Anda di halaman 1dari 18

GELOMBANG

CAHAYA
INTERFERENSI CAHAYA

Interferensi cahaya adalah keadaan saat dua gelombang cahaya atau lebih berpadu dan
membentuk gelombang cahaya gabungan. Syarat terjadinya interferensi cahaya ini adalah
gelombang-gelombang cahayanya berasal dari sumber yang koheren, sehingga,
amplitudo, panjang gelombang, dan frekuensi yang sama, serta beda fase yang selalu
tetap.
Hasil interferensi dari dua gelombang cahay yang koheren (beda fase tetap, frekuensi sama,
dan amplitudo sama) akan meghasilkan pola gelap terang.
INTERFERENSI CELAH GANDA

Pertama-tama, cahaya melewati satu celah. Selanjutnya, cahaya melewati dua celah sempit.
Saat cahaya melewati dua celah sempit, gelombang cahaya akan saling berpadu dan
membentuk gelombang cahaya gabungan. Hal ini disebabkan karena gelombang-
gelombangnya menempuh panjang lintasan yang berbeda. Nah, perbedaan panjang lintasan
ini mengakibatkan gelombang-gelombang mengalami perbedaan fase dan menciptakan pola
interferensi.
Perbedaan fase ini ada yang saling menguatkan, sehingga menghasilkan interferensi
konstruktif, dan ada yang saling melemahkan, sehingga menghasilkan interferensi destruktif.
RUMUS INTERFERENSI
DIFRAKSI CAHAYA

Difraksi cahaya ngejelasin kalo suatu cahaya yang ngelewatin suatu celah bakalan kepecah
menjadi beberapa cahaya baru yang terdiri dari wilayah terang dan gelap. Difraksi cahaya ini
kebagi menjadi dua berdasarkan celah yang dilewati yaitu celah tunggal dan celah banyak.
Difraksi cahaya adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan gelombang oleh celah sempit sebagai
penghalang. Gelombang terdifraksi selanjutnya berinterferensi satu sama lain sehingga menghasilkan daerah
penguatan dan pelemahan.

Tahun 1665 Francesco Grimaldi memperlihatkan bahwa cahaya tampak berbelok dan memancar melebar jika
melewati celah sempit. Ia menamakan pembelokan itu difraksi.
CELAH TUNGGAL

Kalo cahaya ngelewatin sebuah celah tunggal, cahaya bakalan ngebentuk sisi terang pada layar yang
lebar sisi terangnya sama dengan lebar celah. Untuk wilayah sekitar yang nggak kena cahaya secara
langsung tetap memiliki sisi terang tapi nggak sebesar layar yang berhadapan dengan sumber cahaya.
CELAH GANDA

Cahaya yang ngelewatin sebuah celah yang banyak, bakalan ngemilikin banyak sisi terang yang sama
cuman tergantung dari letak kisi.
DISPERSI

. Dispersi adalah sebuah peristiwa terurainya cahaya polikromatik (putih) menjadi


monokromatik (merah-ungu) pada prisma lewat pembiasan cahaya.
Pada Pelangi cahaya matahari yang bersifat polikromatik ini dibiaskan oleh tetes air hujan
yang ada di atmosfer dengan sudut yang berbeda-beda. Akibatnya, warna polikromatik dari
cahaya matahari akan terurai menjadi monokromatik, dan warna-warna monokromatik
tersebut nantinya akan memantul di belakang tetesan air hujan yang berbentuk speris dan
membentuk pelangi.
Dispersi terjadi akibat adanya perbedaan deviasi untuk setiap panjang gelombang, yang
disebabkan oleh perbedaan kelajuan masing-masing gelombang pada saat melewati medium
pembias.
POLARISASI

Polarisasi cahaya ngejelasin kalo suatu cahaya yang ngelewatin sebuah media polarisator
bakalan berkurang intensitas cahayanya dan bisa kita liat dengan mudah. Polarisasi adalah
bukti bahwa cahaya adalah gelombang transversal. Polarisasi bisa terjadi akibat pembiasan
dan ardsorpsi.
POLARISASI KARENA REFLEKSI

Cahaya datang dan mengenai batas medium akan mengalami pemantulan dan pembiasan
seperti gambar (a). Perubahan sudut datang akan merubah sudut pantul ip dan sudut bias r.
Pada suatu saat sinar pantul dan sinar bias akan saling tegak lurus. Saat terjadi keadaan
seperti inilah akan terjadi pembagian intensitas pada kedua sinar itu, I untuk sinar bias dan I
untuk sinar pantul sehingga sinarnya mengalami polarisasi, lihat gambar (b).
Pada polarisasi linier ini akan berlaku hubungan-hubungan seperti di bawah.

ip + r = 90̊

tg ip =
Persamaan inilah yang dikenal sebagai hukum Brewster sesuai nama ilmuwan yang pertama
kali mempelajarinya, Daved Brewter (1781-1868).
POLARISASI CAHAYA KARENA BIAS KEMBAR
(PEMBIASAN GANDA)
Polarisasi karena bias kembar dapat terjadi apabila cahaya melewati suatu bahan yang mempunyai indeks bias ganda
atau lebih dari satu, misalnya pada kristal kalsit.

seberkas cahaya yang jatuh tegak lurus pada permukaan kristal kalsit, maka cahaya yang keluar akan terurai menjadi dua
berkas cahaya, yaitu satu berkas cahaya yang tetap lurus dan berkas cahaya yang dibelokkan. Cahaya yang lurus disebut
cahaya biasa, yang memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini tidak terpolarisasi. Sedangkan cahaya yang dibelokkan
disebut cahaya istimewa karena tidak memenuhi hukum Snellius dan cahaya ini adalah cahaya yang terpolarisasi.
POLARISASI CAHAYA KARENA HAMBURAN

Polarisasi cahaya karena peristiwa hamburan dapat terjadi pada peristiwa terhamburnya
cahaya matahari oleh partikel-partikel debu di atmosfer yang menyelubungi Bumi. Cahaya
matahari yang terhambur oleh partikel debu dapat terpolarisasi. Itulah sebabnya pada hari
yang cerah langit kelihatan berwarna biru. Hal itu disebabkan oleh warna cahaya biru
dihamburkan paling efektif dibandingkan dengan cahaya-cahaya warna yang lainnya.
POLARISASI CAHAYA KARENA PEMUTARAN
BIDANG POLARISASI
seberkas cahaya tak terpolarisasi melewati sebuah polarisator sehingga cahaya yang
diteruskan terpolarisasi. Cahaya terpolarisasi melewati zat optik aktif, misalnya larutan gula
pasir, maka arah polarisasinya dapat berputar. Besarnya sudut perubahan arah polarisasi
cahaya θ tergantung pada konsentrasi larutan c, panjang larutan l dan sudut putar larutan β.
Hubungan ini dapat ditulis secara matematik sebagai:
θ = c.β. l
POLARISASI CAHAYA KARENA ABSORBSI
SELEKTIF
Absorbsi selektif adalah penyerapan intensitas cahaya karena penyerapan yang terseleksi yaitu
penyerapan komponen-komponen cahaya tertentu. Bahan yang dapat menyerap secara selektif
ini dinamakan polarisator.
Cahaya yang terpolarisasi intensitasnya menjadi I = I0. Bagaimana jika cahaya terpolarisasi tersebut dilewatkan pada bahan polarisator lain
dengan membentuk sudut α terhadap polarisator pertama? Secara eksperimen dapat diperoleh hubungan seperti persamaan berikut.

I’ = I cos2 α atau I’ = I0 α

dengan :

I0 = Intensitas cahaya awal


I = Intensitas cahaya terpolarisasi
I’ = Intensitas cahaya setelah melalui dua bahan polarisator
α = sudut antara kedua polarisator

Persamaan inilah yang kemudian dikenal sebagai hukum Mallus dalam polarisasi cahaya.

Anda mungkin juga menyukai