Anda di halaman 1dari 12

Analisis Perubahan UU

No. 4 Tahun 2009 dan


UU No. 3 Tahun 2020
Nama Anggota:
1. Hema Efrina Sihotang120370013
2. Febriyani Mesah 120370014
3. Fahreza Anarta 120370026
4. Sesilia Yuan Petriksia 120370032
5. Antonius Togar Sihotang 120370037
6. Gilang Ariyanto 120370042
7. Fathi Habib Ys 120370046
8. Abdul Hafizh Nurli Putra 120370047
9. Muhammad Muklis Harahap 120370048
UU Lama:
Pasal 4.
Pertambangan Mineral adalah Pertambangan kumpulan Mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas
bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

Setelah Perubahan:
Pasal 4
(1) Mineral dan Batubara sebagai sumber daya alam yang tak terbarukan merupakan kekayaan nasional dikuasai
oleh negara untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat.
(2) Penguasaan Mineral dan Batubara oleh negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
(3) Penguasaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan melalui fungsi kebijakan, pengaturan,
pengurusan, pengeloiaan, dan pengawasan.

Analisis Pasal 4:
Disini kita dapat melihat jika pada pasal 4 uu yang lama hanya menjelaskan pengertian tentang pertambangan
mineral, kemudian pada pasal 4 yang baru dikemas kembali dan membentuk 3 ayat dimana pada ayat pertama
menjelaskan tentang betapa pentingnya mineral dan batu bara terhadap kesejahteraan rakyat, pada ayat kedua
menjelaskan tentang pemerintah pusat yang memegan kekuasaan mineral dan batu bara, dan diayat ketiga
penguaasaan pada ayat kedua dilaksanakan melalui fungsi kebijaan, pengaturan, pengurusan, pengelolaan, dan
pengawasan pemerintah.
UU Lama:
Pasal 5.
Pertambangan Batubara adalah Pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut,
dan batuan aspal.

Setelah Perubahan:
Pasal 5
(1) Untuk kepentingan nasional, Pemerintah Pusat setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
menetapkan kebijakan nasional pengutamaan Mineral dan/atau Batubara untuk kepentingan dalam negeri. (2) Untuk
melaksanakan kepentingan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan untuk
menetapkanjumlah produksi, Penjualan, dan harga Mineral logam, Mineral bukan logam jenis tertentu, atau Batubara. (3)
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengutamaan Mineral dan/atau Batubara untuk kepentingan nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan penetapanjumlah produksi, Penjualan, serta harga Mineral logam, Mineral bukan logam jenis tertentu, atau
Batubara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Ananlisis Pasal 5:
Bisa kita lihat bahwasanya pada pasal 5 yang lama hanya menjelaskan pengertian tentang pertambangan batu bara, sedangkan
pada pasal 5 yang baru terdapat pembaruan yang dikemas menjadi 3 ayat, dimana ayat pertama menjelaskan bahwa mineral dan
batubara hanya dikhususkan untuk kepentingan dalam negeri, kemudian pada ayat kedua tentang ketetapan jumlah produksi,
harga, dan penjualan pada mineral logam dan non logam, dan di ayat ketiga menjelaskan bahwa pada ayat pertama dan kedua
diatur berdasarkan peraturan pemerintah.
UU Lama: Pasal 6.
Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan Mineral atau Batubara yang meliputi
tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan danf atau pemurnian atau pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan
penjualan, serta pasca tambang.

Setelah perubahan: Pasal 6


Pemerintah Fusat dalam pengelolaan Pertambangan Mineral dan Batubara, berwenang: a. menetapkan
rencana pengelolaan Mineral dan Batubara nasional; b. menetapkan kebijakan Mineral dan Batubara
nasional; c. menetapkan peraturan perundang-undangan; d. menetapkan standar nasional, pedoman,
dan kriteria; e. melakukan Penyelidikan dan Penelitian Pertambangan pada seluruh Wilayah Hukum
Pertambangan; f. menetapkan WP setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan
kewenangannya dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia; g.
menetapkan WIUP Mineral logam dan WIUP Batubara.

Analisis Pasal 6:
Sebenarnya perbedaan antara pasal 6 yang lama dan 6 yang baru ini hanya lebih pemfokusan terhadap
kebijakan mineral dan batu bara, sedangkan pada pasal 6 yang lama menjelaskan pengertian tentang
usaha pertambangan.
UU lama: Pasal 9
(1) WP sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan bagi penetapan kegiatan
pertambangan. (2) WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah setelah
berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia.

Setelah perubahan: Pasal 9


WP sebagai bagian dari Wilayah Hukum Pertambangan merupakan landasan bagi penetapan
kegiatan Usaha Pertambangan. (2) WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat setelah ditentukan oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan
kewenangannya dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Analisis Pasal 9:
Jadi pada pasal 9 ini, terdapat sebuah kemiripan antara pasal 9 lama dan pasal 9 baru, hanya ada
sedikit perbedaan, pada ayat pertama terdapat perubahan antara “pertambangan” dan “usaha
pertambangan” , kemudian pada ayat kedua, terdapat perubahan bahwa konsultasi pada pasal 9
yang lama langsung kepada DPR RI, tetapi pada pasal 9 yang baru harus melalui pemerintah daerah
dahulu baru ke DPR RI.
UU lama: Pasal 11
Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan penyelidikan dan
penelitian pertambangan dalam rangka penyiapan WP

Setelah Perubahan: Pasal 11


Menteri melakukan Penyelidikan dan Penelitian dalamrangka penyiapan WP.

Analisis Pasal 11:


pada pasal ini terdapat perubahan penugasan terhadap penyelidikan dan
penelitian pertambangan dalam penyiapan Wilayah Penambangan, dimana
pada pasal 11 yang lama ditugaskan kepada pemerintah dan pemerintah daerah,
sedangkan pada pasal 11 yang baru ditugaskan kepada menteri
UU lama: Pasal 27
(1) Untuk kepentingan strategis nasional, Pemerintah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia dan dengan memperhatikan aspirasi daerah menetapkan WPN sebagai daerah
yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga
keseimbangan ekosistem dan lingkungan.
(2) WPN yang ditetapkan untuk komoditas tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diusahakan sebagian luas wilayahnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik
Indonesia.
(3) WPN yang ditetapkan untuk konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan batasan
waktu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(4) Wilayah yang akan diusahakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) berubah statusnya
menjadi WUPK.
Setelah Perubahan: Pasal 27
(5) Dihapus
(6) WPN dapat diusahakan sebagian atau seluruh luas wilayahnya dengan persetujuan Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia.
(7) Dihapus.
(8) WPN yang diusahakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berubah statusnya menjadi WUPK.

Analisis Pasal 27:


Pada pasal 27 ini dapat kita lihat bahwa pada ayat pertama dihapus di pasal 27 yang baru, kemudian pada
ayat ketiga juga dihapus dan pada pasal 2 dan 4 tidak ada perubahan.
UU lama : Pasal 38
IUP diberikan kepada:
a. Badan usaha;
b. Koperasi; dan
c. Perseorangan.

Setelah Perubahan: Pasal 38


d. Badan Usaha;
e. Koperasi; atau
f. Perusahaan perseorangan.

Analisis Pasal 38:


Bisa kita lihat pada pasal 38 ini terdapat perubahan pada ketentuan huruf c nya dimana di pasal 38
dahulu IUP diberikan kepada perseorangan, sedangkan pada IUP yang baru diberikan kepada
perusahaan perseorangan.
UU lama: Pasal 46
(1) Setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP Operasi Produksi sebagai kelanjutan
kegiatan usaha pertambangannya.
(2) IUP Operasi Produksi dapat diberikan kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan atas hasil
pelelangan WIUP mineral logam atau batubara yang telah mempunyai data hasil kajian studi kelayakan.

Setelah Perubahan: Pasal 46


(3) Pemegang IUP yang telah menyelesaikan kegiatan Eksplorasi dijamin untuk dapat melakukan kegiatan
Operasi Produksi sebagai kelanjutan kegiatan usaha pertambangannya.
(4) Pemegang IUP sebelum melakukan kegiatan Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi persyaratan administratif, teknis, lingkungan, dan finansial.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan untuk melakukan kegiatan Operasi Produksi diatur lebih
lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Analisis Pasal 46:


Dapat kita lihat pada pasal 46 ini, di ayat pertama nya pemegang IUP yang awalnya dijamin untuk diperoleh,
kemudian di pasal yang baru harus menyelesaikan kegiatan eksplorasi terlebih dahulu, kemudian pada ayat
kedua perbedaan persyaratan, dan ada penambahan ayat ketiga di pasal 46 yang baru.
UU lama : Pasal 96
Dalam penerapan kaidah teknik pertambangan yang baik, pemegang IUP dan IUPK wajib
melaksanakan: a. ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan; b. keselamatan
operasi pertambangan; c. pengelolaan dan pemantauan lingkungan pertambangan, termasuk
kegiatan reklamasi dan pascatambang; d. upaya konservasi sumber daya mineral dan
batubara; e. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan dalam bentuk
padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu lingkungan sebelum dilepas ke
media lingkungan.

Setelah Perubahan: Pasal 96


Dalam penerapan kaidah teknik Pertambangan yang baik, pemegang IUP atau IUPK wajib
melaksanakan: a. ketentuan keselama.Lan Pertambangan; b. pengelolaan dan pemantauan
lingkungan Pertambangan, termasuk kegiatan Reklamasi dan/atau Pascatambang; c. upaya
konservasi Mineral dan Batubara; dan d. pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan Usaha
Pertambangan dalam bentuk padat, cair, atau gas sampai memenuhi standar baku mutu
lingkungan sebelum dilepas ke media lingkungan.

Analisis Pasal 96 : pada pasal tersebut hanya terjadi pengurangan kaidah saja, dimana
pengapusan terhadap poin b di pasal yang lama tentang keselamatan operasi pertambangan,
selebihnya sama.
UU lama: Pasal 102
Pemegang IUP dan IUPK wajib meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dan/atau batubara dalam
pelaksanaan penambangan, pengolahan dan pemurnian, serta pemanfaatan mineral dan batubara.

Setelah Perubahan: lO2


Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi wajib meningkatkan nilai tambah Mineral dalam
kegiatan Usaha Pertambangan melaiui: a. Pengolahan dan Pemurnian untuk komoditas tambang Mineral logam; b.
Pengolahan untuk komoditas tambang Mineral bukan logam; dan/atau c. Pengolahan untuk komoditas tambang
batuan.(2) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan Operasi Produksi dapat melakukan Pengembangan
dan/atau Pemanfaatan Batubara. (3) Peningkatan nilai tambah Mineral melalui kegiatan Pengolahan dan/atau
Pemurnian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1) wajib memenuhi batasan minimum Pengolahan danf atau
Pemurnian, dengan mempertimbangkan antara lain: a. peningkatan nilai ekonomi; dan/atau b. kebutuhan pasar.
(4)Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan minimum Pengolahan danf atau Pemurnian diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.

Analisis pasal 102 : pada pasal 102 yang baru ini dapat kita lihat bahwa terdapat penjabaran lebih luas dari pasal
102 yang lama dimana pada pasal 102 yang lama hanya menjelaskan tentang apasaja kewajiban IUP dan IUPK,
sementara di pasal 102 yang baru dibuat 4 ayat, pada ayat pertama yaitu terdapat 3 perantara untuk meningkatkan
nilai tambah mineral dalam kegiatan usaha penambangan, pada ayat kedua penjelasan tentang hak IUP dan IUPK,
di ayat ketiga penjelasan bahwa ada pertimbangan dari ayat pertama yaitu peningkatan nilai ekonomi dan
kebutuhan pasar, dan di ayat keempat tentang ketentuan lebih lanjut berdasarkan peraturan pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai