menurunkan kecepatan
pernapasan. Konsentrasi ion hidrigen biasanya
mencerminkan konsentrasi CO2. Dengan demikian,
sewaktu kadar CO2 meningkat, kadar ion hidrogen
meningkat dan kecepatan pelepasan neuron – neuron
inspirasi meningkat. Pada kadar CO2 dan ion
hidrogen yang rendah, kecepatan pelepasan muatan
oleh neuron – neuron inspirasi berkurang.
Kemoreseptor perifer
Terdapat di arteri karotis dan aorta dan
memantau konsentrasi O2 di dalam
darah arteri. Reseptor2 ini disebut
badan karotis dan aorta, mengirim
impuls mereka ke pusat pernapasan di
medula dan pons terutama untuk
meningkatkan ventilasi sewaktu kadar
O2 rendah. Kemoreseptor ini kurang
sensitif dari pada kemoreseptor sentral.
PELAKSANAAN PROSEDUR OKSIGENASI

1. Latihan Napas
Latihan napas merupakan cara
bernapas untuk memperbaiki
ventilasi alveoli atau memelihara
pertukaran gas, mencegah atelektasis,
meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stres.
PROSEDUR KERJA
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi( duduk atau tidur terlentang )
4. Anjurkan untuk mulai latihan dengan cara
napas melalui hidung dengan mulut
tertutup.
5. Anjurkan untuk menahan napas selama 1-
1,5 detik, kemudian disusul dengan
menghembuskan napas melalui bibir
mencucu
6. Catat respon yang terjadi
7. Cuci tangan
2. Latihan Batuk Efektif

Latihan batuk untuk membersihkan laring,trakea,


dan bronkiolus dari sekret atau benda asing di
jalan napas
PROSEDUR KERJA :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur posisi pasien dengan duduk di tepi tempat
membungkuk ke depan
4. Anjurkan menarik napas secara pelan dan dalam dengan
menggunakan pernapasan diafragma
5. Setelah itu tahan napas kurang lebih 2 detik
6. Batukan 2 kali dengan mulut
terbuka
7. Tarik napas dengan ringan
8. Istirahat
9. Catat respon yang terjadi
10. Cuci tangan
3. Pemberian Oksigen

 Memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui


saluran pernapasan dengan menggunakan alat
bantu oksigen: melalui kanul, nasal, masker
untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencegah hipoksia.

 Oksigen yang diberikan dengan konsentrasi yang


rendah ( 24 – 40 % ) dengan kecepatan 2-4
liter/menit
1. Alat dan Bahan
a. Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter dan humidifer
b. Nasal kateter, kanula, masker
c. Vaselin/jeli.
d. Plester
2. Prosedur Kerja
a. Periksa program terapi medik
b. Ucapkan salam teraupetik
c. Cuci tangan
d. Jelaskan prosedur kerja dan kaji gejala hipoksia dan sekret pada jalan
napas
e. Cek Flowmeter dan Humidifier
f. Sambungkan kanul nasal ke selang oksigen dan ke sumber oksigen
g. Hidupkan tabung oksigen
h. Atur pasien pada posisi semifowler atau sesuai dengan kondisi pasien
i. Berikan oksigen melalui kanul
j. Pastikan aliran oksigen berfungsi dengan baik :
selang tidak tertekuk, terasa udara keluar melalui kanul
k. Catat pemberian dan lakukan observasi
l. Cuci tangan
PEMBERIAN OKSIGEN MELALUI MASKER ( FASK MASK )

 Memberikan oksigen dengan konsentrasi dan


kecepatan aliran 40-60 % pada kecepatan 5-
8 liter/menit
 Persiapan alat
◦ Fase mask, sesuai dengan kebutuhan dan ukuran
pasien
◦ Selang oksigen
◦ Hudimifier
◦ Cairan steril
◦ Tabung Oksigen dengan flowmeter
◦ Pita/Tali palstik
PROSEDUR

1. Lakukan 1-5 seperti pada pemberian oksigen melalui kanul nasal


2. Sambungkan masker ke selang dan ke sumber oksigen
3. Atur pita elastik ke telinga sampai masker terasa pas dan
nyaman
4. Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran
5. Periksa masker,aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat
tergantung kondisi dan keadaan umum
6. Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu
7. Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi
setiap 8 jam
8. Kaji iritasi pada membran mukosa
9. Cuci tangan
10. Evaluasi respon pasien
11. Catat hasil tindakan yang telah dilakukan
FISIOTERAPI DADA

 Postural drainage
 Clapping
 Vibrating
 Alat dan Bahan :
1. Pot sputum berisi desinfektan
2. Kertas Tisu
3. Dua balok tempat tidur ( postural drainage )
4. Satu bantal ( postural drainage )
PROSEDUR KERJA

 Postural Drainage
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Miringkan tubuh pasien ke arah kiri ( untuk membersihkan
paru bagian kanan )
4. Miringkan tubuh pasien ke arah kanan ( untuk
membersihkan paru bagian kiri )
5. Miringkan tubuh pasien ke kiri dan tubuh bagian belakang
kanan di sokong dengan satu bantal ( untuk
membersihkan bagian lobus tengah )
6. Lakukan postual drainage ± 10-15 menit
7. Observasi TTV selama prosedur
8. Setelah pelaksanaan postural drainage lakukan Clapping,
Vibrating, dan suction
9. Lakukan hingga lendir bersih
10. Cuci tangan
• Clapping
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisinya
4. Lakukan clapping dengan cara kedua tangan
perawat menepuk punggung pasien secara
bergantian untuk merangsang terjadinya batuk
5. Bila pasien sudah batuk, berhenti sebentar dan
anjurkan menampung sputum pada pot sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
8. Cuci tangan
• Vibrating
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur posisi pasien sesuai dengan kondisi
4. Lakukan vibrating dengan anjurkan pasien untuk menarik napas
dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Kedua tangan
perawat diletakan di bagian atas samping depan cekungan
iga,kemudian getarkan secara perlahan dan lakukan berkali-kali
hingga pasien batuk
5. Bila pasien sudah batuk berhenti sebentar dan anjurkan untuk
menampungnya pada pot sputum
6. Lakukan hingga lendir bersih
7. Catat respon yang terjadi
8. Cuci tangan
• Pengisapan Lendir
Dilakukan saat pasien tidak mampu
mengeluarkan sekret sendiri untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi
kebutuhan oksigen
Alat dan bahan :
 Alat pengisap lendir dengan botol berisi
larutan desinfektan
 Kateter pengisap lendir
 Pinset steril
 Sarung tangan steril
 Dua buah kom berisi larutan aquades atau
NaCl 0.9% dan larutan desinfektan
 Kasa steril
 Kertas Tissue
Prosedur Kerja Suction

1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
3. Atur pasien pada posisi terlentang dengan kepala miring ke arah
perawat
4. Gunakan sarung tangan
5. Hubungkan kateter pengisap dengan selang pengisap
6. Hidupkan mesin pengisap
7. Lakukan pengisapan lendir dengan memasukan kateter pengisap ke
dalam kom berisi aquades atau NaCl 0,9 % untuk mencegah trauma
mukosa
8. Masukan kateter pengisap dalam keadaan tidak mengisap
9. Tarik dengan memutar kateter pengisap kurang dari 3-5 detik
10. Bilas kateter dengan aguades atau NaCl 0,9%
11. Lakukan hingga lendir bersih
12. Catat respon yang terjadi
13. Cuci tangan
WSD ( Water Seal Drainage )

 Pengertian
:
Merupakan tindakan invasif yang dialakukan
untuk mengeluarkan udara, cairan (darah, pus)
dari rongga pleura, rongga thoraks, dan
mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.
Indikasi dan tujuan pemasangan WSD :

 Pneumotoraks, hemotoraks, empyema


 Bedah paru :
 karena ruptur pleura udara dapat masuk ke dalam rongga

pleura
 reseksi segmental msalnya pada tumor, TBC
 lobectomy, misal pada tumor, abses, TBC
Tujuan pemasangan WSD

 Memungkinkan cairan ( darah, pus, efusi pleura )


keluar dari rongga pleura
 Memungkinkan udara keluar dari rongga pleura
 Mencegah udara masuk kembali ke rongga pleura
yang dapat menyebabkan pneumotoraks
 Mempertahankan agar paru tetap mengembang
dengan jalan mempertahankan tekanan negatif
pada intra pleura.
Prinsip kerja WSD

 Gravitasi: Udara dan cairan mengalir dari


tekanan yang tinggi ke tekanan yang
rendah.
 Tekanan positif : Udara dan cairan dalam

kavum pleura ( + 763 mmHg atau lebih ).


Akhir pipa WSD menghasilkan tekanan
WSD sedikit ( + 761 mmHg )
Jenis WSD

Satu botol
 Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel.
Penutup mempunyai dua lobang, satu untuk ventilasi udara
dan lainnya memungkinkan selang masuk hampir ke dasar
botol. Keuntungannya adalah :
 Penyusunannya sederhana

 Mudah untuk pasien yang berjalan

Kerugiannya adalah :
 Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang

diperlukan
 Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol
 Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam

botol yang membatasi garis pengukuran drainase


Lanjutan….

Dua botol
 Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol

penampung dan yang kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem
dua botol, penghisapan dapat dilakukan pada segel botol dalam air
dengan menghubungkannya ke ventilasi udara.
 Keuntungan :

 Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

 Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

Kerugian :
 Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk

masuk ke dalam area pleura.


 Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari

tekanan botol.
 Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran

udara.
Lanjutan

Tiga botol
 Pada sistem tiga botol, botol kontrol penghisap

ditambahkan ke sistem dua botol.


 Botol ketiga disusun mirip dengan botol segel dalam

air
 Keuntungan :
 sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.
 Kerugian :
 Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya
kesalahan dalam perakitan dan pemeliharaan.
 Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi
Tempat pemasangan WSD

 Bagian apeks paru ( apikal ) Anterolateral


interkosta ke 1 - 2 untuk mengeluarkan
udara bagian basal
 Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk
mengeluarkan cairan ( darah, pus ).
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai